seventeen

3.1K 198 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ai tidak pernah tahu kalau morning sicknees ini akan separah ini, dulu semuanya Nhai yang merasakannya, tapi kini ia merasa seperti isi perutnya di aduk, lemas sekali.
Tapi rasanya ia sedikit bersyukur bisa sedikit menanggung kesulitan yang Nhai rasakan.

"Ai, sudah makan?" Nhai berjalan mendekat, sedari tadi Ai memang menunggu di restoran Thailand di samping restoran sushi.

Ai mengangguk singkat, ia hanya memakan beberapa potong makanan ringan saja tadi, benar benar tidak sanggup untuk memakan sesuatu yang berat. Tangannya meraih tangan Nhai untuk di genggam mereka pergi dari sana.

"Ai.."

"Hm?"

Nhai mencium pipi Ai sekilas," aku mencintaimu na,"

Nhai tau, sangat tahu bagaimana Ai, laki laki itu adalah yang paling menyayanginya, apa yang telah Ai lakukan tanpa sepengetahuannya, Nhai yakin bahwa itu untuk melindunginya. Bagaimana Nhai tidak semakin mencintai suaminya itu.

Ai tertawa, di usapnya kepala Nhai. "Disini ramai tahu, kalau mau di kamar, yu?"



Nhai jadi ikut tertawa, memukul lengan Ai, "kamu ingat kata dokter? Adik bayi belum boleh di jenguk,"




"Kalau begitu, dengan tangan?" Nhai melotot kaget, tapi ia masih tertawa menutupi malu.



"Kita bahas di rumah saja, " Nhai menyeret Ai, sementara lelaki itu hanya tertawa geli melihat telinga Nhai memerah.



"Perhatikan langkahmu sayang, "


"Ayoo, cepat"


"Tidak sabaran sekali hm?"


"Ih,"































Sepulang dari mall disini lah Ai menagih janjinya, Nhai sebal sekali jika sudah begini.

Ai sudah berbaring di kasur tidak mengenakan baju, hanya celana pendek. Nhai memijat punggung sementara suaminya itu memejamkan matanya.

"Ayo nanti malam kita buat pesta," Ai hanya bergumam tidak jelas menyahuti permintaan Nhai yang tidak pernah ada habisnya.


"Ya Aiii..."


"Hm..."

Pak!

Satu pukulan di punggung Aiyaret. "Kamu dengar tidak sih Aii..."

"Iya sayang, kamu mau udang siapa emang?"


Nhai tersenyum senang," Nine, Intha Tonhon, chonlate,"


"Hm, oke. Tapi kamu pijit yang lain dulu, gimana?" Ai membalikkan tubuhnya telentang, wajahnya tersenyum menyebalkan menunjuk bagian tengah tubuhnya dengan kerlingan mata.





Bayi [ Ai Long Nhai] meenpingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang