13. Harus Berpisah

1.6K 40 5
                                    

Malam dingin dengan hujan yang begitu deras, Yuna dengan tubuh tanpa busana merasa resah dengan keadaannya saat ini.

"Shhh... ahhh..."

Sudah menahannya tapi desahan itu akhirnya keluar, Yuna mengigit bibirnya kuat kuat tapi perbuatan Rega benar benar membuatnya merasa tak berdaya.

Rega memperhatikan wajah cantik Yuna, Yuna yang terlalu malu tidak berani melihat apa yang Rega lakukan.

"Ahhh..."

Jilatan hangat itu membuat Yuna merinding, satu titik yang disentuh tapi seluruh tubuhnya yang merasakan akibatnya.

Padahal Yuna yang harus menahan hasratnya tapi Rega yang harus lebih memendam hasratnya karena tahu kalau Yuna tidak akan suka jika Rega melakukannya sekarang.

"Tidur di sini ya?"

Rega langsung mengubah posisi menjadi di atas tubuh Yuna, Rega melakukannya karena takut tidak bisa menahan dirinya sendiri.

Yuna mengangguk perlahan, sentuhan tangan Rega membelai wajah Yuna yang terus berpaling.

"Aku pakai baju dulu," ucap Yuna yang merasa tak nyaman.

"Tidak usah," Rega menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

Yuna menutupi seluruh tubuhnya, ia juga mengubah posisi tubuh menjadi telungkup. Sedangkan Rega masih berada di atas tubuh Yuna, menikmati hangatnya memeluk tubuh Yuna.

Rega menurunkan selimut yang melilit tubuh Yuna sampai memperlihatkan pundak.

Cup cup

"Mmm geli," Yuna beringsut merasa geli.

"Masa sih?" Rega mengerti ternyata tubuh Yuna gampang sekali merasa geli dengan sentuhan.

"Iya."

Rega tersenyum, tangannya yang tidak bisa diam sekarang bergerak mencari sesuatu yang bisa dimainkan.

Rega mengecup bahu Yuna, lalu memeluknya.

"Mau tidur sekarang?" Bisik Rega mendapat anggukan kepala dari Yuna.

Cup

"Tidurlah," Rega memberikan kecupan sebelum keduanya tidur.

***

Yuna membuka matanya, tatapan matanya langsung tertuju pada seorang pria yang sudah sangat rapi.

Rega tersenyum melihat Yuna sudah bangun, dengan perlahan Rega mendekati Yuna lalu mencium kening istrinya dengan lembut.

Yuna memejamkan matanya, ada rasa nyaman yang membuatnya merasa takut. Takut dengan apa yang akan ia rasakan.

"Pagi..." Ucap Rega. Tangannya membelai wajah Yuna yang masih mengantuk.

"Pagi..." jawab Yuna kaku.

"Maaf aku bangun terlambat." Yuna merasa bersalah bangun kesiangan m

"Tidak apa-apa, berangkat dulu ya..." Rega mengecup bibir Yuna sebelum pergi bekerja. Pria ini tiba-tiba menjadi terlihat dewasa padahal sebelumnya seperti anak kecil.

***

Yuna hanya bisa diam setelah Rega pergi kerja, tak lama ada telpon masuk.

Tangan Yuna meraih ponselnya dengan malas ketika tahu siapa yang meneleponnya.

"Kita harus ke langkah selanjutnya, cepatlah bergegas." Ucap seseorang dari ponsel Yuna.

"Hm, ada yang mau aku tanyakan tentang foto. Aku kirim fotonya."

"Kau tidak tahu? dia ibu tirinya. Tidak perlu khawatirkan wanita itu." Yuna mengangguk mengerti, sebelumnya ia berpikir bahwa Rega memiliki hubungan dengan istri orang tapi ternyata wanita yang ada di foto itu adalah ibu tirinya.

"Baiklah, aku tutup telponnya."

Yuna memejamkan matanya, lalu menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Yuna terdiam memikirkan langkah kehidupannya yang terasa sudah diatur sangat ketat.

***

"Sudah waktunya untuk kamu berpisah dengannya," ucap seorang pria yang memakai pakaian serba hitam.

Yuna menghembuskan nafas lelah, "Aku perlu waktu." Ucap Yuna yang tidak mungkin bisa berpisah di saat ia dan Rega semakin dekat.

"Tidak bisa, kita harus melangkah ke rencana selanjutnya."

"Aku butuh waktu," Yuna tetap meminta jangka waktu karena perpisahan yang diminta tidak semudah yang diucapkan.

"Bukan kamu Yuna, tapi hati kamu yang membutuhkan waktu. Jangan pernah sekalipun melibatkan perasaan."

"Kak..." Yuna menatap pria yang berada dihadapannya.

"Aku ini adik kamu, aku bukan boneka. Mengertilah..." Yuna menyentuh lengan pria yang ternyata kakaknya.

"Karena aku mengerti makannya kita harus lebih cepat," Pria itu merengkuh tubuh Yuna ke dalam pelukannya.

Pelukan yang sangat singkat, karena pria dengan outfit serba hitam itu langsung melepaskannya.

"Banyak pria lain, jangan dia. Bermainlah lebih halus..." Perkataan itu menjadi penutup pertemuan singkat ini karena pria itu langsung pergi.

Yuna duduk dengan mata terpejam. Sebelumya ia harus menikah dengan tiba-tiba dan sekarang secara tiba-tiba pula ia harus berpisah.

Ting

Satu pesan masuk dari pria yang baru saja pergi.

'Jangan sampai Theo membunuh dirimu'

Yuna hanya memutar bola mata malas membaca pesan dari Kakaknya.

***

Pada akhirnya Yuna harus mengalah dan mencari ide untuk bisa berpisah.

Tidak tahu yang dipikirkannya saat ini benar dari tidak, Yuna memilih untuk meminta bantuan seseorang.

Dengan langkah elegan Yuna memasuki kantor Damar, di sana Yuna ingin bertemu dengan seseorang.

Yuna tidak bisa buang-buang waktu, karena hanya dirinya yang harus melakukan semua ini.

***

"Kamu serius?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Yuna.

"Sangat. Aku akan melakukan apapun untuk kamu Yuna. Aku tidak pernah seserius ini." Joshua menyentuh tangan Yuna dengan tatapan tajam penuh dengan keseriusan.

Ternyata Yuna menemui Joshua, pria yang selalu bersitegang dengan Rega.

"Bantu aku lepas dari dia, tapi..."

Yuna melangkah maju, menatap ke arah luar. Yuna tidak pernah dekat dengan pria kecuali Rega, ada ketakutan tersendiri ketika keduanya sangat dekat.

"Tapi... aku tidak bisa menjamin kita bisa bersama meskipun nanti aku pisah dari dia." Yuna berbalik menatap Joshua. Meskipun Yuna akan memanfaatkan Joshua, tapi Yuna tidak bisa memberikan harapan palsu dengan kata-kata dusta.

"Kita bisa menjalaninya tanpa terburu-buru." Joshua memeluk tubuh Yuna.

"Kau bisa membantuku nanti, karena aku akan meminta berpisah secara baik baik terlebih dahulu dengannya."

Tanpa ada kata lagi Yuna pergi begitu saja meninggalkan ruangan Joshua. Dipeluk seperti itu membuat Yuna tidak nyaman, sehingga memutuskan untuk pergi tanpa ada perkataan lagi darinya.

To Be Continued...




















 

Mission LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang