Part 8

490 60 13
                                    

Sofie menatap pematik api yang ada di tangannya lalu menunduk kepala ke arah tumpukan album foto, boneka, bahkan baju dan aksesoris Evelyn yang ada di atas lantai.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Sofie tahu tindakan yang terbesit di kepalanya adalah tindakan yang sangat salah. Ia bisa saja terusir dari rumah.

Namun, daripada hanya diam dan membiarkan ingatan Anna kembali, Sofie tahu ia harus melakukan ini.

Berjongkok di hadapan barang peninggalan Evelyn, Sofie menyalakan pematik api lalu mendekatkan suluh api ke pada album foto oranye itu.

"Maafkan aku. Seandainya ada cara lain untuk memiliki hidupmu, aku tidak akan melakukan ini."

Setelah suluh itu menyentuh benda-benda Evelyn, tak lama kemudian api menyebar dan membakar yang ada di dalamnya. Sofie mundur selangkah, membiarkan api itu bergerak secara liar membakar seluruh barang peninggalan Evelyn.

Dengan sorot mata yang tajam dan penuh tekad, Sofie tak melepaskan padangannya barang sedetik pun dari tumpukan kobaran api.

Dengan sorot mata yang tajam dan penuh tekad, Sofie tak melepaskan padangannya barang sedetik pun dari tumpukan kobaran api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ku mohon jangan kembali. Mati lah dengan tenang."

Tercium bau hangus yang memenuhi ruangan dan abu sisa material memisahkan diri satu sama lain ketika perlahan-lahan api untuk menghabiskan semua hingga tak bersisa.

Ada sorot mata pilu dan penyesalan dari mata Sofie, namun tidak sedikitpun perasaan itu membuatnya menghentikan apa yang sudah ia perbuat.

***

Part 8
(Leaving The Mansion)
———————————————————————

Hari sudah terlalu malam tapi keluarga Dilingham memutuskan untuk pulang ke rumahnya, alih-alih bermalam di kediaman Winston setelah melihat kondisi Anna yang nampaknya butuh perawatan dan ketenangan lebih banyak.

Rexion yang mengantar pasangan Dilingham dan Pieter kedepan rumah. Dan di saat sopir mereka tiba menjemput, Pieter anak yang biasanya tengil dan banyak tingkah itu tiba-tiba diam seribu bahasa dan terlihat enggan untuk masuk ke dalam mobil.

"Pieter? Ada apa sayang?" Cornelia menghampiri putranya lalu mengusap pundaknya. Nampaknya bukan hanya Rexion tapi kedua orangtuanya pun menyadari kejanggalan yang sama.

Pieter tetap diam, ekspresi wajahnya terlihat sedang memikirkan hal yang penting. Dan Rexion rasa ia tahu apa yang sedang di pikirkannya.

Rexion mendekati Pieter lalu berbisik di telinganya, "Dengar, aku tidak suka padamu. Tapi kau boleh datang kesini dan meminta maaf pada tunanganmu kapan pun kau mau."

Mendengar perkataan itu sontak Pieter mengelak. Ia menyikut dada Rexion dan melihatnya dengan wajah memerah. Entah merasa marah atau malu. Rexion yakin keduanya.

Claiming You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang