Bab 9.

12.9K 1.8K 83
                                    

Untuk hari ini saja, Serena akan membiarkan adik manisnya di monopoli oleh Arthur. Bibirnya tersungging sebuah senyuman tipis melihat bocah manis itu begitu kekeh membelanya.

Awalnya dia sama sekali tak ada niatan untuk melawan segala omongan kosong yang di lontar kan oleh kembaran nya lantaran dia yang sedang di landa kemalasan.

Hingga sampai beberapa tahun membuat Rena lupa jika dia bisa melawan dan bahkan membunuh sang kembaran. Untung saja 'Vynni' sepupu manisnya mengembalikan kesadarannya.

Rena melangkah dengan raut wajah datar. Ketika melewati kelas Vyn, tanpa sengaja ia menoleh ke arah seseorang yang tengah bersenda gurau.

Tangannya mengambil ponsel yang sedari tadi berada di tasnya. Dia menghubungi seseorang, ketika orang itu menjawab Rena berkata, "Bukankah senyum itu begitu manis, ayah?" ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya.

"..."

"Aku masih ingin bermain-main."

"..."

"Ayah. pulang sekolah nanti, berikan aku satu kejutan. Kalau tidak..." Serena tak melanjutkan ucapannya. Dia sengaja menggantung perkatannya. Rena cukup yakin jika orang di seberang akan mengerti.

"..."

"Itu baru ayahku."

Tut

Tatapan Serena bersitatap dengan Selena. Dengan sengaja, dia menyengir lebar yang membuat bulu kuduk Selena berdiri.

"Apa-apaankembaran lo itu Lena, tatapannya ngeri," ujar Clara yang juga melihat Serena.

Selena menggeleng, "A-aku ga tau. Lebih baik kita pergi." gadis itu tergagap. Ini pertama kalinya sang kembaran menatapnya seperti itu.

Perasaannya, menjadi tak enak.

Serena yang melihat Selena gugup hingga pergi itu menentukan senyum seramnya dan terganti oleh seringai.

"Wait for your punishment my Twins."

Sementara Arthur harus mengeram kesal ketika siswi di depannya ini bukannya berdiri lalu pergi malah tetap terduduk dan menangis.

"Kana Lo gak papa?" ujar Dara menolong gadis bernama Kanaya, siswi yang terduduk di depan Arthur.

Dara membantu temannya berdiri lalu menatap Arthur, "Bukankah seharusnya lo minta maaf?" ujarnya.

Arthur mengangkat alisnya,"Untuk?"

"Lo kan yang ngebuat Kana jatuh?" tuduh Dara.

Adam maju dan menatap lamat gadis di depannya, "Lo nuduh Arthur?"

"Gw bukannya nuduh, tapi bukankah sudah jelas, Kana jatuh di depan kalian," sungut Dara. Gadis itu bersedekap dada.

"Lantas?"

Dara berdecak, "Kalo kalian ga mau ngaku, setidaknya tolongin Kana la bego."

Vyn yang se dari tadi menyimak pun dengan sebaliknya menjawab, "Buta lo mata lo," serunya menunjuk Dara.

"Nih cewek yang jatoh lo nuduh die," bocah itu menunjuk Arthur dengan dagu.

"Lo aja ada di belakang tuh cewek, enak aja lo main nuduh nuduh aja." bukannya apa nih yah. Tapi dia cape di gendong dengan posisi ini.

Biar ga lama, jadi dia berucap, ingat dia tidak membela si sial Arthur.

"Lo anak manja diem deh,"hardik Dara menatap tak suka Vyn.

Vyn mendelik, "Kenapa kalo gw manja? Secara kan gw kesayangan. Kenapa, iri?" sengit Vyn. Dia berontak turun dan langsung di turunkan oleh Arthur.

Bocah itu berkacak pinggang dan memandang Dara penuh permusuhan.

"Dara sudah, Aku tak apa," lirih Kana yang sedari tadi diam.

