18. Rencana

642 31 2
                                    

Rega mondar mandir dengan resah karena Yuna belum pulang dan temannya tidak bisa dihubungi.

"Ada apa ini sebenarnya?" Rega dengan wajah panik terus mencoba menghubungi temannya.

Rega awalnya ingin melakukan hal konyol yaitu menjahili Yuna dengan bantuan temannya. Temannya akan menggoda Yuna tapi dengan syarat tidak menyentuh Yuna dan Rega akan datang tapi yang terjadi Rega sama sekali tidak menerima panggilan dari temannya itu itu mulai datang.

Ceklek

Pintu terbuka memperlihatkan Yuna yang terlihat baik-baik saja. Rega melihat Yuna langsung berlari menghampirinya lalu memeluknya dengan erat.

"Kamu gak kenapa kenapa?" Rega memastikan Yuna baik-baik saja.

Yuna mengerutkan keningnya melihat tingkah Rega yang aneh.

"Memangnya aku kenapa?"

"Maafkan aku sebelumnya, tapi..."

"Apa?" Yuna semakin penasaran ketika Rega menghentikan ucapannya.

"Sebenarnya aku mau ngerjain kamu tapi teman aku malah gak ada kabar, aku khawatir karena itu."

Yuna lah yang dibuat panik saat ini, Yuna mencoba untuk biasa saja.

'Semoga saja Theo tidak membebaskan orang-orang itu,' batin Yuna penuh harap kalau tidak maka Rega akan tahu siapa dirinya.

"Tapi aku tidak kenapa-kenapa kan, jadi tidak perlu khawatir." Yuna tersenyum kecil.

"Iya, semoga mereka juga gak kenapa-kenapa." Rega kembali memeluk tubuh Yuna.

***

Setelah bersih bersih keduanya bersiap untuk tidur, Rega memeluk tubuh Yuna dengan erat.

Cup

"Selamat malam," ucap Rega plus dengan ciumannya yang membuat Yuna hanya bisa tersenyum.

Tak butuh lama malam ini Rega tertidur dengan cepat, Yuna dengan perlahan membuka matanya. Dengan penuh kehati-hatian Yuna melepaskan tangan Rega yang mendekap tubuhnya sangat erat.

Akhirnya Yuna berhasil lepas, ia dengan cepat mengambil ponselnya lalu berjalan ke luar kamar. Yuna mencari tempat yang jauh dari kamarnya.

Yuna melihat ke belakang memastikan Rega tidak bangun lalu ia mencoba untuk menghubungi seseorang.

"Jangan bebaskan orang orang itu, mereka bisa menjadi masalah." Ucap Yuna dengan penuh penekanan.

"Lo ke sini besok."

"Ya, tapi waktunya aku yang..."

"Kamu ngapain?"

Yuna memejamkan matanya karena ketahuan, Yuna dengan cepat mematikan panggilannya lalu menghapus riwayat panggilan. Yuna melakukannya dengan sangat tenang meskipun keadaan tidak demikian.

Dengan perlahan Yuna berbalik, "Aku gak ngapa-ngapain, kamu butuh sesuatu?"

"Hmm tidak, ayo kita kembali tidur." Rega berjalan ke arah Yuna lalu memeluknya.

"Hem, ayo."

Keduanya berjalan dengan Rega yang menggandeng Yuna.

Yuna kembali terbaring di atas kasur, padahal saat ini Yuna sama sekali tidak tertarik untuk tidur.

***

Pagi-pagi Rega terbangun tapi Yuna sudah tidak ada di sampingnya.

"Yuna..." Rega memanggil Yun tapi tidak ada sahutan.

Rega langsung bangkit mencari di mana istrinya, Rega melihat catatan kecil yang menempel di cermin.

'Aku pergi ada urusan' kata-kata singkat yang membuat Rega begitu penasaran dengan apa yang dilakukan Yuna.

Rega begitu tidak bersemangat pagi ini, rasanya ada yang hilang pada dirinya. Dengan malas Rega mencuci wajahnya lalu keluar kamar untuk mencari makanan.

Senyuman lebar di wajah Rega ketika melihat makanan yang sudah tersaji, ternyata Yuna menyempatkan diri untuk masak.

"Dia memang istri yang sempurna." Rega melahap makanannya hingga tandas.

***

Dua pria dengan satu gadis terlibat perbincangan serius di tempat yang sangat tertutup.

"Dia teman-temannya Rega," ucap sang gadis yaitu Yuna.

"Begitu cara bermain-mainnya, baiklah." Ucap salah satu pria yang bernama Theo.

"Sudahlah, jangan membicarakan hal yang tidak penting. Kita lakukan pekerjaan masing-masing." Satu pria yang berbicara itu berdiri lalu merapikan jas nya dan keluar dengan langkah perlahan penuh wibawa.

"Cih, selalu saja sok keren." Theo memutar mata malas.

"Dia memang begitu, bukan dibuat-buat. Pria tampan akan selalu tampan," Yuna juga keluar setelah mengatakan hal itu.

***

Yuna berjalan mencari sesuatu yang ia butuhkan untuk malam ini. Yuna melihat pakaian yang sangat terbuka.

"Apa aku harus memakainya?" Yuna bertanya pada dirinya sendiri. Yuna merasa malu sendiri jika harus memakai pakaian yang sangat terbuka.

Yuna mengambilnya lalu membayar dengan cepat dan pergi. Saat ini Yuna memakai masker dan kacamata karena malu harus membeli sendiri pakaian menjijikkan menurutnya.

"Tidak perlu malu Yuna, kamu bahkan pernah bertelanjang di hadapannya. Bahkan..." Yuna merapatkan kakinya membayangkan ketika Rega menyentuh bagian intimnya.

***

Yuna kembali pulang saat Rega sudah berangkat kerja, Yuna menyimpan semua barang yang sudah ia beli.

Barang belanjaan yang tidak pernah Yuna beli sebelumnya, Yuna melirik bunga mawar dengan tatapan tidak menyangka.

"Dia pasti senang," Yuna tersenyum kecil.

Rega tidak ada maka waktunya untuk Yuna menyiapkan semuanya. Yuna menyiapkan pakaian yang akan dipakai malam ini.

Bukan hanya itu saja, Yuna juga menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam nanti.

Semuanya sudah sudah sesuai, Yuna tinggal menyiapkan tubuhnya untuk malam ini.

































Mission LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang