Double up
Vyn memasuki mansion tergesa-gesa. Di alur, setelah kejadian di kantin tadi, Scene Serena di tampar oleh Lucci terjadi. Makanya dirinya berjalan cepat.
Ia yakin jika Twins itu telah sampai di Mansion.
Plak!!
"Mau sampai kapan kamu melukai kembarannmu Serena? Selena memiliki salah apa hingga kau tega melukai dirinya setiap hari hah?!" Murka Lucci.
Benar dugaannya, dia terlambat. Bisa Vyn lihat jika sudut bibir Rena terluka.
Vyn menatap penuh permusuhan kepada Lena yang di obati oleh Dewina. Gadis itu menangis dan tak mengucapkan sepatah kata apapun tentang kebenaran dari kejadian itu.
"Pa-
Sebelum dia mendekat, tubuhnya telah melayang di angkat oleh seseorang yang ternyata kakak kedua Vynni, Alaric. "Mau kemana baby?"
"Sejak kapan makhluk ini datang cok, bukannya pas adegan ini Alaric tak ada. Bahkan keberadaannya tak pernah muncul di Novel kecuali saat perkenalan para karakter, lalu apa ini!!" batin Vyn kesal. Dia ini ingin cepat membantu Serena agar Lucci tak semakin marah kepada gadis itu.
Vyn memberontak, "Kak lepasin Vyn. Papi salah, dia tak boleh melukai kakak Serena," ujar Vyn. Dia mencoba lepas dari gendongan Alaric.
Alaric tak suka ketika adiknya memikirkan orang lain saat dirinya berada disini, "Lebih baik kau ikut kakak Baby. Aku tak mau kau terluka seperti kemarin saat kau menolong nya," katanya.
"Dari mana bang toyyib ini tau."
"Kak, kakak Serena tidak salah. Aku ada disana tadi, sungguh papi salah paham," mohon Vyn. Dia tak tega dengan keadaan Serena dan mencoba untuk memberitahu kakaknya.
Baru 1 hari satu malam dirinya berada disini, tetapi ia sudah melihat adegan Serena di tampar dua kali. Ia memusatkan perhatiannya pada Serena hingga tak menyadari jika kakaknya tengah menahan amarah.
"Kakak tidak peduli."
Alaric melenggang pergi membawa Vyn. Vyn berontak, matanya berkaca-kaca melihat Serena yang di marahi. Air matanya lolos ketika melihat pipi serena yang berubah warna menjadi biru keunguan.
Untuk apa dia disini jika ia tak bisa menolong Serena fikir nya.
Sungguh, dia senang berada di dunia ini karena Serena. Dia tak bisa melihat gadis itu di perlakukan seperti ini.
.
."Papa sepertinya kita harus pindah Ke mansion." ujar Alaric tiba-tiba. Dia menatap datar kedua orang tuanya yang tengah bersantai di ruang keluarga.
"Kenapa tiba-tiba Alaric," ujar Zienna. Luke diam, dia mengerti mengapa sang anak meminta mereka untuk pindah.
"Mama hanya perlu siap-siap. Kita akan pindah setelah mama siap," ujar Alaric mengacuhkan perkataan Zienna. Dia pun melenggang pergi saat ia selesai memberitahu papa dan mamanya.
"Mas," lirih Zienna menatap suaminya.
Luke menghela nafas, "Turuti saja, aku akan membicarakan ini pada ayah. Kamu bersiap-siaplah, jangan sampai Alaric marah Zienna."
Zienna hanya mengangguk, dia pun pergi untuk bersiap-siap. Sebenarnya ia penasaran kenapa putranya itu mendadak minta pindah.
Luke berjalan ke taman belakang dimana sang ayah sedang memberi makan ikan piranha di kolam yang luas. "Ayah."
"Hm?"
"Kita akan pindah ke Mansion kami," ujar Alaric. Dia duduk santai di Gazebo dan menatap Piranha yang lahap saat di beri makan daging oleh ayahnya.
"Mansion ini kurang luas? Haruskah aku membeli Mansion yang lebih megah lagi?" ujar Reinhard tanpa menoleh sedikitpun.
"Alaric yang memintanya. Ayah pun tau alasan dia pulang dan mengapa dia meminta pindah," sungut Luke.
"Suruh Lucci saja yang pindah, aku tak akan mengizinkanmu pindah. Ayah tak mau jauh dari Vynni, Luke."
"Oh ayolah Ayah, aku tak mau menjadi pelampiasan kemarahan Alaric," mohon Luke. Itu hanya Alibi, dia hanya tak ingin Alaric membawa putra bungsunya ketika permintaannya tak dituruti.
Reinhard mendengus, "Itu hanya Alibi mu."
"Terserah ayah saja. Seperti tidak tau bagaimana watak Alaric." Luke mengangkat bahu acuh. Putra keduanya itu sama sekali tak butuh izin. Ia mengatakan ini pada Reinhard hanya bentuk formalitas.
Reinhard memandang piranhanya, sepertinya ia akan jarang bertemu dengan cucu bayinya.
***
Vyn membuka kedua matanya. Bocah itu langsung menggeliat merenngangkan ototnya. Setelah itu duduk dan meminum setengah gelas air dan satu gelas susu cokelat.
Entahlah, ini kebiasaannya. Air dan susu itu pasti akan ada di sebelahnya ketika dia bangun tidur. Ajaibnya, air dan susu yang di sediakan akan tetap hangat.
Dan dia baru sadar, jika dirinya berada di kamar yang berbeda dengan kamar yang selama ini dia tempati ketika menjadi Vynni.
Saat kebingungan melandanya, Luke masuk dan berjalan kearahnya. Vyn langsung memasang wajah bingung dan polos. Lalu dia bertanya..
"Papa, kenapa kamar Vyn berubah?" tanyanya. Dia memegang tangan besar Luke yg mengusap rambutnya.
"Baby suka dengan kamar barunya?"
Vyn mengangguk antusias, Luke tersenyum. "Jadi Vyn pindah kamar papa?"
"Iya."
"Tapi kenapa?" Vyn mengerutkan keningnya.
Tuk
"Jangan berfikir terlalu keras," Luke mengetuk dahi Vyn dengan jarinya.
Vyn memegang dahinya, ia merasa nyaman dan hangat. Papanya di kehidupan sebelumnya pergi dengan wanita lain ketika dirinya berusia 3 tahun.
Vyn menjadi remaja tanpa kasih sayang seorang ayah. Jadi, bolehkah Vyn terbuai dengan kelembutan papa Vynni?
"Hey kenapa melamun sayang?" Vyn terkejut saat Luke menyadarkan nya dari lamunannya.
"Vyn sayang papa!" Vyn memeluk Luke erat.
Luke terkekeh, entah mengapa anaknya bersikap manis hari ini. Putranya yang begitu menggemaskan, putranya yang begitu ia sayang. "Papa juga menyayangimu Vyn."
Pria itu membalas pelukan Vyn. Ia berharap hal ini terus terjadi hingga akhir. Dia ingin melihat putra-putranya bahagia dengan kehidupan yang mereka pilih.
Luke hanya perlu mendukung. Khusus untuk Vyn sang putra bungsu, Luke ingin bayi kecilnya itu terus bergantung padanya.
Ia tak mau Vyn bertumbuh dewasa dan bersikap mandiri sama seperti kakak-kakaknya. Luke tak akan rela ketika anak manisnya tak lagi bergantung pada dirinya.
Luke akan memastikan jika bayinya tak akan pernah lepas darinya.
.
.
Luke berjalan kebawah untuk makan malam. Vyn yang berada di gendongan ayahnya merasa aneh dengan Mansion yang berbeda dari sebelumnya.
Mansion sebelumnya di dominasi dengan warna emas kecoklatan, tetapi disini di dominasi putih keperakkan.
"Papa kenapa Mansionnya berubah? dan kemana semua orang?"
Bolehkah Luke menggigit pipi yang sepertinya akan tumpah itu?
"Kita pindah Mansion baby," ujar Luke.
Mendengar perkataan Luke, Vyn tak bisa untuk tak terkejut.
"APAAA!!!!!!!!"
Bocah itu berteriak. Teriakannya menggema keseluruh Mansion. Bahkan Luke hampir saja menjatuhkan bocah gembul yang entah dari kapan memiliki suara yang memekakkan telinga.
Sementara Vyn masih shock, "Papa apa kakak Serena tak tinggal bersama kita?" tanyanya.
"Tentu tidak sayang, di mansion ini hanya ada keluarga kita."
"TIDAKKK!!! KAKAK SERENAA!!!!!!!!!!!!"
To be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Extra. ✔
Teen FictionVynni Alger Luis merupakan tokoh Figuran dari cerita 'Selena Story' dan merupakan sepupu dari sang antagonis. Bagaimana jadinya jika seseorang yang juga memiliki nama Vyn memasuki raga milik Vynni sang figuran. Vyn yang tau jika dirinya memasuki no...