"Noh dengerin noh, temen lo gak papa. Ga usah lebay deh, dia jatoh sendiri, malah main nuduh aja lo," gerutu Vyn.

Perasaan di Novel ga ada nih adegan ini. Bahkan nama mereka aja ga disebutkan di novel. Apa kedua gadis di depannya ini merupakan Figuran juga.

Dara mengepalkan tangannya kuat, "Awas lo!" ancamnya dan menarik Kana pergi.

"Dasar cewe ga jelas!"

***

"Kamu harus menghukumnya dengan berat Lucci, Rena benar-benar keterlaluan. Sampai kapan dia terus-terusan menyakiti Lena," ujar Dewina geram.

Pasalnya Selena pulang dengan keadaan lebam di seluruh wajahnya.

Saat ini gadis itu berada di dekapan wanita itu.

"Hiks..salah Lena apa bu. Aku lelah di sakiti terus menerus oleh Rena," lirih Lena.

Dewina mengelus punggung kecil putri nya yang menangis, "Lucci, kamu harus mengirim Rena jauh dari Lena!"

Lucci menghela nafas, sedangkan Reinhard meminum kopinya dengan khidmat.

"Lena, apa benar Rena yang melakukan ini padamu?" tanya Lucci.

"Apa maksudmu Lucci,kenapa kau masih bertanya. Jelas-jelas Lena mengatakan jika Rena lah yang melakukannya," timpak Dewina.

"Lihat ini istriku." Lucci memberikan ponsel pintarnya yang menampilkan rekanan Cctv dimana Selena di tampar beberapa kali Clara. Bahkan Selena membenturkan kepalanya sendiri pada tembok.

Keringat membasahi tubuh Lena. Dia melepaskan pelukannya dari Dewina. Wanita itu menatap Lena meminta penjelasannya.

"I-itu..aku disuruh oleh Rena bu hikss..dia mengancam ku akan berbuat lebih dari itu jika aku tak melakukan perintahnya," ujar Lena. Dia bergerak gelisah, dia berharap jika keluarganya percaya.

Dewina bernafas legas, Lena putri nya tak akan melakukan hal itu. "Kau dengar kan Luc. Kali ini kau harus benar-benar mengirim Rena ke jerman."

Lucci tak menjawab.

Hingga langkah kaki terdengar dari luar, lalu muncul Rena dengan wajah datarnya. "Untuk apa aku kesana?" ujarnya dan berhenti tepat di depan keluarganya.

Sontak Dewina berdiri dan beranjak ke hadapan Rena, "Ibu sudah cukup denganmu Rena. Kau kaan berangkat ke Jerman nanti malam."

"Aku bilang untuk apa?"

"Kau masih bertanya!" kesana Dewina. Wanita itu menunjuk Lena, "Lihat saudaramu, wajahnya penuh lebam itu karebamu!"

Rena menatap Dewina datar, dia mengalihkan tatapannya ke Lena yang menangis sesenggukan.

"Bu, akan aku beritahu bagaimana aku melukai seseorang," ujar Rena. Dewina mengernyit ketika Rena mendekati Lena yang meringsut ketakutan karena senyum lebar yang Rena tampilkan waktu di sekolah kini ia tampilkan lagi dengan jelas di hadapan Lena.

Dia menjambak rambut Lena, "Akh!!!"

"SERENA!!"

Rena tak menggubris teriakan Dewina. Dia menghujam wajah Lena dengan kuat dan membenturkan kepala Lena ke meja. Darah berceceran keluar dari dahi gadis itu.

Lena menangis kencang begitu pula Dewina yang histeris. Dia menyuruh suaminya untuk menghentikan Rena, tetapi Lucci hanya acuh..

Pria itu malah menelpon seseorang, "Siapkan ruang IGD, aku akan segera kesana."

.

.

.




Tbc...





Typo tandai aja..

Figuran Extra. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang