3. willow

22 3 2
                                    

"I'm begging for you to take my hand, wreck my plans. That's my man."

-

Jeon Wonwoo's POV.

"Permisi, Wonwoo-ssi." seorang gadis memanggilku, aku tak mengenalnya, namun dilihat dari seragam yang dikenakan sepertinya ia satu sekolah denganku. 

"Ya?" aku mengangkat alis saat ia memanggilku. Aku tak memiliki hubungan apapun dengan gadis ini, bahkan kenal saja tidak. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang akan dilakukan oleh gadis di hadapanku ini, karena ia terlihat menggenggam sebuah kotak---yang jika dilihat-lihat seperti sebuah bingkisan.

"Umm, bolehkah aku meminta tolong untuk memberikan ini kepada Mingyu-ssi? Aku tahu kau orang yang baik, maka dari itu aku menitipkannya padamu," ucapnya sembari memberikan bingkisan itu.

Tunggu, apa aku tidak salah dengar? Ia meminta bantuanku untuk memberikan bingkisan ini kepada Mingyu? Bahkan tabloid SMA dulu mengumumkan berita pengesahanku dengan Mingyu. Wah, apakah semuanya kurang jelas?

"Maaf, uhh..."

"Hyeri, panggil saja aku Hyeri, Wonwoo-ssi."

"Baiklah, Hyeri-ssi. Yang pertama adalah aku meminta maaf karena tidak bisa menolongmu, alasannya sudah jelas bahwa aku adalah kekasih Mingyu. Dan yang kedua, aku tidak megenalmu, jadi aku tidak memiliki kewajiban untuk menyetujui tindakanmu. Terima kasih."

Setelah mengucapkan untaian kalimat yang sungguh meguras tenaga, aku segera berjalan menuju loker untuk mengambil beberapa buku sebagai bahan belajar nanti malam. Aku tak peduli jika ia membenciku, lagipula aku---dan juga Mingyu---tidak membutuhkan orang sepertinya. Enak saja meminta bantuanku untuk menyalurkan perasaannya kepada Mingyu, aku ini kekasihnya hey!

"Wonu-hyung!" aku menoleh dan tersenyum saat melihat pemuda bongsor yang sedang berjalan ke arahku. Ia terlihat seperti puppy yang bahagia saat melihat pemiliknya. Yeah, he's mine. My man. Astaga, melihatnya saja sudah membuatku bahagia, pantas saja banyak yang memperebutkan Mingyu. Nyatanya ia memiliki daya pikat tersendiri yang tak dimiliki orang lain.

Ah, mengingat begitu banyaknya orang yang menginginkan Mingyu membuat mood-ku turun seketika. Tatapan penuh puja yang selalu menatap Mingyu membuatku kesal, walaupun aku tahu bahwa Mingyu tidak akan terpikat dengan semua itu. Tapi tetap saja aku khawatir jika suatu hari Mingyu berpaling. Karena nyatanya tidak ada yang tahu bagaimana suara hati seseorang.

That shit's hurt.

Melihat wajahku yang redup, Mingyu mengerutkan alisnya sembari memegang kedua bahuku. Tak memedulikan tatapan orang lain yang terlihat terkejut meskipun ada beberapa yang memfoto kami secara diam-diam. Yah, aku tidak masalah, itu membantuku untuk memberitahu dunia bahwa Mingyu hanya milikku seorang.

"Sayang, ada apa?" 

Aku mendongak. Apa tadi katanya? Sayang? Sejak kapan pemuda ini sangat pandai merayu?

"Nothing, just having a bad day," jawabku setelah selesai menutup pintu loker dan menguncinya. Kami berjalan menuju halte bus, sementara Mingyu masih bertanya-tanya di dalam benaknya.

"Are you jealous?" Mingyu bertanya di tengah perjalanan, dan sialnya ia sangat tepat sasaran.

"Well, I can't lie." aku dapat melihat senyum lebar Mingyu, yang entah kenapa itu sangat menyebalkan. Menyebalkan karena ia tersenyum di keramaian dan itu membuatku semakin cemburu. Orang-orang dapat melihatnya secara gamblang!

"Hentikan senyuman bodoh itu!" aku kesal, sangat. Entah apa yang terjadi pada diriku hari ini, namun rasanya aku ingin memporak-porandakan seluruh isi bumi.

"Kenapa? Kau tidak suka karena kau harus berbagi dengan orang lain?"

 Ya! Kau tahu itu Kim Mingyu, maka dari itu hentikan senyuman indahmu itu sebelum aku benar-benar memporak-porandakan seluruh isi bumi!

Aku mendelik tajam dan berjalan lebih cepat, mendahului Mingyu. Dapat ku dengar ia terkekeh di belakang sana. Dasar menyebalkan! Semua pria sama saja!

"Jangan marah, kitten, aku tidak ingin berbagi wajah lucumu dengan orang lain." sesaat setelah Mingyu mengatakan hal itu, ia segera menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Aku tak dapat memberontak karena Mingyu sama sekali tak memberiku kesempatan untuk melepaskan pelukannya.

"M-mingyu, banyak yang lihat," cicitku ketika merasakan beberapa pasang mata yang menatap kami. Oke, kali ini aku benar-benar malu, kami terlihat seperti pasangan mesum yang tidak kenal tempat.

"Kenapa? Bukankah kau menyukainya? Supaya semua orang tahu bahwa aku milikmu dan kau milikku."

"Tapi-"

"Sssst, biarkan aku menunjukkan kepada semua orang bahwa aku adalah milikmu."

Kim Mingyu bodoh, tak seharusnya ia melakukan ini. Dan bodohnya aku ketika pelukan Mingyu terasa sangat nyaman bahkan tak dapat ku pungkiri aku sangat menikmati momen ini. 

Sesaat kemudian bus tiba dan kami segera mengurai pelukan untuk masuk ke dalam bus. Aku dapat mendengar bisikan-bisikan dari beberapa orang saat kami menaiki bus. Ah, masa bodoh, mereka hanya iri dengan kami. Tak ku hiraukan bisikan mereka, kami segera duduk di bangku paling belakang. Selain karena hanya itu tempat yang tersisa, tempat ii menjadi spot langganan kami untuk menikmati waktu bersama di dalam bus.

"Hyung, don't worry about us, because this relationship is like a willow."

Aku tersenyum mendengar penuturan Mingyu, ia sangat pintar bermain kata.

"It is."

🐶🐱

Thank you for read this story.

 25.04.23
Raven.

𝑔𝑜𝑙𝑑 𝑟𝑢𝑠𝒉 [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang