twenty three

4.8K 267 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Aiyaret memeluk putra kecilnya erat erat, nafasnya terasa menyakitkan, terisak perih di dadanya. Kain selimut Nhai ditarik sampai menutupi wajah cantiknya yang telah pucat oleh beberapa perawat yang segera pergi setelahnya. Ai menangis begitu keras sampai tenggorokannya sakit.


"Nhai.."


Lelaki yang berbaring itu tidak kunjung bergerak, bahkan untuk menyingkirkan selimut yang menutupi wajahnya sendiri pun Nhai tidak bisa.

Hanya satu langkah lebih dekat, Ai hampir tersungkur di depan ranjang pasien milik Nhai, kakinya lemas, di peluknya lebih erat putranya yang juga menangis sama kerasnya.

Tangan Ai bergetar hebat, di tariknya selimut milik Nhai. wajah cantik itu di usapnya lembut, dingin, tidak ada lagi semburat merah muda di pipi Nhai yang cantik, bibirnya juga membiru tanpa aliran darah.

Ai menekan hidungnya ke atas dahi Nhai, menangis sebisanya disana meminta istri tercintanya bangun, "Nhai putra kita ingin dipeluk olehmu," tidak ada respon apapun, padahal Ai telah mendekatkan putra mereka pada pelukan Nhai, tapi istrinya itu tidak punya inisiatif untuk meraihnya.

Perasaan Ai berhamburan, hatinya lelah sangat lelah terlalu sakit untuk di jelaskan."Nhai ayo bangun, minta sesuatu padaku, sesulit apapun katakan saja, Nhai..."

"Tolong bangun.."











"Nhai!" Aiyaret berteriak keras di depan wajah Nhai, kemarahannya meluap begitu saja, seolah Nhai tengah mempermainkannya."Bangun kamu bisa tidur lagi nanti, ayo bangun!"

"Nhai!"

Putranya dalam pelukan Ai menangis lebih keras, wajahnya memerah karena terlalu lama menangis, mungkin juga haus tapi Aiyaret malah menggila dihadapan seorang mayat.





































































































"Ai, apa yang terjadi?" Ayah Nhai menepuk pundak Ai, itu mengejutkannya, sekaligus membangunkannya dari ilusi menakutkan.


Wajahnya Ai kuyu, bajunya penuh bercak darah mengerikan milik Nhai, dengan air mata yang masih membasahi wajahnya, Ia hanya duduk di depan ruang gawat darurat dengan linglung menunggu hasil pemeriksaan Nhai.

"Ayah, "

Saat Ai berusaha menjelaskan suaranya serak tercekat, jadi Nan memeluknya. Membiarkan putranya menenggelamkan wajahnya di perutnya. Mengusap kepalanya sayang mengusir segala ketakutan yang Ai rasakan.




Bayi [ Ai Long Nhai] meenpingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang