One Revisi ✓

745 68 3
                                    

Makan malam kali ini berbeda dengan yang biasanya. Hari ini adalah acara pertunangan Jaechan dan Seoham.

"Chanie, tidak usah canggung"

Huh.. bagaimana tidak canggung. Jaechan tinggal di rumah Seoham karena kedua orang tua nya sudah tiada, orang tua Seoham berbaik hati untuk mengurus Jaechan dan menganggap seperti anaknya sendiri. Tapi hubungannya dengan Seoham tidak baik, Seoham selalu diejek jika berdekatan dengan Jaechan. Seoham pun membenci Jaechan tanpa alasan.

Walau begitu Jaechan tetap bersikap baik kepada Seoham. Jaechan sudah menganggap Seoham sebagai kakaknya sendiri, walaupun Seoham tidak pernah menganggapnya ada.

"Iya Bunda"

"Pernikahan kalian dilaksanakan 2 minggu lagi"

"Kenapa cepat sekali, Ayah?"

"Kau sudah masuk ke kepala tiga. Ayah tidak ingin berlama lama, dan ingin secepatnya menimang cucu darimu dan Jaechan"

"Tapi itu terlalu cepat"

"Sudah, turuti aku kali ini saja Seoham"

Seoham kembali diam. Jaechan tidak bisa melakukan apapun. Ingin menolak pernikahan ini tapi Jaechan sudah banyak berhutang budi kepada keluarga Seoham.

Setelah selesai makan malam, Seoham dan Jaechan diperintahkan oleh Ayah Seoham untuk tidur satu ranjang. Ayah Seoham memerintahkan hal tersebut agar mereka berdua terbiasa.

"Kau tidur di sofa, jika kau kedinginan kau bisa ambil selimut yang ada di lemari. Aku akan tidur di ranjang"

Itu saja yang diucapkan Seoham ke Jaechan. Akhirnya pun Jaechan menuruti perintah Seoham. Hari ini hujan lebat, AC kamar Seoham tidak dimatikan dan selimut yang ada di lemari Seoham sangat tipis. Tubuh Jaechan menggigil, tapi Jaechan memilih untuk diam dan tidak mengganggu tidur Seoham.

Keesokan harinya, Jaechan bangun terlambat. Saat terbangun Jaechan merasakan sesuatu diatas dahi nya. Saat Jaechan pegang ternyata kain basah.

Jaechan menoleh ke samping ranjang, terlihat Seoham tertidur dengan posisi terduduk di dekat nakas dan bersandar di samping ranjang.

Saat Jaechan ingin duduk, Seoham terbangun. Dan menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maaf, apa aku membangunkan mu Hyung?"

"Iya, bukan hanya itu. Kau juga merepotkan ku"

"Maaf, Hyung. Aku tidak bermaksud untuk merepotkan mu"

Seoham tidak menjawab dan memilih untuk duduk di samping ranjang. Seoham memegang dahi Jaechan memastikan jika demam Jaechan reda.

"Jika tidak tahan dingin, matikan AC nya"

"Aku tidak menemukan remote AC, Hyung"

Ah, Seoham lupa jika AC nya di atur lewat ponsel.

"Kau bisa membangunkan ku"

"Aku tidak ingin mengganggumu, Hyung"

"Terserah kau sajalah. Bunda dan Ayah ternyata sedang keluar kota untuk 3 hari, mereka sudah berangkat kemarin malam"

"Oh? Ya sudah kalau begitu, nanti malam aku akan tidur di kamarku saja"

"Itu lebih baik"

Seoham pergi keluar kamarnya dan meninggalkan Jaechan sendiri. Entah kenapa Jaechan mendengar kata "itu lebih baik" saat itu Jaechan merasa sakit hati. Apakah Jaechan memiliki rasa kepada Seoham?

Jaechan langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Sampai di kamarnya Jaechan pun langsung melemparkan tubuhnya di ranjang, Jaechan masih merasakan pusing dan tenaga nya cepat habis.

tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu, Jaechan langsung berdiri dan berjalan menuju pintu kamarnya untuk membukanya dan terlihat Seoham dengan pakaian rapi.

"Malam ini aku tidak pulang, aku ingin menginap di apartemen Arin"

Tidak menunggu jawaban dari Jaechan, Seoham langsung pergi meninggalkan Jaechan. Siapa Arin? Dia kekasih Seoham. Jaechan tau kalau Seoham memiliki kekasih, tetapi Seoham memperingatkan Jaechan untuk merahasiakannya kepada kedua orang tua Seoham.

Jika Jaechan bisa memilih, Jaechan tidak ingin bergantung dengan keluarga Seoham dan lebih memilih untuk tinggal sendiri.

Jaechan sendiri memiliki keahlian memasak yang terampil. Dulu Jaechan pernah memasak untuk keluarga Seoham, karena Ibu Seoham sedang sakit. Jaechan juga terkadang menyiapkan bekal untuk Seoham saat masih sekolah dulu, walau tidak pernah dibawa oleh Seoham.

Tapi kembali ke kenyataan. Jaechan tidak bisa menghadapi kerasnya dunia luar. Walaupun sebenarnya di rumah keluarga Seoham sama saja rasanya jika dibandingkan dengan dunia luar.

𝐒𝐎𝐑𝐑𝐘, 𝐇𝐘𝐔𝐍𝐆 - Seoham & Jaechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang