Bab 5.

13.7K 1.7K 41
                                    



"Pokoknya Vyn mau tinggal sama kak Serena!" pekik Vyn. Bocah itu mengeluarkan air mata buayanya supaya keluarganya ini kembali ke mansion utama, atau bagus kalau Serena di ajak kesini untuk tinggal bersama dirinya.

Luke memandang datar putranya yang menangis sedari tadi. Selain berteriak kini putranya menangis untuk orang lain.

Meski Serena adalah keponakannya, ia tetap tidak suka ketika bayinya menangis hanya untuk tinggal bersama gadis itu.

"Vyn..Serena memiliki keluarga sendiri. Papi tidak akan membiarkan Serena tinggal bersama kita," bohong Luke. Dia menyeka air mata bayinya.

Mata Vyn berkaca-kaca, "Tapi Vyn mau tinggal sama kak Serena papa,"lirihnya. Dia memeluk Luke, dia harus berhasil membujuk pria itu fikir nya.

Luke mengangkat Vyn. Dia memeluk dan mengusap punggung bayinya. Berbeda dengan perlakuan lembut Luke, wajahnya sungguh tak bersahabat.

Terlihat dari urat urat yang menonjol serta rahang yang mengeras. Dia ingin marah, tetapi ia tak ingin memarahi bayinya.

Sudah sejam lamanya Vyn menangis hingga suaranya kini serak. Dan penyebab bayinya menangis lah yang membuat Luke marah.

"Baby, kau bisa bertemu Serena ketika di sekolahan. Nanti biarkan Serena bermain kesini. Tapi untuk tinggal bersama kita itu tidak mungkin sayang," ujarnya lembut. Ia berusaha menahan amarahnya. Ia harus mencari alasan supaya putranya berhenti mengajak keponakannya itu untuk tinggal bersama mereka.

"Kenapa?" tanya Vyn dengan suara seraknya.

Ia total lemas.. Vyn menjatuhkan wajahnya di ceruk leher Luke.

"Kamu mau papi sama mami Serena sedih karena jauh dari putri mereka? Atau Selena yang sedih karena jauh dari saudaranya?" ujar Luke. Pria itu mengusap lembut kepala putranya.

"Omong kosong apa itu. Yang ada mereka malah nyiksa Serena terus," Batin Vyn kesal

Vyn merasa nyaman dengan elusan itu. Tubuhnya lelah karena menangis, ia bersiap akan menuju alam mimpi. Tetapi sebelum itu dia bergumam, "Kak Serena."

Gumaman itu terdengar jelas di telinga Luke. Sebelumnya sangat putra tak pernah sedekat ini dengan gadis yang menurutnya pendiam itu.

Dia juga tak pernah melihat Vyn bertukar sapa dengannya. Karena terkadang, jika Vyn menyapa Serena, gadis itu tak pernah menjawab sapaan sang putra.

Hal itu yang membuat Luke tak menyukai Serena.

Lalu sekarang, putranya merengek dan menangis hingga serak hanya karena gadis itu?

Luke tak suka.

.

.

"Hikss ga mauu! mau kak Serena!" Vyn masih menangis meraung.

Pokoknya dia harus berhasil, ga peduli meski suaranya tambah serak. Yang penting Serena harus tinggal bersama dirinya.

Gadis itu menderita tanpa ada yang membelanya. Vyn datang untuk mengubah takdir Serena. Enak aja ia mau di pisahkan dari idolanya.

"Mama. Vyn mau kak Rena mama," lirih Vyn. Dia terisak, bahkan sampai sesenggukan. Wajahnya terlihat pucat karena banyak menangis.

Luke berwajah masam, "Vynni berhenti menangis!" pria itu mulai marah.

"Mampus si Babe marah!"

"Hikss tapi papa." bocah itu merentangkan tangannya meminta di gendong.

"Jangan sampek si babe marah."

"Papa.. kakak Serena pa."

Vyn terus merengek, dia harus memutar otak agar papanya tak marah dan Serena berada di Mansion nya.

"Vynni Alger Luis berhenti menangis atau kakak akan menjauhkanmu dari Serena!" ancam Alaric yang baru saja selesai dari misinya

Itulah alasan kenapa sedari tadi pemuda itu tak ada.

Vyn yang mendengar itu mendelik tajam pada kakaknya. Sayangnya bukannya seram ia malah menggemaskan. "Papa kakak nakal hikss.." adunya. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Luke.

Alaric menatap Luke dan mengangguk seakan memberikan kode.

"Baby.. Papa akan membiarkan Serena tinggal disini."

"Benarkah?!" mata Vyn berbinar seketika. Dalam hatinya dia bersorak karena merasa telah berhasil.

"Papa akan menghubungi Serena, kau berbicara sendiri pada gadis itu," ujar Luke.

Alaric memberikan ponselnya yang terhubung dengan Serena pada sang adik.

Vyn mengambil ponsel itu, "Halo kakak Rena, kak tinggal sama aku yah!" ujarnya to the point

"Aku menolak," sahut yang di seberang.

Bahu yang tadinya penuh semangat itu kini merosot, "Kenapa?"

Tut

Sambungan di matikan sebelah pihak oleh Serena. Mata Vyn berkaca-kaca, bibirnya melengkung. Kali ini dia menangis dalam diam.

Sejenak Vyn lupa, jika dia tak terlalu dekat dengan Serena hingga berfikir jika gadis itu mau tinggal bersamanya. Vyn lupa hal itu.

Dia sedikit egois disini.

Alaric mengambil alih tubuh adiknya. Dia tau jika sang adik sedang menangis. "Tenanglah, kau akan bertemu dia nanti," ucapnya menenangkan.

Pemuda itu membentuk senyuman penuh seringai.



***




Vyn tentu saja tidak putus asa. Tidak apa jika Serena tak mau serumah dengannya. Setidaknya dia bisa bertemu dengan Serena di sekolah.

Jika ada hal yang terjadi, Vyn tentu saja akan pergi ke kediaman utama. Untung saja dia mengetahui semuanya. Jadinya dia tak bingung.

Vyn menunggu kedatangan Serena di parkiran. Dia tak sabar bertemu dengan idolanya.

"Kita ngapain sih berdiri di sini Vyn?" keluh Alvin. Dia cape terus berdiri sedari tadi.

"Diem lo kutil amoeba." Vyn menatap sinis menatap Alvin.

"Elahh. Emang lo nungguin siapa sih."

"Bawel amat lo kek cewek. Gw sumpel mulut lo pake sepatu mahal gw," ketus Vyn..

"Si babi. Ck, udah lah..gw masuk duluan," putus Alvin. Dia hendak pergi, tetapi ancaman Vyn membuat Alvin berhenti dan nyengir menatap bocah itu.

"Terusin dan lo ga bakal dapat gratisan lagi dari gw," ancam Vyn.

"Eitss jangan gitu dong baby, lo kok gemesin si."

Ingin rasanya Vyn mencakar wajah burik Alvin. Bagaimana bisa dia berteman dengan makhluk di depannya ini.

"Bacot lo burik!" Alvin memanyunkan bibirnya, Kirana sontak menampar mulut Alvin.

"Bangsat lo. Sakit anjing, dasar cewek kasar," pekik Alvin.

Kirana mengangkat bahu acuh, "Jijik gw liat lo manyun gitu. Bukannya imut malah amit-amit."

"Iri kan lo?" sewot pemuda itu.

"Iri sama makhluk ke elo? Sorry kita ga selevel."

Vyn mengacuhkan pertengkaran keduanya yang beradu bacot. Fokusnya teralihkan ketika yang dia tunggu telah datang.

Vyn menautkan alisnya ketika melihat ada bekas lebam di  pipi kanan Serena. Sudut bibir gadis itu juga membiru.

Ini sama sekali tidak ada di dalam alur. Serena tak pernah datang dengan wajah lebam.

Apa yang telah dua lewatkan, mengapa alurnya sedikit berubah.











Makin aneh ga si?




To be continued..

Figuran Extra. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang