Chapter 28

226 36 2
                                    

Awal bulan Januari yang masih turun salju, Hinata melamun di depan jendela. Dari balik pantulan jendela itu, maniknya mengekori bayangan Sasuke. Pria itu terbaca jelas sedang membuat dirinya tampak sibuk sendiri.

Hinata mendesah lelah.

Sejak semalam pria itu mendiaminya yang membuat dirinya beranggapan kalau suaminya tersebut sedang marah padanya. Semalaman Sasuke bahkan menyibukkan diri dengan pekerjaan sehingga ia harus tidur sendiri. Ketika ditanya pun jawabannya hanya mengangguk atau bergumam saja.

Hinata tahu ia memang salah, dan telah berbohong. Akan tetapi, keheningan ini sungguh menyesakkan. Ia harus menyelesaikan masalah ini.

"Sasuke-kun, kita harus bicara empat mata!" Ujar Hinata yang bersedekap di depan pria itu.

Sasuke sejenak melirik Hinata sebelum akhirnya meletakkan iPhone miliknya. Tadi ia bermaksud untuk mengajak bicara duluan, namun nyatanya Hinata mengambil langkah lebih cepat darinya.

Dan kini Hinata telah melakukan hal yang tak terduga bagi Sasuke, istrinya memposisikan dirinya duduk di atas pangkuan Sasuke. Ia sontak menahan napas. Wangi aroma bunga lavender menyeruak manis ke rongga hidungnya. Ingatannya pun sontak kembali ke malam pertama mereka —menggoda imannya.

'Wanita ini... ' gerutu Sasuke di dalam hati.

Padahal jawaban atas pengakuannya masih menggantung, akan tetapi Hinata malah menggodanya seperti ini. Ini membuatnya menjadi gugup, karena untuk pertama kali inilah Sasuke canggung menghadapi wanita selain ibunya.

Hinata yang menyadari telinga Sasuke memerah lantas tersenyum tipis.

"Apa Sasuke-kun sakit?"

Wanita itu kemudian menyisihkan poni rambut Sasuke untuk memeriksa keningnya. Kini kening mereka saling menempel. Dan Hinata bisa merasakan detak jantung itu.

"Tidak panas." Lanjut Hinata yang pura-pura polos.

Sasuke menggeleng pelan. Lalu ia menutup setengah wajahnya, wajah Hinata benar-benar dekat dengannya, napasnya yang menyentuh kulitnya itu lantas membuat jantungnya berderu.

"Memang tidak Hinata, aku hanya... "

Kelopak mata Hinata lantas berkedip-kedip.

"Ini terlalu dekat Hinata." Bisik Sasuke yang masih menghindari pandangan Hinata, "Dan sebentar lagi aku ingin mandi."

Seketika bibir Hinata hanya  membentuk kata 'Oh' tanpa suara. Ia menjadi tergelitik dengan sikap malu kucing Sasuke. Bagaimana bisa pria yang lebih banyak 'menyerangnya' duluan ini tiba-tiba tersipu malu? Lagipula untuk pertama kali inilah Hinata melihat Sasuke yang merona seperti anak kecil.

'Manisnya... '

"Kalau begitu aku turun nih? " Goda Hinata yang senyumnya berubah usil.

Sasuke lantas berubah panik, spontan pun kedua tangannya mengunci pinggang Hinata agar tak langsung pergi. Bahkan ia tak peduli jika suara jantungnya terdengar. Ia hanya bisa  menarik napas panjang, lalu mendekap istrinya erat.

"Katanya terlalu dekat?" Hinata kembali lagi menggodanya.

Sasuke menggeleng. Ia menaruh kepalanya di atas pundak seraya mencium aroma tubuh Hinata nan menenangkan itu. Tak lama semburat senyuman hangat terpatri di bibir Sasuke. Selain jiwanya merasakan ketenangan, pelukan darinya juga mendapatkan umpan balik hangat yang ingin dirasakannya. Setidaknya Hinata tidak semarah yang ia pikirkan.

"Sasuke-kun tidak marah lagi kan?"

Kala disodorkan dengan pertanyaan itu, Sasuke sontak melepaskan pelukan dengan mimik wajah yang bertekuk heran. Kedua manik mereka lantas bersirobok. Sementara itu Hinata yang ancang-ancang untuk meminta maaf lantas menarik napas panjang.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang