Chapter 2

117 14 5
                                    

Pandangan Ryosuke beralih ke Chinen.  Chinen bergumam tanpa suara.  Mengisyaratkan padanya untuk menerimanya.  Dalam hati Ryosuke tau temannya itu hanya senang melihat Ryosuke bertindak sesuai yang Chinen inginkan.

'Dia sudah membantumu.' bisik gumam Chinen. 

Ryosuke mengernyit, bertelepati dengan Chinen, balik bertanya, 'membantu apa?'

Chinen menunjuk matanya sendiri, membuat Ryosuke mendapat jawaban seketika. Baiklah,  bertemu dengan Nakajima Yuto memang membantunya mengembalikan penglihatan normalnya.  Tapi pada dasar pemuda jangkung itu tak melakukan apapun dan bahkan mungkin tidak sadar bahwa pertemuan mereka memberi dampak yang besar pada Ryosuke. Jadi,  apa dia harus balas budi untuk sesuatu yang bahkan tidak merugikan pihak Yuto.

Chinen menarik sudut bibir, seolah mengancam bahwa Ryosuke harus mengambil tawaran ini. 

"Kau boleh melihat-melihat ke klub kami dulu. Kami akan menjelaskan mengenai project kami,  dan jika kau berminat kau bisa mulai. Jika ternyata tidak, kau bisa membatalkannya." "Bagaimana?" Inoo Kei memberi solusi.

"Klub kami ada di utama, kau bisa berkunjung kapanpun.” ucap Hikaru.

Ryosuke tampak berfikir, sebelum akhirnya mengangguk setuju. Inoo Kei langsung berteriak senang. Membuat Ryosuke otomatis menjadi salah tingkah.

“Ini pertama kalinya kami memiliki model laki-laki, lebih lagi seorang ikemen.” ucap Hikaru. Ryosuke tersipu oleh kata ‘ikemen’. Maksudku, dia tidak pernah merasa dirinya setampan itu. Wajahnya mungkin sedikit lebih tinggi dari standar ketampanan orang lain. Tapi tetap saja, lihatlah pemuda bernama Nakajima Yuto dihadapannya. Tinggi, tampan, manik mata hitam pekat, dan jangan membuatnya memulai dengan garis rahangnya yang tajam. Tidakkah… Yuto sudah sangat pantas menjadi model dibandingkan dengannya.

Yuto yang menyadari tatapan Ryosuke akhirnya mendongak, pemuda itu tersenyum tipis pada Ryosuke sebelum kembali fokus pada makanannya.

Ryosuke terdiam.

‘Huh?’ jantungnya kembali berdegup tak karuan. Ryosuke menggigit bibir, menggeleng pelan, menepis segala keresahan yang entah darimana datangnya.

~0~

Setelah beberapa hari mempertimbangkan, Ryosuke akhirnya memutuskan untuk setidaknya melihat ke klub fotografi. Dia yang sempat bertukar ID LINE dengan Inoo Kei akhirnya menghubungi pemuda cantik itu bahwa dia akan mampir siang ini setelah kuliahnya selesai.

Ryosuke sebenarnya ingin mengajak Chinen. Tapi ajakannya tampaknya terlalu mendadak sehingga pemuda bergigi kelinci itu segera menolak.

“Kau harus menghubungiku minimal dua hari sebelum jika kau ingin mengajakku.” begitulah ucap Chinen. Yang hanya disambut decak kesal Ryosuke.

Ryosuke sangat asing dengan gedung utama universitas mereka, tempat klub klub mahasiswa berada. Dia harus tersesat sekali dua kali untuk akhirnya menemukan klub fotografi.

Pintu klub fotografi terbuka, pemuda chubby itu menemukan Inoo duduk di dalamnya ketika mencoba melihat ke dalam.

“Ah, Yama-chan!” Inoo langsung mengenalinya.

Ojamashimasu!” ucap Ryosuke. Inoo langsung menghampirinya, mempersilahkannya masuk.

“Kau bisa duduk dimanapun, atau melihat-lihat ruangan kami. Aku harus menyelesaikan sesuatu sebentar, apakah tak apa?” ucap Inoo. Ryosuke mengangguk paham. Dia meletakkan tasnya di salah satu kursi disana.

Ruangan itu tidak besar, mungkin hanya sekitar empat kali empat meter. Tak jauh dari pintu adalah sebuah meja besar yang terdiri dari beberapa meja yang disatukan. Kursi-kursi di tata mengelilingi meja itu. Inoo duduk di sudut paling jauh dari meja. Sibuk dengan sesuatu di mac booknya.

The Eyes and The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang