Upset Love

3 1 0
                                    

"Hey, maaf aku agak telat!" Kata suara seorang lelaki yang tampak tergesa duduk di kursi hadapan Lexie

Lexie yang duduk di salah satu kursi kafe itu hanya terkekeh melihat sahabatnya ini tampak agak berantakan. "Tenang sajalah! Kayak sama siapa saja" ujarnya kemudian Hannes tertawa kecil.

Hannes Jiran adalah sahabat Lexie semenjak mereka sekolah menengah pertama sampai mereka kuliah.

Namun meski begitu, perbedaan mereka cukup lah mencolok. Pasalnya Hannes adalah orang biasa yang bekerja sebagai pengelola digital marketing di perusahaan e-commerce di kota itu.

Sementara Lexie... Ya! Seperti yang sudah dijelaskan, dia terlahir kaya dan memiliki segalanya.

Kembali ke realita. Lexie kemudian memanggil pelayan di kafe itu. "Ice Americano double shot satu ya" pesannya.

"Adalagi pak?" Tanya pelayan

"Uhm... Chocolate Fudge dan Cheesecake-nya masing-masing satu"

"Baik, silakan tunggu. Pesanannya akan diantarkan"

"Kau benar-benar ingat minuman dan makanan favoritku" kata Hannes kemudian sambil tertawa

"Tentu saja! Kita bersahabat lebih dari 11 tahun. Bagaimana aku bisa lupa? Kau yang selalu ada dan siap siaga di sampingku jika aku sedang kacau seperti sekarang" Lexie kemudian menyandarkan punggung di kursi. Dia mengambil pod dan segera mengisapnya. Kepulan asap beraroma rum bakar tercium dari sana. "Aku bingung, Han" kata Lexie kemudian menunduk.

Hannes yang juga menyandarkan punggung di kursinya menatap Lexie dengan saksama, menyiratkan keibaannya pada Lexie saat ini.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat mencintai Sydney. Aku gak mungkin ninggalin dia karena pertunangan kayak gini" ujar Lexie

Hannes hanya menghela, dia segera menggapai bahu Lexie dan menepuknya. "Lalu bagaimana? Kau sudah punya keputusan?"

"Malam ini aku dan keluarga diundang datang ke rumah Cherry untuk makan malam bersama keluarganya" jawab Lexie

"Sydney sudah tahu?" Tanya Hannes lagi. Lexie hanya mengangguk kecil.

Kemudian santapan mereka datang dan pelayan meletakkannya di atas meja.

"Ini pesanan anda. Selamat menikmati"

"Terima kasih" kata Lexie dan Hannes hampir bersamaan pada pelayan.

"Kau sudah tahu apa alasan ibumu tiba-tiba memintamu bertunangan dengan oranglain?" Lanjut Hannes sambil mengambil Ice Americano-nya dan mengaduknya sebelum dia minum

Lexie menggelengkan kepala, "Entah. Mungkin dia merasa belum bisa menerima Sydney yang hanya orang biasa sebagai pacarku"

"Jika dia saja bisa menerimaku yang orang biasa ini sebagai sahabatmu, lalu bagaimana bisa dia tidak menerima Sydney? Mungkin ada sesuatu yang sedang beliau sembunyikan atau rencanakan? Baiknya kau caritahu dulu, Lex" saran Hannes. Lexie tak menggubris, dia hanya senyum getir dengan tipis di bibir. Kemudian menunduk ragu. Sementara Hannes mulai meminum Es kopi dinginnya, "Wah... Aku baru tahu Ice Americano di sini sangat enak" gumam Hannes membuat Lexie agak terkekeh kecil.

Dia kemudian menatap Hannes dan kepikiran menanyakan sesuatu, "Hey. Jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan dalam situasi seperti ini?"

Hannes kemudian segera meletakkan gelasnya dan menatap Lexie dengan bersemangat. Matanya membulat dan wajahnya tampak semringah, "Aku? Wah... Selama 11 tahun kita bersahabat, ini baru pertama kalinya kau menanyakannya padaku"

"Ah... Dan kau pasti sudah lama ingin mengeluarkan jawabannya, kan?" Kata Lexie agak sedikit terhibur.

"Nah! Benar sekali" jawab Hannes sambil bercanda. "Okay. Aku akan jawab. Jika aku jadi kau? Aku pasti akan langsung mau jika suruh menjabat sebagai CEO atau penerus perusahaan kakek dan ayahmu segera setelah lulus kuliah. Buat apa aku capek-capek cari kerja di tempat lain"

Tale as Old as TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang