Raka berdiri diam di depan jendela, memperhatikan hujan yang turun dengan lebat. Ia melihat ke langit yang gelap dan mendung, dan merasakan suasana yang memenuhi hatinya. Namun, di balik keindahan hujan itu, Raka merasa sedih dan hampa. Kehilangan ibunya, sosok yang selalu memberikan kehangatan dan cinta kepadanya, membuat hidup Raka terasa sunyi dan kosong. Tanpa adanya ibunya yang selalu memberikan harapan, hidup Raka seperti berada dalam kegelapan yang tak teratasi.
Raka berpikir tentang ibunya, bagaimana ia selalu tersenyum dan memberikan semangat kepadanya meskipun melalui kesulitan hidup. Ia juga memikirkan kenangan indah mereka bersama, seperti saat mereka berjalan-jalan di taman, atau memasak bersama di dapur. Namun, sekarang semua itu hanya tinggal kenangan, dan Raka merasa seperti tidak memiliki tujuan hidup lagi.
Ia berusaha untuk menyembuhkan luka hatinya, namun sepertinya semua itu tak membawa kebahagiaan yang sebenarnya. Ia merasa kosong dan tidak memiliki arti dalam hidupnya.
Flashback
Raka, seorang remaja berusia 17 tahun, memiliki kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan bersama ibunya yang sangat dicintainya. Walaupun ayahnya pernah pergi meninggalkan mereka dan memilih untuk hidup bersama kekasih selingkuhannya di Amerika, Raka tidak pernah merasa kesepian. Ia memiliki ibu yang berhati mulia yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang tanpa henti. Walau hidup tanpa ayah, Raka tetap bersyukur dan berterima kasih pada ibunya yang selalu ada untuknya.
Namun, kebahagiaan Raka tiba-tiba terhenti ketika ibunya meninggal karena sakit yang dideritanya. Raka tidak dapat mempercayai bahwa ibunya sudah pergi dan ia merasa sangat kesepian dan merindukan kehadiran ibunya. Ia tidak dapat menerima bahwa ia harus hidup tanpa ibunya yang sangat dicintainya.
Raka mengalami kesulitan dalam mengatasi kehilangan ibunya, ia merasa seperti tidak memiliki tujuan hidup dan hidupnya terasa sangat kosong. Ia mencoba untuk menemukan kebahagiaan dengan mengejar hobi atau bersosialisasi dengan teman-temannya, tetapi ia merasa seperti tidak pernah benar-benar bahagia.
Back ke cerita
Raka berjalan perlahan menuju dapur, dengan suasana hati yang berdebar-debar. Ia membutuhkan sesuatu untuk menenangkan pikirannya dan membuat teh hangat tampak seperti pilihan yang baik. Sementara air mendidih, Raka melongok kembali pada kenangan indah bersama ibunya di dapur ini. Detak jantungnya berdebar kencang saat memori-memori manis itu terpampang jelas di benaknya. Tak tertahan, air mata pun mengalir deras, membasahi pipinya yang memerah. Ia menangis, menyesali kehilangan ibunya yang selalu menjadi tempat bersandar baginya.
Flashback
Raka duduk tenang di ruang tamu, mengejar mimpi besar melalui tugas sekolahnya yang tersebar di atas meja. Ia tersenyum lembut saat aroma teh hangat menyapa hidungnya, mengingatkan pada kehangatan dan kasih sayang Ibunya yang selalu membuatkan minuman itu untuknya setiap sore.
Ibu memanggil Raka dengan suara lembut, "Raka, teh hangat mu sudah siap menemanimu."
"Tidak usah membuatkan teh untukku, Ibun. Aku bisa melakukannya sendiri," jawab Raka.
"Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang istimewa untukmu, sayang." ujar Ibu dengan senyum terbaiknya.
Raka tersenyum lembut, "Terima kasih, Ibun. Aku sangat berterima kasih."
Ibu memandang Raka dengan tatapan penuh harap, "Suatu saat nanti, saat kau sudah besar, Ibu harap kau bisa melawan dunia yang kejam ini. Ibu akan selalu berdoa agar kau sukses dan bahagia."
Raka membalas tatapan Ibu dengan senyum lebar, "Tidak perlu khawatir, Ibun. Selama kau ada disini untuk menemani, aku yakin akan sukses dan hidup bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen FictionRaka adalah seorang remaja yang harus hidup mandiri setelah kehilangan ibu tercintanya. Namun, dia memutuskan untuk melanjutkan usaha milik ibunya, yaitu sebuah toko bunga, sebagai bentuk penghormatan terhadap pesan terakhir ibunya. Dalam upaya untu...