16. Ingin Memiliki

811 31 1
                                    


Yuna terdiam menatap ke arah luar, pikirannya sedang melayang memikirkan kehidupan yang sangat tidak ia inginkan. Kehidupan dirinya tapi ia sendiri tidak memiliki hak sama sekali pada dirinya.

Air mata keluar  begitu saja, tanpa sadar saat ini ia sudah bermain terlalu jauh dalam hidup yang nyatanya tidak bisa ia kendalikan.

kejujuran Rega dalam megungkapkan perasaan membuat Yuna merasa semakin tak terarah, setiap langkahnya sangat berhasil tapi nyatanya ada sesuatu yang mengingkari yaitu perasaanya sendiri.

"Sebelumnya penderitaan dirimu adalah kebahagiaan bagiku, tapi nyatanya sekarang sudah berubah." Yuna meratapi nasibnya.

"Akan aku sudahi atau selesaikan secepatnya."

Yuna merapikan penampilannya, Yuna memperhatikan tubuhnya yang selalu ia jaga hingga tidak satu orang pun yang berani menyentuhnya tapi sekarang ada satu pria yang bisa menyentuhnya yaitu suaminya Rega.

"Kau hanya akan bisa menyentuhnya saja." Ucap Yuna dengan penuh percaya diri.

Saat akan pergi ia membawa sebuah pisau kecil yang selalu ia bawa untuk melindungi dirinya, sesuatu yang tak terduga biasanya sering terjadi. Yuna mencoba untuk tersenyum meskipun senyumannya terkesan sangat kaku.

...

Secara diam diam Yuna kembali mendatangi sebuah makam, hanya bisa diam melihat nama sesorang yang paling disayangi tertulis di batu nisan.

Yuna memejamkan matanya ketika bisikan dan teriakan masa kecilnya kembali terdengar, bisikan yang membuatnya menjadi seperti ini.

"Aku tidak akan merasakan hal ini," Yuna memukul dadanya dengan kencang

Suara pengakuan cinta Rega berperang melawan suara tangisan yang selalu ia dengar. Yuna menepuk dadanya yang terasa sakit, pikirannya kembali kacau.

Yuna meremas kepalanya yang terasa berat, "Sial, kenapa...?" Semuanya gelap dan sunyi dalam seketika.

...

Yuna terbangun di ruangan super megah, Yuna hanya terdiam dengan wajah tenangnya.

"Berhentilah menyiksa diri sendiri karena bukan itu tugas dirimu. Jaga kesehatan." Ucap seorang pria yang memiliki postur tubuh sempurna.

Pria tampan dengan wajah yang melihatnya merasa damai.

"Berhentilah memberi ceramah karena bukan itu tugas dirimu," Yuna membalas ucapan pria itu dengan wajah juteknya.

Pria itu hanya menyeringai lalu pergi, Yuna memperhatikan kalung keduanya yang sangat sama. Yuna mengenggam kalungnya, hanya sebuah kalung yang bisa membuat keduanya terlihat dekat.

"Semoga Tuhan memberikan jodoh yang sangat baik untukmu." Ucap Yuna dengan mata terpejam dan tangan menggenggam kalung yang sama persis dengan pria barusan.

...

Seperti tidak terjadi apa-apa Yuna menyiapkan makan malam untuk menyambut kepulangan suaminya. Yuna menyiapkan makanan yang disukai oleh Rega.

"Aku pulang." Rega memeluk tubuh Yuna dari belakang. Setelah mengungkapkan perasaanya. Rega terlihat lebih manis.

Yuna berbalik melihat wajah Rega yang terlihat berseri padahal baru pulang bekerja harusnya Yuna melihat wajah lelah Rega.

"Aku sangat senang..." ucap Rega dengan kedua tangannya membelai wajah cantik istrinya. Rega mendekatkan wajahnya, menatap dengan lekat bagaimana cantiknya istrinya.

Rega seperti baru tersadar bahwa ia memiliki istri yang sangat canik, ayahnya memang pintar memilih jodoh untuknya tapi sepertinya ada yang rega lupakan bahwa Rega menikahi Yuna bukan untuk ia sayangi dan ia miliki melainkan hanya untuk memperoleh seluruh warisannya.

Untuk memperoleh seluruh warisannya, Rega harus memenuhi syarat yaitu menikah dan sekarang ia memilki seluruh warisannya beserta istri yang ia cintai.

"Senang kenapa?" tanya Yuna dengan menggemaskannya.

"Aku memiliki istri yang cantik." Rega menyentuh bibir lembut nan manis itu dengan bibirnya. Sensasi yang begitu candu, Rega selalu menginginkan sensasi ini mulai dari sekarang.

Cup

Yuna yang terbuai dengan perlakuan lembut sang suami memejamkan matanya ketika dua mulut saling menyatu. Tangan Rega menyentuh wajah Yuna dengan lembut penuh rasa.

"Mmm.." Yuna merintih karena Rega menggigit bibirnya tapi dengan sangat cepat Rega memanfaatkan hal itu untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Yuna.

Yuna semakin terbuai dengan ciuman yang sangat panas tapi lembut ini, tangannya terangkat melingkar di leher Rega dengan sangat pas.

Kaki yang sudah tidak tahan karena terlalu lemas membuat tubuhnya hampir ambruk tapi karena Rega menyadari keadaan Yuna saat ini, Rega dengan cepat merangkul pinggang Yuna. Rega mengangkat tubuh Yuna lalu membawanya ke sofa dengan mulut yang sepertinya tidak ingin terpisah.

Yuna duduk dipangkuan Rega yang memeluknya dengan sangat erat. Tangan Yuna masih melingkar di leher Rega dengan sangat nyaman.

Cup cup cup

Suara decapan bibir terdengar sangat jelas, keduanya sama-sama memejamkan matanya dengan lidah yang saling membelit. Pelukan Rega semakin erat, hatinya berbunga-bunga.

'Tidak akan aku biarkan kamu pergi sampai kapan pun, ' batin Rega dengan sangat yakin.

"Mmhh..." Yuna terengah-engah.

Rega menetap Yuna yang kewalahan, Rega mengelus bibir Yuna dengan tatapan laparnya. Saat Rega ingin kembali menikmati bibir manis Yuna, Yuna dengan cepat menutup mulut Rega.

"Ayo kita makan, nanti masakannya dingin" Ucap Yuna sambil menarik tangannya yang sudah menutup mulut Rega supaya tidak menciumnya.

"Hmm..."Rega menarik tubuh Yuna supaya lebih dekat lalu ia menghirup aroma tubuh istrinya yang selalu wangi.

"Ayo," Rega berjalan menggandeng tubuh Yuna ke meja makan.

Rega sebenarnya sudah tidsk tahan ingin menjadikan Yuna sebagai istrinya yang sesungguhnya bukan hanya sekedar ciuman dan pelukan tapi benar-benar saling memiliki dan bersatu. Mungkin Rega harus kembali menunggu sampai Yuna mengizinkannya, Rega akan terus menunggu karena ia tahu bagaimana sikapnya terkadap Yuna di awal pernikahan.

Yuna menyajikan makanan dengan senyum manisnya, senyuman yang membuat Rega ikut tersenyum. Saat akan memulai makan, Rega menggenggam tangan Yuna. Rega tidak bisa berpaling dari wajah cantik istrinya.

Cup

Tanpa bisa menahannya Rega mengecup pipi kiri Yuna, Rega membuat Yuna merasa canggung karena terus menatapnya.

"Makanlah," Ucap Yuna karena Rega terus menatapnya.

Rega akhirnya berhenti menatap karena makanan yang lezat itu sedikit mengalihkan perhatiannya tapi menambah rasa cintanya.

...

Seperti malam pertama, Rega menggendong tubuh Yuna untuk dibawa ke kamar. Rega dan Yuna malam ini tidur di kamar lantai bawah yaitu kamar yang menjadi milik Yuna.

Rega membaringkan tubuh Yuna dengan sangat hati-hati, sekarang Yuna menjadi seseorang yang sangat berharga karena sebenarnya hanya Yuna yang ia miliki di dunia ini.

Cup cup cup

"Selamat malam," bisik Rega dengan suara sedikit serak membuat Yuna sedikit merinding. Rega tak lupa memberikan kecupan manis pengantar tidur.

Perlakuan yang sangat berbeda dari awal mereka menikah tapi waktu mengubahnya menjadi seperti malam ini.

Rega mendekap tubuh Yuna dengan erat, sekarang malamnya menjadi lebih indah dan tidurnya menjadi lebih nyaman. Rega berpikir bahwa kehadiran Yuna menjadi cahaya dalam kehidupannya tapi takdir mungkin berkata lain dari waktu selanjutnya.

Mission LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang