Chapter 26

196 38 2
                                    

"Ada apa Hinata? Apa kesimpulanku salah?"

Gestur tubuh Hinata terbaca semakin menghindarinya. Hinata tak dapat berkata-kata. Pria itu seakan ingin menarik Hinata keluar dari lingkaran yang ia bentuk. Jika Hinata membalasnya maka akan terlihat jelas. Dan ia tak mau kalah di awal sebelum menuju puncak pencapaiannya.

"Diammu menandakan kebenaran Hinata."

"I-itu..."

Sasuke menghampiri Hinata dan duduk tepat di samping kanannya. Hinata pun mulai panik.

"Kau tadi bilang... Bahwa kau telah berjanji pada Sakura dan dirimu sendiri, kan?"

Sasuke sontak menarik dagu Hinata lembut agar istrinya tersebut melihat ke arahnya. Dan sebaliknya, manik bulan itu tak mengarah padanya.

"Jadi, aku berpikir kau mulai mencintaiku. Tetapi karena Sakura kau lebih suka menyimpannya."

Hinata membeku.

"Tapi, aku menghormati pilihanmu, Hinata. Mungkin aku tak berhak memilikimu,"

Bibir Hinata kembali bergetar. Ia menutup mulutnya sebelum pecah. Matanya juga berkaca-kaca karena airmata itu mulai tercipta.

"Sasuke-kun, aku..."

Hinata menggeleng keras. Airmatanya mengalirlah sudah. Ia sungguh tak tega. Ia memang mencintai Sasuke, namun cinta itu terlalu awal dan bentuknya pun belum solid. Ia takut suatu hari akan pecah, dan ia takut hatinya patah begitu parah sehingga tak mampu lagi terbangun.

Seiring itu, melihat Hinata yang meneteskan airmata untuk cintanya, Sasuke langsung menarik Hinata ke dalam dekapannya, menenangkannya. Walaupun wajahnya terlihat tenang, tidak dengan hatinya begitu terombang-ambing.

"Maaf... Maafkan aku."

"Ssshhh... Kenapa kau malah menangis?"

"Habisnya... Aku jadi kasihan padamu, Sasuke-kun." Aku mencintaimu, Sasuke-kun.

Sasuke menarik napas panjang. Dadanya bergemuruh berat. Ia ingin sekali menggerutu pada nasibnya yang hari ini tak sesuai kemauannya, dan sayangnya hal itu tak akan mengubah apapun. Di sisi lain, ia mengagumi sikap keras Hinata yang tetap menutup mulut atas perasaannya.

Sementara itu, Hinata yang berada di dekapan Sasuke telah mendengar detakan jantung pria itu yang berdegup begitu nyaring. Suaminya telah mengeluarkan keberanian serta resiko besar untuk mengungkapkannya. Hinata mengambil napas panjang, kini hatinya seakan di aduk-aduk.

"Hinata, lihatlah aku!"

Untuk kesekian kalinya Sasuke kembali membawa Hinata untuk menatap langsung wajahnya. Dan ketika manik yang bagaikan bulan dan malam itu bertemu, Hinata dapat melihat sesuatu yang tak pernah ia lihat. Di mana gambaran sorot mata ketakutan dan keberanian itu saling bersinggungan untuk menguasai diri Sasuke.

"Jika kau mengasihiku, maka janganlah lupa aku pria brengsek yang layak kau hancurkan hatinya!"

Kedua alis Hinata menekuk bingung. Ia hendak melarikan diri dari wajah itu tapi Sasuke malah mengunci dirinya dengan memegang kedua sisi wajahnya.

"Sasuke-kun kenapa kau bicara seperti itu? Kau seperti tak mengenal diriku."

Di malam yang dinginnya tak bersahabat, hati Hinata yang tertutup itu sedikit terbuka pintunya. Hinata yang selalu mempunyai keyakinan bahwa setiap makhluk mempunyai sisi kebaikan tidak mungkin mempercayai hal itu.

"Itu alasan kenapa aku bilang tidak apa-apa kalau kau menolakku, aku pria brengsek."

Manik Hinata sontak merundukkan  sejenak sebelum akhirnya kembali menatap oniks Sasuke yang memancarkan kelugasan.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang