Bab 6.

14.1K 1.8K 73
                                    

Vyn melangkah kakinya dengan lebar. Sepulang sekolah, ketika dirinya di jemput oleh sopir dia meminta untuk di antarkan ke kediaman keluarga Luis.

Bullshit dengan bertingkah polos. Karena dirinya yang bermain-main dia malah tidak tau jika ada perubahan alur. Keberadaan dirinya seolah membahayakan Serena.

Ketika dia bergerak maju melindungi gadis itu. Serena semakin sering menerima kekerasan dari keluarganya.

"PAPII!" Teriak Vyn. Bocah itu seperti memiliki pita suara yang amat lebar.

"PAPII KELUAR...VYN MAU NGOMONG!"

Sebagian maid dan pengawal yang berada disana harus menutup kedua telinganya mendengar teriakan Vyn. "Astaga tuan muda, tenggorokan anda bisa sakit jika anda berteriak seperti itu," ujar Satria. Tangan kanan Reinhard.

"Vyn tidak peduli. Katakan pada Vyn, dimana papi?" ujar Vyn menggebu.

"Papimu berada di kantornya baby. Untuk apa kamu mencari Lucci?" bukan Satria, melainkan Reinhard lah yang berucap. Saat dirinya tengah memberi ikan kesayangannya, ia di kejutkan dengan teriakan bayinya.

Setelah dia keluar, dia melihat cucunya yang sepertinya sedang marah-marah.

Vyn memandang Reinhard penuh emosi, "Opa, kenapa wajah kak Rena penuh lebam. Apa papi memukul kak Rena?"

Pria tua itu mendekati cucunya yang saat ini kembang kempis karena emosi. "Baby, apa yang membuatmu sangat marah?"

"Vyn tidak suka basa basi, Vyn butuh jawaban Opa!" tukas Vyn ketika Reinhard tidak menjawab pertanyaan dirinya.

Wajah Reinhard berubah menjadi datar, "Vyn..Opa tidak suka dengan nada bicaramu," ujarnya dingin.

Vyn sedikit memundurkan dirinya ketika Reinhard mendekat. Bocah itu memalingkan muka, sungguh dia takut. Tetapi ia menepis ketakutan itu.

"S-sudahlah..aku hanya ingin bertemu Papi untuk meminta jawaban."

Ketika hendak pergi, Reinhard mengangkat tubuh Vyn dan membawa bocah itu ke kamarnya. "Opa lepasin Vyn!"

"Berteriak dan membentak. Opa tak pernah mengajarkan kamu bertingkah seperti itu Vyn. Sejak kapan kamu menjadi pembangkang hm?" ujar Reinhard setelah mendudukkan Vyn di kasur.

Entah keberanian dari mana Vyn menjawab ucapan Reinhard, "Bukannya papi sering membentak kak Rena. Bahkan papi juga kasar. Papi memukul kak Rena," ujarnya.

"Berani menjawab opa?" Reinhard tak suka bayinya menjadi pembangkang.

"Berani dong, kan dari tadi Vyn jawab ketika Opa berbicara."

Sekilas Reinhard mendengus."Papimu mempunyai alasan."

"Vyn juga memiliki alasan Opa," sahut bocah itu tak mau kalah.

"Apa alasanmu?"

"Opa masih nanya? Opa benar-benar bertanya?" heran Vyn.

"Opa gimana sih. Kak Rena terluka, cucu opa terluka!" Vyn sedikit membentak Reinhard. Dia terlalu emosi. Pria tua di depannya ini malah semakin menatap dirinya tajam. Seolah tatapan itu bisa membela tubuh nya kapan saja.

"Bocah nakal ini sepertinya harus di hukum."

.

.

Bugh

Bugh

"OPA BUKA PINTUNYA!"

"BUKA PINTUNYA!!"

Vyn terus menggebrak pintu dengan tangan mungilnya. Dia di kurung di kamar dan tak di per boleh kan keluar.

"BUKA OII VYN MAU KETEMU PAPI!"

Figuran Extra. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang