Part 6

566 81 10
                                    

"Kalau Kak Rex tidak mau, saat besar nanti biar aku saja yang kuliah di sana."

Sofie hanya berniat membantu Rexion karena pria itu terlihat enggan pergi ke universitas Standford. Tapi sepertinya ia salah bicara karena di sebrang sana tiba-tiba wajah Rexion terlihat mengeras dan rahang kokohnya mencuat kan urat.

Grtk.

Ada suara gemeletuk gigi.

Jelas, Rexion marah dan tersinggung oleh perkataannya.

***

Part 6
(Tunangan)

~

"Standford bukan tempat untuk bocah antah berantah sepertimu. Bepikir bisa masuk ke sana hanya karena kau merasa pintar? Sungguh menggelikan. Mengaca lah dan tahu diri. Kau itu tidak lebih dari sekedar anak pungut."

Sofie terkesiap. Perkataan Rexion berhasil membuatnya terhenyak selama beberapa saat.

Sepertinya dia telah melukai harga diri pria itu karena walaupun Rexion sangat membenci Sofie, ia tahu pria itu tidak akan sekasar itu sampai mengatainya 'anak pungut'.

Kepalanya tertuduk dalam, merasa malu karena Rexion mengatakan aibnya tepat di wajah Alaric. Dan tanpa bisa ia tahan hatinya terasa sesak hingga rasanya ingin melarikan diri ke luar rumah.

"Rex, kau keterlaluan!"

Alaric menegur Rexion dengan tatapan mengecam. Begitu juga dengan Calvin yang hanya diam tapi memberikan sorot mata dingin ke arah putranya.

Rexion tampak santai. Ia memasukkan sepotong steak ke dalam mulutnya tanpa terlihat bersalah sedikitpun.

"Apa aku salah? Seseorang perlu memberi tahunya supaya dia tahu diri. Ia harus tahu posisinya, di mana pijakannya, dan siapa dirinya."

Pria itu meraih serbet lalu mengelap mulutnya. Menaruh garpu dan pisau emas di atas piring lalu berdiri dari kursi.

"Terima kasih makan malamnya. Aku sudah selesai."

Alaric meringis melihat Rexion yang ingin melarikan diri, "Hei, setidaknya minta maaf dulu pada adikmu." bisiknya.

Namun perkataan Alaric justru membuat Rexion tersenyum miring, merasa konyol.

"Minta maaf? Seharusnya dia berterima kasih padaku."

Sofie harus berterima kasih karena Rexion sudah mengingatkan posisinya yang tidak pernah berubah meskipun telah menjadi putri keluarga Winston. Ia tetap rendahan layaknya anak panti asuhan yang suka mengemis. Begitu kan?

Ia merasa tragis.

Dari ujung matanya yang lancip, Sofie melihat Rexion melangkah pergi. Entah kemana. Mungkin ke taman belakang rumah atau kamarnya. Yang pasti ke tempat yang tidak ada Sofienya.

Kepergian Rexion diikuti dengan deritan kursi Alaric.

"Aku akan menyusul Rex dan menyuruhnya minta maaf padamu." ucap Alaric kepada Sofie.

Mungkin Alaric pikir Sofie akan senang, tapi bukan itu yang Sofie harapkan. Ia tidak mau memperkeruh hubungan mereka ketika Sofie pikir mereka bisa berdamai sejak Rexion menolongnya kemarin malam.

Claiming You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang