Aku tersadar, tapi yang aku temui hanya Kevin yang masih saja memompa.
Aku sudah tak kuat, ingin hancur saja tapi memang sudah hancur di bawah sana.
Kevin selalu bermain, ia memindahkan aku ke sofanya. Entah sudah berapa jam atau hari.
"Kehvin...Aku tau dia marah, pria ini sama sekali tak memiliki niat menyautiku lagi.
"Tolongh berhentih. Sebentar sajah. Euhh ahh."
Kevin masih bergerak. Padahal aku sudah merasakan penyatuan yang panas.
Aku menggelinjang entah yang keberapa saat Kevin keluar di dalam.
Kevin beberapa kali menyuruhku berubah posisi. Aku tak berani melawannya lagi. Saat dia menyuruhku menungging, maka aku harus. Begitu terus sampai entah kapan ia merasa puas.
Setelah menunggu lama, Kevin akhirnya mencabut kelaminnya dariku.
Ia juga lemas terduduk.
Tangan gemetarku mencoba menyentuh kelaminku sendiri. Dan begitu tersentuh aku merasakan perih.
Kevin menyadari itu dan melihat keadaanku.
Dia membuka menjepit nipple ku dan membuangnya asal.
Aku menangis lagi menyadari kenyataan yang menimpa kami.
Kevin malah memunguti pakaiannya dan pergi begitu saja.
Tubuhku ambruk kala aku latihan berjalan lagi. Sudah dua hari aku cacat dan kelaparan. Tapi masih saja pria itu tak kembali.
Ia juga mengubah sandi seperti yakin kini aku bisa menebak sandi untuk keluar
Tubuh ringkihku mencium lantai yang dingin.
Semua yang terbayang tentang ibu kota lenyap di tangan Kevin.
"Bad brother. Kevin. "
Berkali-kali aku ucapkan hal itu tapi Kevin tak segera kembali sampai pintu di sebelah utara terbuka. Memunculkan Kevin yang datang dengan pakaian dan makanan.
Pria itu melempar semua bawaannya ke lantai tempat aku tergeletak.
"Pake. Makan."
Aku tak bergerak saking lemasnya membuatnya membuka kotak dan menyuapiku dengan kasar.
Aku menangis tapi juga kutelan.
"Pakai baju buru! Mamah nyariin."
"Aku nggak bisa Kevin."
"Apa-apa nggak bisa! Mindah koper nggak bisa! Resletingin baju nggak bisa!" dia mengomel tapi tetap memakaikannya untukku.
"Minum yang banyak, tete lu sampe jadi kecil!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Brother : VSOO [END]
FanfictionKeharusan mendatangi ibu kota dengan keadaan sebatang kara membuatnya mengahadapi ketidakmungkinan kedua. Perjuangan mencari garis keluarga yang tersisa ia geluti sampai garis itu berhenti pada adik tiri ibunya, bernama Sarah yang tinggal di sekitar...