Pagi ini Nhai dibuat kelimpungan oleh Ai, pasalnya suaminya itu masih mual dan muntah muntah di kamar mandi, setiap mencium bau pengharum ruangan ia akan mulai mengomel, terlebih saat mencium bau pengharum kamar mandi.
Tidak biasanya memang. Ai itu sebenarnya bukan tipe yang mengatur isi rumah, seratus persen ia menyerahkan semuanya kepada Nhai.
Tapi pagi ini Nhai dibuat kebingungan dengan Ai yang keluar dari kamar mandi dengan menutup hidungnya, wajahnya merah dan terlihat kesal.
"Nhai aku tidak mau di kamar mandi ada bola bola kamper, baunya membuatku mual!" Nhai yang sedang mengoleskan selai coklat pada rotinya menoleh, suaminya itu masih memakai handuk.
"Pakai baju dulu sayang, kenapa marah marah, tidak biasanya kamu begini." Nhai hanya menggelengkan kepala, Nhai kaget juga sebenarnya tapi tidak memikirkannya terlalu serius.
Ai mendekat, memeluk Nhai dari belakang. Hidungnya di tempelkan di kulit leher Nhai, menghirup baunya dalam dalam. "Aku mual sekali," katanya dalam gumaman.
"Jangan menyikat gigi terlalu lama, mungkin asam lambung mu naik," Nhai mengusap pipi suaminya, tangan lainya menuangkan susu kedalam gelas, kemudian menyerahkannya pada suami satunya itu. "Minum,"
Ai menerimanya, melepaskan pelukannya pada Nhai. Hanya satu tegukan sebelum ia berlari ke wastafel di dapur untuk muntah muntah kembali.
Nhai jadi pusing, demam berdarahnya sudah sembuh tapi penyakit mualnya masih tertinggal. Sambil memijit tengkuk leher Ai Nhai memintanya untuk kembali pergi ke dokter," hubby, jika masih merasa mual kita ke rumah sakit saja. Setidaknya kamu bisa mendapat obat pereda mual." Sepulang dari rumah sakit sudah seminggu lalu, dan seminggu itu pula Ai tidak berhenti muntah muntah di pagi hari.
Nhai khawatir tapi menjelang siang penyakit itu sembuh sendiri. Ai membasuh wajahnya, tenggorokan sakit karena tidak ada yang bisa di muntahkan dari mulutnya. Perutnya juga merasa bergejolak tak nyaman.
"Nhai kamu bisa membuat teh jahe?" Nhai menggelengkan kepalanya. "Ai tidak mengatakan apapun ia mengambil ponsel Nhai yang berada di atas meja. "Ia menelepon ayahnya, Nan. Kemudian menyerahkan teleponnya pada Nhai.
"Aku pakai baju dulu, nanti aku kembali tehnya sudah ada ya?" Ai mencuri satu kecupan di pipi Nhai sebelum pergi.
"Ya Nhai ada apa?"
Pembicaraan itu pun dimulai, Nhai menceritakan bagaimana seminggu ini Ai selalu mual, dan memprotes banyak hal di rumah, tidak bisa minum susu, dan sering terlihat kesal hanya karena hal kecil.
"Aku pusing sekali Nan, Ai bertingkah seperti ibu hamil, ia jadi banyak memprotes ini itu, aku memintanya ke dokter tapi ia malah meminta teh jahe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi [ Ai Long Nhai] meenping
Fiksi Penggemarhah?! Chen Nhai hamil? sejauh apa kesabaran Aiyaret di uji bebek kesayangannya.