Ruang klub tampak senggang hari itu. Setelah pameran selesai memang biasanya klub fotografi mengalami masa tenang dimana mereka tak ada aktivitas khusus selain pertemuan rutin. Pertemuan rutin pun bukan sesuatu yang wajib diikuti saat tidak ada kegiatan khusus. Jadi ruang klub itu lebih sering senggang beberapa hari terakhir. Hanya beberapa anggota yang kadang datang, sekedar membahas foto atau meminjam alat fotografi. Hasil pameran kemarin bahkan juga sudah dicetak dalam versi lebih kecil untuk ditempelkan di ruang klub.
Ryosuke sebagai sang model rasanya malu sekali setiap dia masuk ke ruang klub dan melihat fotonya sendiri dalam banyak foto di tempel di salah satu sisi dinding ruangan itu.
Jika kau bertanya kenapa pemuda chubby itu sering sekali datang ke ruang klub fotografi, jawabannya tentu saja karena Nakajima Yuto ada disana.
"Lama-lama kau akan terbiasa." ucap Yuto ketika melihat Ryosuke beberapa kali menengok ke foto-fotonya di dinding.
"Terbiasa apanya?" ucap Ryosuke seraya mengerucutkan bibirnya, sebenarnya enggan membahasnya.
"Terbiasa melihat betapa manis—"
"Yuto!" Ryosuke segera menutup mulut pemuda jangkung itu. Mulutnya benar-benar terlalu banyak mengucap kata-kata manis yang jika dibiarkan sebentar saja entah dia akan membual apalagi.
Yuto hanya tertawa seraya menarik telapak tangan Ryosuke yang menutupi mulutnya. Dia ingin mengatakan kalau dia hanya bicara sejujurnya, tapi tatapan tajam Ryosuke membuatnya bungkam sambil mengukir senyum.
"Ah, aku lupa aku ada kelas pengganti!" Yuto tiba-tiba teringat. Dia segera melihat jam tangannya. "Aku harus bergegas." ucapnya. Tangannya sudah gesit memasukkan macbook dan mengemas barangnya ke tasnya.
"Gomen Ryosuke, aku janji akan mengganti janji makan siang kita! Gomen!" ucap Yuto cepat.
"Ya... Ya..." ucap Ryosuke santai, dia melambai-lambaikan tangannya, menyuruh Yuto untuk segera pergi.
Yuto tak tahan dengan gestur pemuda chubby yang menurutnya imut sekali itu. Dia mengulurkan tangannya dan mengacak-acak rambut Ryosuke, sebelum balik arah dan berlari pergi. Menghindari amarah Ryosuke.
"Ck!" Ryosuke berdesak kesal melihat Yuto yang melarikan diri. Dia kembali mengerucutkan bibirnya, tangannya sibuk merapikan kembali rambutnya.
Sementara itu pemuda bernama Inoo Kei yang sedari tadi menjadi obat nyamuk di antara mereka menatap Ryosuke dihadapannya dengan tatapan yang sulit dimengerti.
Melihatnya, Ryosuke menengok ke arah Inoo dan menaikkan satu alisnya. Tanpa kata bertanya apa ada sesuatu yang ingin Inoo katakan.
Obat nyamuk Inoo Kei segera berdehem. Memang sudah seminggu lebih dia melihat hubungan baik Yuto dan Ryosuke, tidak jarang menjadi nyamuk beberapa kali. Tentu saja ada sesuatu yang ingin ditanyakannya walaupun dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertanya sebelumnya.
"Apa..." Inoo menyusun kata. "Jadi kalian jadian?" tanyanya to the point.
Ryosuke hampir terbatuk mendengarnya. "Apa yang—" "Inoo-chan, seberapa banyak kau tau tentang kami?" Ryosuke yang menyadari sesuatu segera bertanya balik. Dia memang tak pernah memikirkannya sebelumnya, hubungannya yang rumit dengan Yuto ini, apa Inoo tau semuanya? Apa Yuto bercerita pada Inoo?
"Hmmm..." Inoo berfikir sejenak. "Well, aku mungkin tidak tahu seluruhnya. Tapi aku tau kau menolaknya dan dia patah hati. Lalu buta matanya kembali dan dia semakin muram dan pesimis selama beberapa waktu. Kau dan Yuto kemudian main kucing-kucingan—" "Tapi tampaknya kalian terlihat baik-baik saja sekarang. Jadi, apa kalian jadian?"
Ryosuke terdiam. "Ah—kami—" dia gelagapan. "Begitu ya." Ryosuke tersipu malu, bukankah Inoo tau terlalu banyak tau?! "Ya, aku memang menolaknya sebelumnya, tapi—eh—"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyes and The Heart
FanfictionDari mata jatuh ke hati? Atau sebaliknya, dari hati kau melihat? For who requested Soulmate AU and Color Trope...