Part 4

734 93 8
                                    

Kaki kecil gadis itu berlari sekuat tenaga, sempat terantuk batu dan jatuh berguling ke atas tanah, membuat luka baru di lututnya setelah mengeluarkan darah segar.

Namun ia bangkit kembali, tidak mengubris rasa sakit dan terus berlari mencari pertolongan siapapun.

Tapi masalahnya ini sudah malam. Tidak ada satupun orang yang berlalu lalang. Sedangkan Rex, Sofie yakin setelah meninggalkannya sendiri menghadapi tiga preman itu di gang, dia pasti sudah mampus sekarang.

Sofie tahu ia harus secepatnya mencari bantuan sebelum Rexion benar-benar tamat.

Beruntung setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit, Sofie menemukan seorang satpam yang sedang berjaga di pos kompleks perumahan.

Nafasnya berhembus pelan, kedinginan, dan menyadari bahwa tubuhnya akan segera beku. Namun ia tidak mempedulikannya. Ia berlari mengabaikan rasa dingin dan perih di lututnya yang terkena air hujan.

"Pak, tolong!" Sofie menyambar kedua tangan satpam itu dan menariknya. "Tolong kakak saya, dia sekarat!"

***

Part 4

(The Golden Hands & Jinx)

~

Sofie mendengar suara sirine polisi yang memekakan telinganya. Tidak terkejut melihat beberapa orang keluar rumah dan berkumpul di depan gang sempit itu dengan ponsel pintar yang teracung di atas udara, mecoba merekam apa pun yang bisa viral di media masa.

Dari pada itu, Sofie lebih terkejut melihat tiga preman tadi yang ia pikir telah menghabiskan Rexion malah terkapar tak berdaya di atas aspal.

Sofie melirik ke sebelahnya, lebih tepatnya ke arah Rexion yang sedang memberikan keterangan peristiwa pada polisi.

Pria itu baik-baik saja. Tidak ada luka yang parah selain sobekan kecil di ujung bibirnya yang meninggalkan darah kering.

Ia merasa sia-sia berlari seperti orang kesurupan tengah malam untuk mencari pertolongan, padahal pria itu sejak SD telah mengemban les karate, boxing, bahkan muaythai.

"Terima kasih atas kerja samanya, Mr. Winston. Kami akan segera membawa pelaku ke kantor polisi dan berjanji akan mencabut tuntutan apapun atas Anda." petugas polisi patroli memberikan salam terakhir dengan menurunkan topinya sebelum menyeret ke tiga preman itu masuk ke dalam mobil.

"Yah, sudah habis." keluh penonton dan perlahan-lahan mulai meninggalkan tempat kejadian hingga hanya menyisakan Sofie dan Rexion berdua.

Rexion tidak berkata apa-apa. Tapi pria itu berjalan ke arah sudut tembok beton, mengambil helm motormya yang tergeletak di atas aspal lantas lalu berjalan pergi tanpa repot-repot menunggu apalagi menuntun Sofie.

Dengan kepala yang dipenuhi pertanyaan seperti;

Kenapa kau ada di sini?

Kenapa kau menyelamatkan ku?

Bukan kah kau harusnya tidak peduli? Kau kan membenciku.

Sofie memilih bungkam, mengikuti Rexion, tahu ia tidak akan mendapat jawabannya juga.

Tapi luka di lututnya yang awalnya mati rasa itu perlahan-lahan mulai bereaksi.

Sofie meringis. Setiap langkah yang di ambil terasa perih. Ia harus berjalan berjinjit dan tertatih-tatih untuk mengurangi gesekan.

Claiming You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang