Awan kelabu menghiasi pagi itu. Cuaca dingin di akhir Desember semakin menunjukkan dirinya pada dunia. Seekor burung yang tak diketahui namanya bertengger pada pohon yang tertidur. Bola matanya kemudian memerhatikan jendela sebuah rumah, lalu meninggalkan seolah tak ada kehangatan di sana.
Di dalam rumah itu ada seorang wanita yang tertidur terbungkus selimut. Tubuhnya yang meringkuk menunjukkan betapa ia sungguh kesepian. Meskipun ia melewati malam yang tak terlupakan seumurnya hidupnya, namun hatinya tak sebiru warna langit di musim panas.
Hingga waktu bergerak menuju angka sembilan, manik bak rembulan di malam hari itu terbuka perlahan. Ia pun tak langsung terbangun. Otaknya bekerja perlahan, membuka hati-hati lembaran ingatannya beberapa jam yang lalu.
Lalu ia tersadar. Ia pun terbangun dengan tubuh yang lemas dan sedikit nyeri di beberapa tempat. Wajahnya kemudian melirik ke sisi seraya menggerakkan telapak tangannya. Ketika kulit telapak tangan itu menyentuh permukaan alas tidur, tak ada kehangatan yang sudah diperkirakannya.
Pria yang menjadi suaminya hampir setahun itu pasti langsung pergi begitu dirinya tak sadarkan diri. Rasa kecewa kecil sontak muncul mengawali perasaan lainnya di hari ini. Suatu hal yang egois jika mengharapkan pria itu akan tidur di sisinya sampai ia terbangun.
"Kau sungguh bodoh." Rutuknya entah pada siapa.
Ia memandang kosong sprei putih itu, kemudian ia memeluk kakinya —meringkuk lagi. Ingin rasanya membersihkan tubuhnya yang kotor, lalu pergi ke suatu tempat yang tak dikunjungi banyak orang.
Desahan sontak keluar. Ia memegang perutnya yang rata. Kelabu biru mewarnai harinya hari ini. Semalam adalah malam yang begitu berat.
'Meskipun nanti akan berpisah, tapi aku tak akan melupakan hal ini seumur hidupku, Hinata...'
Begitu katanya, setelah mereka memutuskan untuk bersatu.
Hingga ia menyadari... calon bayi itu tak akan pernah ada.
Beberapa jam yang lalu...
"Sasuke-kun, dengarkan aku dulu!"
Sasuke sontak menegang. Dia mengangkat kepalanya dari leher jenjang istrinya. Dan ketika wajah Hinata menunjukkan rasa kesalnya, Sasuke terbangun kaku seraya menunduk —bersalah.
Di sisi lain, Hinata yang tak bisa menyimpan emosinya kali ini pun langsung terbangun begitu bebas dari jeratan Sasuke. Tangannya lantas tergerak membenahi tali gaun tidur yang hampir menelanjangi dirinya. Dengan wajah yang memerah karena malu dan marah, ia menatap tajam orang di sampingnya tanpa ragu seolah mampu merobek raganya.
Hinata lantas menggelengkan kepalanya sambil mendesah berat.
Bagaimana bisa pria itu memperlakukannya seperti ini setelah bersikap dingin pada dirinya?
Dan bagaimana bisa ia tak berkutik kala Sasuke menyerangnya seperti ini?
Sungguh tak habis pikir.
"Aku tidak mengerti dirimu, Sasuke-kun."
Biarpun Hinata menggunakan suara yang lembut, namun dari nadanya Sasuke bisa mendengar ada kekesalan yang tercipta dari wanita itu.
"Aku sudah minta maaf karena aku selalu mengganggumu. Dan aku tak masalah kalau Sasuke-kun tak memaafkanku. Tapi sekarang... Sasuke-kun malah memperlakukan diriku seperti ini."
Sasuke semakin merunduk.
"Kalau Sasuke-kun tidak suka bilang saja tidak suka, kalau Sasuke-kun marah bilang saja marah! Tidak perlu bersikap seperti i—."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
Fiksi Penggemar[ Sasuhina] Republish Summary... Hari perceraian itu pastilah datang. Namun, cinta justru datang di saat yang tidak tepat. Di samping itu Fugaku berniat merencanakan sesuatu untuk menghentikan perceraian Sasuke dan Hinata. Akan tetapi, Hinata yang m...