Part 2

917 107 9
                                    

Terakhir kali makanan yang Sofie santap baik-baik saja, namun akhir-akhir ini ia merasa ada yang salah. Entah di lidahnya atau di hidangannya.

Pagi tadi Sofie merasa adonan pancakenya keterlaluan manis. Dia masih bisa menahannya. Tapi spaghetti sore ini sangat asam, seperti ada orang yang menuang cuka ke dalamnya.

Sofie diam-diam memperhatikan Anna, Rex, dan Calvin. Mereka tampak biasa saja memakan spaghetti secara normal seakan itu bukan spaghetti asam saus cuka. Apa lidahnya benar-benar bermasalah?

"Ada apa, sayang? Apa kamu tidak suka spaghettinya?"

Anna yang telah memperhatikan tingkah laku Sofie beberapa saat, angkat suara menyadari ketidak semangatan putrinya pada makanan yang terhidang.

Perkataannya itu berhasil menarik perhatian Calvin dan Rexion, meski pada akhirnya Rex memilih tak acuh dan kembali melahap makanannya.

Meski Sofie tidak begitu mengenal Calvin namun ia merasa segan padanya. Sosok itu mirip dengan Rexion versi lebih dewasa dan berwibawa. Kalau bisa ia tidak mau menarik perhatian apalagi sampai mengganggu waktu makan tuan rumah itu.

"Bukan, mah. Aku hanya sedikit kenyang." dusta Sofie sembari meneguk air putih dari gelas. Lidahnya terasa kering dan serat.

Apanya yang kenyang? Rasanya perut Sofie melilit saking laparnya. Sayang sekali ia harus melewati makan sore kali ini, padahal spaghettinya terlihat menggiurkan.

"Kau yakin, Evelyn? Kalau tidak suka dengan spaghettinya mama bisa menyuruh koki untuk memasak makanan lain."

Oh, itu tawaran yang bagus!

Tapi sebelum Sofie menyetujui tawaran itu tiba-tiba Rexion menyela,

"Jangan terlalu khawatir, mah. Kalau Evelyn bilang kenyang, itu artinya dia kenyang. Tidak mungkin dia melewati makan malam hari ini. Spaghetti kan makanan favoritnya."

Sofie menatap sinis ke arah Rexion dari bawah bulu matanya. Ia curiga Rexion lah yang menuangkan cuka ke dalam makanannya. Apa dia sengaja melakukan itu agar Sofie menghabiskan makanannya? Atau Rexion sengaja melakukan ini agar Anna menaruh kecurigaan padanya?

Sofie tidak tahu mana yang benar. Namun bagaimanapun ia tidak boleh membiarkan Rexion menang.

"Sebenarnya aku masih lapar ... akan kuhabisi makananku segera."

Melempar smirk ke arah Rexion, Sofie meraih sendoknya, kembali menggulung spaghetti asam dan mencekok masuk ke dalam mulutnya. Rexion bahkan tidak mengerti apa maksud smirk yang tertuju padanya.

***

2 hari setelahnya ...

"Huek!"

Tubuh ringkih dan kecil itu terjatuh di depan kloset, mencengkram kuat pinggiran mulut sembari memuntahkan isi perutnya.

Tubuhnya gemetar seiring dengan isi perutnya yang tak kunjung berhenti keluar. Perutnya nyeri terasa terperlintir.

Ia tidak sanggup lagi.

Ia rasa ia bisa mati saat ini juga.

Tidak ada orang apalagi anak kecil sepertinya yang tidak akan muntah setelah berhari-hari menyantap makanan yang terasa seperti sampah. Bahkan ini lebih buruk dari makanan sisa di panti asuhan.

Sofie butuh pertolongan. Ia berdoa dalam hati supaya ada orang yang masuk ke kamar dan menolongnya. Siapapun.

Dan Tuhan seakan mendengar doanya.

Seorang pelayan mendobrak masuk ke kamarnya. Meneriaki namanya dengan tidak sopannya.

Sofie tidak mau repot-repor memikirkan soal tata krama sekarang. Ia hanya ingin menghilangkan rasa sakit di perutnya.

Claiming You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang