Chapter 4

68 12 6
                                    

Semua orang di studio fotografi tampak sibuk ketika hari pertama pemotretan tiba. Beberapa anggota klub yang tidak mendapat jadwal pemotretan hari itu juga membantu persiapan. Hikaru terlihat berlalu lalang beberapa kali memastikan semua peralatan dan properti siap. Inoo sebaliknya, tampak mengobrol santai dengan Ryosuke. Meskipun pemuda yang diajaknya mengobrol hanya diam mendengarkan karena Haruna sedang memoleskan make up padanya.

Pada sesi pertama Ryosuke hanya menggunakan hoodie warna gelap dan make up tipis. Konsep fotografinya lebih tertuju pada penggunaan lighting. Fotografernya sengaja memilih dua lighting dengan warna kontras yaitu biru-merah untuk mendapat tekstur warna cahaya yang indah.

"Bernafas." Ryosuke menengok pada suara disampingnya. Dia kini sudah bersiap di depan kamera, menunggu persiapan terakhir dari fotografer. "Kau akan baik-baik saja," pemilik suara yang tidak lain adalah Nakajima Yuto itu kembali berkata. Melempar senyum tipis pada Ryosuke, menatapnya seolah meyakinkan bahwa Ryosuke akan benar-benar baik-baik saja.

"Kau sudah melakukannya sekali. Selama kau tidak lupa bernafas, kau akan baik-baik saja." ucapnya lagi.

Ryosuke terkekeh pelan mendengarnya, untuk kemudian mengangguk paham. Pemuda itu menarik nafas dalam-dalam ketika pemotretan akhirnya dimulai. Seperti kata Yuto, dia hanya harus bernafas. Fotografer banyak membantunya mengarahkan pose dan ekspresinya. Dan terlahir sebagai seorang yang tampan, dia tak membutuhkan usaha yang terlalu banyak untuk bisa tampak bagus di depan kamera.

"Jangan lupa berkedip Nakajima Yuto." Inoo yang berdiri tepat di samping Yuto mengingatkan. Mereka berdua hanya mengamati dari pinggir ruangan, kedua nya berdiri berdampingan, bersandar pada dinding sambil melihat Ryosuke yang kini menjadi pusat perhatian.

Yuto terkekeh mendengar kata-kata Inoo. Manik matanya masih terpaku pada Ryosuke. Pemuda jangkung itu bahkan tak menyadari senyum tipis yang terus terpampang di wajahnya ketika dia memperhatikan Ryosuke. Melihatnya bak dia adalah hal terindah yang pernah ia lihat dalam hidupnya.

Inoo menggeleng-geleng melihat tingkah temannya itu. "Kau bisa gila." gumam Inoo.

Yuto masih diam sesaat mendengarnya, sebelum dia balik bergumam, "...kurasa aku sudah."

Inoo langsung menengok ke arahnya, membelalak. "Nakajima Yuto, hentikan. Obsesimu seolah bisa membunuh kau tau." ucap Inoo, terkekeh pelan, memperbaiki mood bercanda mereka. Tapi Yuto hanya diam, manik matanya yang berpendar menatap Ryosuke perlahan meredup.

Kini dalam kesadarannya ia tersenyum, "aku tidak akan melakukan apapun Inoo," ucapnya. "Aku tidak akan."

Sesi pertama berlangsung cukup cepat. Hari ini terdapat enam sesi pemotretan. Setiap fotografer diberi waktu maksimal satu jam untuk mengambil gambar. Menghitung waktu persiapan di setiap sesi nya dan waktu istirahat, pemotretan dijadwalkan akan selesai sekitar pukul tujuh malam.

Ryosuke menghela nafas, dia baru saja berganti baju dan make up untuk sesi kedua. Properti untuk sesi kedua cukup memakan waktu. Dan kini dia baru menyadari bahwa enam sesi saja sudah akan terasa sangat panjang. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana pemotretan full day pada jadwal kedua dan ketiganya. Ternyata menjadi model cukup melelahkan juga.

"Silahkan tuan." seseorang menghampirinya, mengulurkan segelas boba milk tea padanya. Ryosuke mengernyit, sebelum menatap pemuda jangkung di hadapannya itu.

"Apa aku terlihat seperti seorang yang suka manis?" tanya Ryosuke.

"Apa kau tidak?" Yuto justru balik bertanya.

Ryosuke tak menjawab, tangannya terulur menerima milk tea itu. Dia bukannya membenci hal manis, tapi dia juga bukan penyuka manis.

"Gula baik untuk kita agar tidak stress." Ucap Yuto, duduk di samping Ryosuke dengan segelas americano ditangannya.

The Eyes and The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang