Nakajima Yuto, seorang yang sejak dini sudah mengenal kamera. Ayahnya yang memiliki hobi fotografi mengenalkannya pada dunia itu. Dunia yang diam-diam sudah bersamanya sejak dia bisa berjalan, yang telah menjadi hobinya entah sejak kapan. Ketika dia menginjak sekolah dasar, ayahnya sering mengajaknya bepergian di akhir pekan. Sekedar mengambil foto dari berbagai macam hal. Mengajari Yuto sedikit demi sedikit tentang fotografi.
Nakajima Yuto kecil mulai membentuk mimpinya, untuk menjadi fotografer profesional, untuk karyanya dilihat dan dinikmati banyak orang. Menunjukkan keindahan dunia melalui lensa kameranya. Mimpi itu selalu membuatnya bersemangat mengenai kamera, selalu membuatnya melompat senang di akhir pekan ketika ayahnya mengajaknya keluar untuk mengambil foto.
Menginjak usia remaja, ketika dia memasuki sekolah menengah pertama, dia akhirnya memiliki kameranya sendiri. Tentu saja ayahnya yang membelikannya untuknya. Yuto senangnya bukan main, seolah hari dimana dia menyentuh kamera barunya adalah hari terindah baginya.
Setiap harinya dia akan keluar pagi-pagi, untuk sekedar berjalan-jalan dan mengambil foto. Untuk kemudian pulang dan bersiap berangkat sekolah. Selain dari ayahnya, dia pun mulai mempelajari teori-teori mengenai kamera dan fotografi sendiri. Tentang bagaimana cara mengambil gambar yang bagus, prosedur apa yang harus diikuti agar gambar yang diambil tampak menarik. Dia begitu menikmati proses belajarnya seiring dia merasa semakin dekat dengan mimpinya.
Majalah fotografi mulai menumpuk di kamarnya. Dia bahkan menabung uang jajannya untuk membeli lensa. Yang karena terlalu mahal, ayahnya yakin bahkan tabungan Yuto tidak akan sanggup membelinya. Ayahnya pun akhirnya menghadiahkan satu lensa untuk nya. Yuto sedih karena ayahnya meremehkannya, tapi juga senang karena mendapat lensa baru. Jujur saja mungkin jika dia menabung sendiri, baru bertahun-tahun kemudian dia baru bisa membeli satu lensa. Jadi dia pun tak bisa menolak hadiah ayahnya.
Ya, Nakajima Yuto sangat menyukai fotografi. Tak ada harinya untuk tidak melihat video tentang kamera dan fotografi. Jika kau bertanya padanya tentang kamera, dia akan langsung tau kamera terbaru yang ada di pasaran dan akan memberi rekomendasi sesuai kebutuhanmu. Dia layaknya seorang remaja yang maniak, menanti masa depan apa yang bisa diraihnya dengan kameranya.
Masa depan itu tampak begitu cerah. Tergambar jelas dibenaknya.
Sampai semua terasa seolah hanya mimpi... ketika dia divonis buta warna.
Gejala itu datang tiba-tiba. Dia bangun pagi seperti biasa, bermaksud bersiap untuk berangkat sekolah seperti biasa. Tapi hari itu ada sesuatu yang berbeda. Hari itu kamarnya terlihat tak penuh warna seperti biasa. Hari itu, Nakajima Yuto tak lagi bisa melihat warna. Dunianya berubah monokrom, begitu juga hatinya.
Setelah pergi ke dokter dengan hasil yang membingungkan bahwa tak ada sebab pasti tentang buta warnanya. Yuto pulang dengan kecewa. Hanya ada satu yang memenuhi pikirannya sejak pagi. Hanya ada satu yang membuat dadanya terasa berat dan sakit sejak pagi.
Sore itu dia mengambil kameranya, pergi keluar untuk mengambil beberapa foto.
Sekali.
Dua kali.
Belasan kali.
Tapi tak ada yang terasa benar dari setiap yang difotonya. Semua tersalah salah dan membosankan. Dia bahkan tidak tau warna apa yang ditangkap oleh kameranya. Hari itu dia mengalami patah hati terbesarnya. Mimpinya yang selama ini seolah sangat dekat kini terasa sangat amat jauh.
Dalam perjalan pulang otaknya terus berfikir apa yang bisa dilakukannya untuk tetap bisa mengambil gambar yang bagus. Dia terus berfikir dan berfikir, sampai dia tidak sadar bahwa pikiran itu sudah terlalu banyak membebaninya. Sampai dirumah kepalanya seolah ingin meledak, sesuatu terasa meluap-luap di kepalanya. Yang dia ingin singkirkan namun tak bisa. Dadanya terasa sesak dan entah sejak kapan, pipinya mulai basah oleh air mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/259904790-288-k64906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eyes and The Heart
FanficDari mata jatuh ke hati? Atau sebaliknya, dari hati kau melihat? For who requested Soulmate AU and Color Trope...