The Big Conference

1 1 0
                                    

Lexie akhirnya sampai di Kolorado. Dia sempat istirahat di hotelnya, kemudian membaca beberapa slide yang dibuat Nolan untuk pembahasan Meeting Akbar yang akan dilakukan di sana bersama para dewan perusahaan milik sang kakek, Findex Co. Yang bergerak dalam banyak bidang. Untuk perusahaan utama, Findex Co. memberikan pelayanan ekspedisi. Namun bukan sembarang ekspedisi biasa. Perusahaan tersebut kebanyakan melakukan ekspedisi pengiriman alat berat, hasil tambang dan mesin-mesin tertentu. Untuk Findex Co. Sendiri sudah memiliki tiga anak perusahaan, antara lain adalah pabrik sepeda bernama Extackle dengan merek yang sama, lalu mereka punya anak perusahaan lain yang bergerak dalam bidang Chinaware dengan nama perusahaan sekaligus merek Artcortex dan terakhir anak perusahaan mereka yang bergerak dalam bidang makanan manis yang sangat digemari oleh banyak orang dari anak-anak sampai orang tua, yaitu es krim!

Ya! Anak perusahaan yang ketiga mereka beri nama Findex food group. Dengan merek es krim mereka 'Chill'

Pintu Hall ballroom hotel yang dijadikan tempat digelarnya meeting Akbar terbuka saat Lexie sudah siap untuk masuk ke dalam menghadiri acara formal tersebut. Dia datang untuk menggantikan kehadiran ayah dan sang kakek.

Namun ketika Lexi menjajakkan kakinya di karpet Hall, dia terkejut karena ini sama sekali hal yang tak pernah di kira.

Tak ada tepuk tangan, tak ada sambutan meriah, sepi....

Layar besar terpampang di hadapannya dengan animasi logo dari perusahaannya, lampu-lampu Chandelier bergantung menghias dengan cahaya megah dan mewah.

Namun semua kursi yang harusnya ditempati orang-orang semuanya kosong.

"Kemana semuanya?" Gumam Lexie sambil menelan ludah dengan tatapan kecewa dari matanya menatap ballroom megah nan sepi

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pukul 4 pagi, di apartemen Sydney.

Ponselnya terus berdering di atas laci furnitur kayu dekat kasurnya sehingga menimbulkan suara getaran bising dan membuat Sydney yang tidur nyenyak terbangun.

Dia meraba-raba keberadaan ponselnya dengan tangan tanpa membuka matanya karena masih mengantuk dan enggan melek

Sydney berhasil mengambil ponselnya dan menatap nama peneleponnya di layar ponsel. Dia segera menjawabnya dan menempelkan ponselnya di telinga

"Baby" terdengar suara Lexie yang berat begitu lesu.

"Hey... Bagaimana kabarmu di Kolorado?" Tanya Sydney masih dengan suara serak mengantuknya.

"Tidak berjalan lancar" jawab Lexie.

Mendengar kalimat itu, Sydney menarik napasnya dan dia berusaha bangun duduk di kasurnya. "Are you okay?" Tanyanya memastikan Lexie.

"Mereka semua gak setuju aku datang menggantikan ayah dan kakekku untuk menjadi pemimpin perwakilan perusahaan di meeting ini" katanya masih dengan suara merajuk.

Sydney menundukkan kepala, dia menyelipkan rambut di belakang telinga. Menggigit bibir bawahnya dengan perasaan iba mendengar curhatan sang kekasih, Lexie.

"Kamu lagi tidur yaa?" Sambung Lexie lagi.

Kemudian Sydney terdengar terkekeh di speaker telepon Lexie membuat Lexie ikut mengulum senyumnya. "Hmm... Begitulah, di sini baru jam 4 subuh, sayang"

"Ah... Maaf ya jadi membangunkanmu. Aku lupa ada perbedaan waktu 13 jam lebih. Di sini masih sore, jadi kupikir mungkin aku akan merasa lebih baik jika menelepon dan mendengar suaramu" kata Lexie kemudian gantian membuat Sydney yang menyunggingkan senyuman.

Tale as Old as TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang