thirteen

2.7K 183 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



































Pagi sekali Nhai mendapat telepon dari Intouch, anak lelaki mungil itu merengek meminta Nhai mengizinkannya untuk menumpang mobil Nhai untuk pergi ke kantor nanti.

Tapi hari ini Nhai tidak membawa mobil, Ai sedang libur jadi Nhai akan di antar suaminya itu.

Itu bahkan lebih bagus lagi, Intouch merengek lebih bersemangat membujuknya.

"Na na na, Nhai aku tidak terbiasa naik kendaraan umum, mobil ku di bengkel. Kali ini saja na?"

Nhai menatap punggung suaminya yang sedang menggoreng sosis di depan kompor. "Boleh saja tapi aku akan tanya Ai dulu na,"

Suara itu kembali memohon, "jika kamu setuju Ai pasti akan setuju juga, kamu harus membawaku juga na?"

Nhai tidak tahu harus bagaimana, Ai sudah melarang keras untuk terlalu dekat dengan Intouch. Tapi anak mungil manis itu terlalu lucu untuk Nhai abaikan. "Hm, aku akan mengabarimu saat akan pergi."

"Terima kasih, aku mencintaimu Nhai,"



Hanya itu sebelum panggilan telepon ditutup. Pipi Nhai panas, rasanya menyenangkan mendengar kalimat lucu itu.

"Siapa? " Ai telah selesai menggoreng ia meletakan sepiring sosis dan dua telur mata sapi di atas meja. Ai tidak memakai apapun selain celana pendek, tubuhnya terpampang begitu saja, kemudian ia duduk di kursi.


"Intouch, kita jemput dia sebelum pergi na?" Nhai sangat berharap Ai akan setuju, di tuangkan segelas ai putih kedalam gelas, kemudian di serahkan kepada Ai dengan senyum paling manis.


Ai meraih air itu, meneguknya sedikit. Tapi tetap saja perasaan sebalnya tidak ikut tertelan. "Dia punya mobil sendiri, kenapa malah merepotkan kita," Ai mengambil nasi untuk Nhai, meletakkan beberapa sosis di atasnya. Anak ini suka sekali sosis. Bahkan ia pernah mencuri itu di rumah makan Shabu.


"Mobilnya di bengkel, dan dia tidak terbiasa dengan angkutan umum. Kasihan sekali Intouch, dia pasti bingung kan Ai?" Nhai masih membujuk suaminya yang terlihat acuh.

"Makan dulu," hanya itu yang Ai katakan sambil menyerahkan piringnya.


Nhai cemberut, ia selalu begitu jika keinginannya tidak terpenuhi. Ai sudah hafal betul. Ia makan dengan malas sambil menusuk nusuk sosisnya.


















"Kita akan menjemput Intouch dulu kan Ai?" Ai memakaikan sabuk pengaman pada tubuh Nhai.  Kemudian mengecup bibir bawel itu sekali.




"Kamu menusuk sosis dengan ganas bagaimana aku tidak menurutimu, huh?" Nhai tertawa, padahal ia tidak bermaksud mengancam Ai dengan sosis itu. Dengan cepat ia meraih leher Ai untuk memberinya kecupan di pipi.

Bayi [ Ai Long Nhai] meenpingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang