He's so tall and handsome as hell. He's so bad but he does it so well.
-
Jeon Wonwoo's POV.
Pukul dua dini hari dan aku belum tertidur. Sementara Mingyu sudah terlelap sejak empat jam yang lalu. Aku tidak bisa tidur, terlalu banyak hal yang ku pikirkan hingga membuat otakku tidak bisa rileks.
Ku balik tubuhku untuk menghadap ke araj Mingyu yang sedang terlelap dengan tenang. Perlahan kudekatkan tanganku ke wajahnya. Mengelus rambut hitam Mingyu yang sangat halus lalu beralih ke dahinya yang terkadang menampilkan kerutan.
Kudekatkan wajahku ke wajahnya, dahi kami menempel. Perlahan kurasakan hembusan napasnya yang menerpa wajahku. Begitu tenang, seperti bayi yang kenyang setelah menyusu ke ibunya. Wajah Mingyu adalah ketenanganku, aku bisa lepas kendali jika tidak melihatnya satu hari saja.
"Wonwoo-hyung, kau menangis?" suara serak yang berasal dari Mingyu seketika membuatku kelabakan dan menyembunyikan wajahku di dadanya.
"Tidak." jawabku dengan mencengkeram erat kaos Mingyu yang kuyakini akan meninggalkan bekas setelah ini.
Mingyu tak berkata apapun, namun lengannya menarik tubuhku untuk semakin mendekat. Dielusnya punggungku sembari menopangkan dagu diatas kepalaku. Kim Mingyu, bagaimana bisa aku melupakan seluruh tingkah manismu yang seketika membuatku ingin menenggelamkan diri ke dasar samudera?
"Don't cry, it breaks my heart a thousand time." kalimat Mingyu membuatku tangisanku semakin deras. Sekuat mungkin aku tidak mengeluarkan suara agar Mingyi tak menyadarinya.
Aku benci ini. Aku benci semua perlakuan dan kalimat manis dari Mingyu. Aku benci dengan semua perhatiannya yang ia tujukan kepadaku. Itu membuatku lemah, tak berdaya hingga meninggalkan sisi rasionalitasku. Aku membencinya tapi aku juga menyukainya.
Mingyu mengangkat tubuhku untuk terbaring diatasnya. Dengan begini ia bisa dengan leluasa melihat wajahku yang memerah meredam tangis yang sudah pecah sedari tadi.
"Kitten, why are you crying? Is there something bothering you?" Mingyu menangkup wajahku yang terasa kecil ditangannya.
"No, I'm just being emotional lately." jawabku sembari menggenggam tangan Mingyu diwajahku seakan menyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.
Mingyu memberi kecupan basah diseluruh wajahku. Aku tak menolaknya karena terbuai dengan sensasi kupu-kupu di perutku.
"Beritahu aku jika ada sesuatu yang mengganggumu. Aku tidak ingin melihat gerhana di wajahmu, kitten."
Tak tahukah kau Mingyu bahwa apa yang kau ucapkan barusan sangat membuatku ingin berteriak di tengah derasnya hujan? Kau sungguh jahat karena terlahir begitu sempurna untuk mengobati diriku. Aku yang tak bisa berlari menjadi pelari yang andal. Termasuk dalam hubungan ini. Hubungan yang tak terasa sudah berjalan selama dua tahun lamanya.
Cukup lama namun juga cukup singkat jika dipikirkan.
Kusembunyikan wajahku di perpotongan leher Mingyu. Tangannya kembali mengelus punggungku dan tangan yang lainnya dilingkarkan ke pinggangku. Hingga tak lama kemudian alam mimpi menjemputku. Mengajakku untuk melupakan seluruh persoalan di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑔𝑜𝑙𝑑 𝑟𝑢𝑠𝒉 [Meanie]
FanfictionSungguh, ia adalah seorang yang paripurna. Semua yang ada padanya, berkilauan bagaikan emas. Rasanya aku tak ingin berbagi dengan orang lain. --gold rush-- ⚠️ ● Bl/gay/homo/bxb ● OOC ● Mingyu × Wonwoo ● Fluff, romance ● Minor dilarang mendekat!! ● J...