"Ngantuk?" Tanya Yuna kepada Rega yang terlihat kusut dan kacau.
"Sedikit pusing ni pala." Rega mengurut keningnya.
"Biar aku aja yang nyetir," Yuna menawarkan diri karena Rega terlihat tidak memungkinkan untuk menyetir.
"Ya udah kalau bisa," ucap Rega lalu keluar, keduanya saling bertukar tempat.
Yuna dengan begitu tenangnya mengendarai mobil sedangkan Rega memejamkan matanya karena pusing.
***
"Sudah sampai," ucap Yuna kepada Rega yang tertidur.
"Hey bangun..."
Rega masih belum bangun juga, Yuna dengan terpaksa mengangkat tangannya menyentuh pipi Rega.
Tapi... baru tangannya menyentuh Pipi, mata Rega langsung terbuka. Keduanya saling menatap, Yuna seperti biasa dengan tatapan dinginnya sedang Rega dengan tatapan yang lembut.
"Jadi cewek kok pegang-pegang," ucap Rega membuat Yuna langsung menarik tangannya dengan cepat.
"Sudah sampai," Yuna kembali mengatakan hal itu.
Rega membuka pintu lalu keluar lebih dulu diikuti oleh Yuna.
***
Setelah selesai membereskan barang-barang, Rega langsung mengajak Yuna berbicara tentang pernikahan ini.
"Gue mau Lo tidur di kamar lantai bawah, gue di kamar lantai atas yaitu kamar ini. Jangan ikut campur urusan hidup gue, kita akan kembali menjalani hidup masing-masing seperti biasa. Gue mau melakukan apapun Lo gak bisa larang atau ikut campur." Rega mengatakannya dengan angkuh, diam-diam Rega memperhatikan wajah Yuna untuk melihat bagaimana reaksi wajahnya.
"Baiklah, semoga aku tidak mengganggumu."
Rega terdiam, 'Reaksi macam apa itu?!' batin Rega yang masih tidak percaya gadis didepannya sama sekali tidak terlihat keberatan.
"Kau setuju kita pisah kamar?" Rega kembali memastikan.
"Kalau itu keinginanmu aku setuju," Yuna tersenyum. Tanpa Rega tahu bahwa perkataan dirinya membuat Yuna sangat senang.
"Saya pamit ya, mau membereskan kamar yang di bawah."
Dengan sangat entengnya Yuna meninggalkan kamar ini dengan Rega yang sama sekali tidak puas dengan tanggapan Yuna.
"Kenapa dia tidak sedih atau membatah meskipun hanya sedikit saja?" Rega sepertinya harus pasrah dengan istrinya yang aneh.
***
Kehidupan baru sudah dimulai, Yuna memulai dengan membersihkan rumah. Rega benar-benar tidak memperkerjakan asisten rumah tangga, dia seperti sengaja ingin Yuna yang melakukan segalanya.
Rega dengan seenaknya menonton televisi sambil menikmati cemilan padahal didepannya Yuna sedang mengepel lantai.
"Tidak kerja?" Tanya Yuna kepada pria yang seperti anak kecil bertingkah seenaknya.
"Kan baru nikah, ini waktunya bulan madu."
Yuna melanjutkan pekerjaannya tidak berniat melanjutkan perbincangan ini.
"Angkat kakinya sebentar." Yuna ingin mengepel bagian lantai yang terhalang kaki Rega.
"Gak mau tuh, pel aja sebisanya." Rega tersenyum jahil, tingkah jahil Rega sepertinya akan berguna karena ada sasaran baru yang akan menerima kejahilannya.
Tapi Yuna malah dengan mudah mengepel lantai bagian lainnya, melewati bagian lantai yang ada kaki Rega.
"Aduh ngalangin tubuh Lo, sini dah pijat pundak gue aja, pegel nih."
Yuna menoleh melihat Rega menggerakkan kedua bahunya.
"Boleh tapi nanti gantian ya? Soalnya aku juga pegel pegel."
Yuna menghampiri Rega, ia duduk di samping Rega yang langsung membuka pakaian saat Yuna menyetujui keinginannya.
"Harus banget apa buka baju?" Yuna terlihat malu sendiri melihat Rega tidak memakai baju.
"Iyalah, apa harus buka celananya juga ya?" Yuna yang terlihat malu membuat Rega begitu senang.
"Gak usah, yang mau dipijat kan pundak tidak ada hubungannya sama celana."
Rega mendesah lemas melihat Yuna yang kembali terlihat biasa saja bahkan sangat tenang. Rega merasa menjadi pria biasa aja jika dengan Yuna, sikapnya yang selalu cool langsung hilang jika wanita yang ada dihadapannya adalah seorang gadis pendiam yang membosankan.
Tangan Yuna mulai memijat pundak Rega, merasa setiap sentuhan Yuna memberikan rasa nyaman Rega meminta dipijat sambil berbaring menonton televisi.
Pijatan yang terasa nikmat membuat mata Rega perlahan terpejam, Rega lupa bahwa dirinya juga harus memijat Yuna.
"Aish malah tidur, dasar nyebelin!" Yuna memilih tidur di sofa satunya lagi.
"Sangat nyaman," tidur seperti obat bagi tubuh Yuna, di mana saat terbangun tubuhnya merasa lebih baik.
Keduanya sama sama tertidur. Yuna terlihat terlalu baik bagi Rega yang sangat menyebalkan tapi sebuah perjanjian tidak bisa diingkari lagi apalagi sudah tandatangan di atas materai.
***
Yuna membuka matanya, terlihat bahwa ia terkejut saat pertama kali membuka matanya.
Rega berada di depannya, menatapnya dengan tanpa dosa.
Plak!
Tanpa bisa menahan pergerakan tangannya yang bergerak begitu saja Yuna menampar suaminya.
"Awh, gila lo?" Rega menyentuh pipinya yang terkena tamparan istrinya. Tamparan yang terlihat pelan tapi ternyata sangat sakit.
"Maaf, refleks."
Rega bangkit, ia menyadari alasan kenapa gadis di depannya terlihat selalu sendiri tidak ada cowok didekatnya karena terlalu kasar.
"Kasar banget Lo jadi cewek." Ucap Rega yang masih memegang pipinya.
"Cengeng banget jadi cowok." Yuna bangkit. Kakinya melangkah menjauh dari Rega, bertingkah seperti tidak terjadi sesuatu.
Yuna berbalik, "Senang merasa bahwa aku ada dalam permainan mu? tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ingatlah perkataanku ini jika tidak ingin hanyut lebih dalam".
Rega hanya tersenyum remeh mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Yuna. Rega menggelengkan kepalanya, ia merasa bahwa Yuna sedang membuat lelucon.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Love
Fiksi Remaja~Sekuel Married with Single Daddy Sebuah pernikahan yang di dasari perjanjian, tanpa ada cinta sedikitpun diantara keduanya. Dengan berjalannya waktu, salah satu diantara keduanya merasakan perasaan yang tumbuh, perasaan cinta yang semakin membesar...