"Bagaimana jika kisah ini berakhir tanpa ada permulaan?"
~Safiana Riski Ananta~
•••••••
Ki sore lari kuy" ajak Briana sambil mengemas bukunya. Perasaan tadi mereka baru saja dipusingkan oleh ulangan bahasa, tapi sekarang kegiatan belajar mengajar sudah selesai saja.
"Mager, gue mau bocan" tolak Iki yang kini juga mengemas bukunnya.
"Is gaya lo bocan, bilang aja lo mau maraton dunia oren kan?" Tuding Briana membuat Iki mengangguk membenarkan.
"Terus, dah tau ngapai ngajakin gue?" Tanya Iki malas memutar bola matanya.
Iki heran dengan sabahatnya ini. Sudah tau dirinya paling malas keluar rumah masih saja hobi mengajaknya keluyuran.
"Ya dari pada lo ngehalu terus, mending kita lari. Siapa tau kan nanti di gor nemu cogan" ucap Briana menaik turunkan alisnya.
"Ogah niat lo aja udah salah" tolak Iki meraup muka Briana yang tengah tersenyum genit itu.
Dari pada semakin pusing menghadapi tingkah Briana, Iki memilih segera meninggalkan kelas. Hari ini sangat melelahkan rsanya, ingin Iki segera sampai rumah dan berleha-leha di tempat tidur favoritnya.
"Ayo dong Ki, biasa juga lo mau mau aja tu gue ajaki cuci mata di GOR. Kenapa sekarang lo sok kalem gini sih" cecar Briana sebab tumben-tumbenan Iki menolak ajakannya.
"Kemarin-kemarin iman gue masih lemah, jadi gampang terhasut demit. Hari ini Alhamdulillah iman gue setebal bedaknya Ica geng demit itu" terang Iki julid.
"Maksudnya, gue setan gitu? Kok Lo tega sih ngatai temen sendiri gitu." Ucap Briana menyadari sindiran Iki yang secara tidak langsung mengatakan dirinya demit.
"Gue ga bilang tu, lo yang memperjelas" ucap Iki menyebalkan membuat Briana manyun dan menghentakkan kakinya merajuk. Namun bukannya membujuk atau apa, Iki malah memilih meninggalkan Briana dengan tawa yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Briana.
Memang ya, membuat sahabat - sahabatnya terutama Briana itu kesal sangat bisa mengembalikan mood Iki. Itulah sebabnya, serandom apapun tingkah sahabatnya, Iki sangat nyaman berteman dengan mereka.
"Kiiiii, ihhh lo nyebelin banget sih. Tega ya lo ninggalin gue."
Briana mulai ngerog sambil mengejar Iki. Tidak ingin merasa malu Iki pun memilih menghentikan langkahnya tapi malah dapat tabokan dari Briana, laknat emang.
"Makannya ga usah banyak drama, ayok balik gue capek ni pengen cepat-cepat golek." Iki langsung menarik lengan Briana agar mulutnya tidak mengoceh lagi.
Untuk mencapai gerbang KJM Junior High School, mereka harus melewati parkiran. Saat melewati parkiran, pemandangan yang membuat hati Iki bergejolak kembali terlihat.
Di sana, Ido dan Sintia terlihat seperti akan pulang bersama seperti permintaan Sintia tadi pagi.
Ingin rasanya Iki menghampiri Ido dan mengatakan dia sudah sangat lelah dengan semua ini. Namun apa daya, dia tidak ingin Sintia merasa menang dengan penyerahannya. Iki paham betul, bahwa Sintia menaruh rasa pada Ido.
Selama ini Sintia sengaja menarik perhatian Ido dengan mengatas namakan pertemanan mereka.
Sintia juga pernah meminta secara terang-terangan pada Iki untuk melepaskan Ido, tapi jelas Iki menolaknya. Selagi bukan Ido yang memintanya mundur, maka Iki tidak akan menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I K I • I D O
Novela JuvenilCerita ini di tulis untuk mengenang hubungan pemeran utama yang hanya sebatas HTS. Jadi di mohonkan kepada para readers agar memberikan saran dan masukan yang bersifat membangun agar kedepannya author bisa lebih baik lagi dalam menulis. Atas partisi...