Yamada Ryosuke mendongakkan kepalanya, menatap langit dalam diam. Dia baru saja menyelesaikan sesi terakhirnya di taman. Yang lain sedang membereskan perlengkapan pemotretan sebelum mereka pindah ke distrik komersial.
"Setelah ini kita akan makan siang dulu. Hikka sudah memesan tempat." Inoo menjelaskan padanya, kembali membantu yang lain setelah Ryosuke mengangguk paham.Pemuda chubby itu lagi-lagi menatap ke langit. Langit hari ini cerah dengan sedikit awan. Warna birunya sangat memanjakan mata, membuat Ryosuke mau tak mau tersenyum melihatnya. Akhir-akhir ini dia memang suka menghabiskan waktunya berdiam diri melihat sekitar. Menikmati hal-hal biasa di sekitarnya yang tak pernah dia lihat keindahan nya.
Sesuatu yang indah... akan tetap indah bahkan dalam warna monokrom.
Benaknya mengingat kata-kata Yuto beberapa hari yang lalu. Dia tidak tau itu bisa terjadi, setelah dunianya berubah monokrom, Ryosuke tak pernah benar-benar melihat sesuatu yang indah. Mungkinkah dia terlalu cepat menyerah untuk menemukan keindahan dari dunia monokromnya. Entahlah...
Ryosuke hendak mengeluarkan ponsel nya untuk bermain game ketika suara decit rem mengalihkan perhatiannya. Dia mendongak, mendapati sebuah sepeda berhenti tepat di hadapannya. Pemuda jangkung yang menaikinya tampak penuh peluh, nafasnya yang naik turun entah apa gerangan yang membuatnya terburu-buru.
"Tepat waktu." ucap pemuda jangkung itu seraya tersenyum kikuk.
Ryosuke terdiam, mencerna apa yang matanya lihat sekarang. Hanya untuk mengernyit setelah otaknya akhirnya mencerna bahwa pemuda yang ada dihadapannya adalah Nakajima Yuto, yang lebih dari satu jam yang lalu berkata bahwa dia tidak akan datang.
Ryosuke mengernyit bingung.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya akhirnya.
Masih dengan senyum kikuknya, Yuto mengangkat plastic bag yang sedari tadi ada ditangannya. "Makan siang." ucapnya. Pandangan Ryosuke langsung teralih ke plastik bening berisi dua bento dan plastik lain dengan dua cup minuman.
"Oh." hanya itu respon Ryosuke, jujur saja dia masih terkejut dengan kehadiran Yuto. "Tapi Hikka sudah memesan tempat." katanya.
"Aku akan bilang padanya kalau aku akan menculikmu selama makan siang." ucap Yuto cepat. Pemuda itu meletakkan dua plastik tadi ke keranjang sepedanya, mengambil ponsel dari sakunya dan dengan cepat mengetik pesan ke Hikaru.
Hikaru yang kebetulan sedang membuka ponsel yang langsung mengernyit membaca pesan Yuto. Pandangannya langsung menyapu sekitar mencari oknum yang bersangkutan. Tentu saja di jangkung itu mudah ditemukan, masih duduk di sepeda nya dan menengok ke arahnya. Pemuda jangkung itu tersenyum lebar dan melambaikan tangan pada Hikaru.
"Kau tidak bisa--"
Belum sempat Hikaru menyelesaikan kata-katanya, Yuto sudah menarik Ryosuke, menyuruhnya untuk cepat-cepat naik ke kursi belakang. Ryosuke yang kaget langsung patuh begitu saja. Yuto pun segera mengayuh pedalnya tepat ketika Ryosuke duduk. Membuat pemuda chubby itu mau tak mau segera berpegangan ke pinggang Yuto.
"NAKAJIMA YUTO!" mereka masih bisa mendengar teriakan Hikaru tapi Yuto tak menggubrisnya sama sekali. Justru tertawa sambil mengayuh sepedanya cepat-cepat.
Ryosuke yang ada di belakangnya merasa... bodoh.
Tapi pemuda itu kemudian ikut tertawa bersama Yuto. "Kau sangat kekanak-kanakan, Nakajima." komentar Ryosuke.
"Yuto."
"Hmm?"
"Kau bisa memanggilku Yuto."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyes and The Heart
Fiksi PenggemarDari mata jatuh ke hati? Atau sebaliknya, dari hati kau melihat? For who requested Soulmate AU and Color Trope...