5. Perhatian Kecil

885 47 1
                                    

Yuna yang sedang belanja bulanan untuk rumah barunya tidak sengaja melihat Rega dengan seorang wanita.

"Na, itu 'kan suami Lo?" Vina yang menemani Yuna belanja langsung menyenggol lengan Yuna saat melihat Rega.

Yuna terdiam melihat Rega menggandeng seorang wanita padahal keduanya baru saja menikah.

"Gila...! Gadis kayak Lo diselingkuhi, tapi baru kawin kok udah...?"

Vina sebagai seorang sahabat tidak terima melihat Yuna diperlakukan seperti ini, Vina yang tidak terima langsung berjalan ingin melabrak Rega tapi dengan cepatnya Yuna menahan tangan Vina.

"Jangan ganggu dia, mungkin itu kebahagiaannya."

Vina langsung terdiam, dirinya yang sebagai sahabat merasa tidak terima tapi Yuna sendiri yang diselingkuhi terlihat sangat tenang.

Yuna mengeluarkan ponselnya, dengan cepat ia memotret Rega dengan seorang wanita yang sedang digandeng oleh Rega. Setelah itu Yuna kembali memasukkan ponselnya.

"Lo baik-baik aja 'kan? Lo baru aja nikah Na, gila anjir... terus reaksi Lo?"

Yuna mengedikkan bahwa acuh tak acuh, Yuna sama seperti biasa terlihat tenang bahwa saat ia diselingkuhi oleh suaminya ia tetap saja tenang.

"Yang gila itu Lo atau suami Lo sih anjir lah," Vina dengan kesal mengikuti langkah Yuna.

"Na, Lo gak apa-apa kan? Seriusan gak papa?"

"I'm ok," Yuna memperlihatkan senyum manisnya.

Vina menghela nafas pasrah, keduanya lanjut belanja membeli barang barang yang dibutuhkan.

***

Seperti tidak terjadi apa-apa Yuna memasak bahkan ia menyiapkan makanan untuk Rega juga.

"Mana mungkin bisa cemburu, orang suka aja nggak." Yuna hanya bisa tersenyum membayangkan wajah panik sahabatnya.

Setelah makanan siap disajikan, Yuna meraih ponselnya. Yuna berpikir bahwa foto ini akan penting suatu saat nanti.

"Gue pulang!!"

Yuna memutar bola mata malas, tingkah Rega benar-benar seperti anak kecil. Yuna berusaha sabar menghadapi sikap suaminya itu.

"Aku sudah masak, kamu mau makan?"

Rega bukanya menjawab, ia malah menatap wajah Yuna dengan tatapan aneh.

"Gak, gak usah sok pengertian juga. Ingat kita hanya menikah lalu tidak ada apa-apa diantara kita." Rega dengan angkuhnya mengatakan hal itu.

"Aku hanya menawari, ya udah aku makan duluan."

"Nanti jangan masak, gue makannya di luar." Rega pergi ke lantai atas, ke kamarnya.

Yuna tak ingin ambil pusing memilih untuk makan, mood nya akan membaik jika makan makanan yang enak.

***

Tok tok tok

Yuna memutar bola malas mendengar pintu kamarnya diketuk, dengan terpaksa ia bangkit untuk membuka pintu.

"Ada apa?" Tanya Yuna dengan wajah malas.

"Pijatin dong, gak enak badan nih." Rega nyelonong masuk ke kamar Yuna.

Tanpa disuruh Rega langsung membuka bajunya lalu berbaring di ranjang, Yuna masih berdiri di ambang pintu saat Rega menyuruhnya untuk cepat memijat.

"Sakit?" Tanya Yuna dengan tangan yang mulai memijat Rega.

"Gak, gak enak badan aja." Rega menikmati pijatan tangan Yuna.

Yuna merasakan tubuh Rega begitu panas tapi Rega bilang tida sakit, "Besok kerja?" Tanya Yuna dengan suara lembut membuat Rega langsung menganggukkan kepalanya.

"Pijat kepala ya, pusing." Rega mengubah posisi tubuhnya menjadi terlentang.

Yuna menurut tanpa membantah, ia juga mengubah posisi tubuhnya supaya mudah memijat kepala Rega.

"Minum obat ya?"

Rega terdiam mendengar ucapan Yuna, ia menatap wajah Yuna yang juga menatapnya dengan lembut. Ada perasaan aneh ketika Yuna begitu perhatian, sebelumnya ia belum pernah mendapatkan perhatian seperti ini. Saat kecil Rega sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya, ia tumbuh tanpa kasih sayang dari siapapun.

"Boleh," jawab Rega.

"Udah makan belum?" Tanya Yuna lagi, Rega menjawab dengan gelengan.

"Tadi katanya udah makan di luar," ucap Yuna mengingatkan ucapan Rega saat pulang.

"Itu kan tadi," Rega tetaplah Rega meskipun sakit tetap saja tidak ingin kalah.

"Ya sudah, aku buatkan sup hangat." Yuna yang malas berdebat memilih untuk memasakkan sup hangat untuk Rega yang sakit.

"Yuna!" Panggil Rega saat Yuna berjalan keluar kamar.

"Pakai daging sup nya," pinta Rega. Yuna mengangguk lalu pergi ke dapur, Rega merasa senang dengan hal kecil itu.

***

Yuna akhirnya harus menyuapi Rega yang katanya tidak bisa makan sendiri karena pusing, setelah selesai makan barulah Rega minum obat.

Rega menarik selimut untuk menutupi tubuhnya tapi hal itu membuat Yuna mengernyitkan keningnya.

"Kamu tidur di sini?"

"Kenapa memangnya?" Rega merasa tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan.

"Ini 'kan kamar aku..."

"Ya udah sih, pelit amat." Rega tetap nyaman dengan selimut hangat yang memberikan sedikit kenyamanan.

Yuna meraih satu bantal tapi saat melangkah tangannya ditahan Rega, "Tidur aja di sini, gue gak akan ngapa-ngapain juga."

"Gak papa, aku di sofa aja." Yuna melepaskan tangan Rega yang menahannya tapi Rega dengan cepat kembali menarik tangan Yuna.

"Tidur aja sih, kita itu suami istri kalau lupa." Rega memberikan Yuna tempat.

Yuna dengan berat hati membaringkan tubuhnya di samping Rega, sebelumnya Rega sendiri yang bilang bahwa keduanya harus tidur terpisah tapi sekarang kelakuannya lain lagi.

"Gak usah tegang," bisik Rega seperti lupa dengan keadaan bahwa keduanya seharusnya tidak seperti ini.

"Siapa juga yang tegang, jauh-jauh katanya kita gak boleh dekat." Yuna menjaga jarak dari Rega.

"Lebay banget," cibir Rega melihat Yuna sangat menjaga jarak.

"Biarin. Sekarang udah gak terlalu pusing?" Yuna kembali memberikan perhatian kecil.

"Nggak," jawab Rega.

"Ya sudah tidur," Yuna menahan senyumnya melihat Rega begitu menurut, diberi perhatian kecil aja langsung nurut.

To Be Continued...
























Mission LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang