2. Tumben

70 20 33
                                    

HALLO HALO

APA KABAR??


SELAMAT MENJELAJAH YA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN NYA, YA

****

BRAK!

Suara itu, berhasil membuat kedua nya kaget dan sedikit tersentak melihat benda panjang dan kurus itu melayang menghantam dinding bernuansa Cream di hadapan mereka, benda itu pun langsung terjatuh di atas lantai, Melihat Matteo yang melemparkan stik nya kesembarang arah. Yang membuat stik itu bertabrakan langsung dengan dinding dan menciptakan suara benturan yang keras.

Ada apa dengan Matteo? pikir Regal saat itu. ia heran kenapa Matteo bertingkah seperti anak-anak, hanya karena hal sepele (?)

****

"BAAA!, GUE BERCANDA HAHAH"

suara itu sukses mengejutkan kan mereka berdua, untuk yang sekian kalinya. Bukan tawaan yang Matteo dengar, tapi omelan dari mereka berdua.

"Lo!, dasar berandalan kecil." Ucap Regal, yang sedang memungut stik Matteo di lantai.

"Gue setuju sama lo, gal. Minta di hajar berjamaah emang si teo!" lanjut Darbian.

"Lo tau? Stik lo itu lebih mahal dari pada malet gue!" Timpanya lagi.

Matteo memutar mata nya malas "Halah, cuman beda 50 ribu doang" sahutnya.

"TANGKAP!"

Matteo yang mendengar itu, segera mengalihkan pandangannya dari Darbian lalu menoleh ke arah sumber suara. Terkejut melihat stik nya yang terbang bebas menuju ke arahnya. Tanpa ragu, dia menangkap sepasang stik itu.

"Hap!, syukur ketangkap." Matteo mengelus dadanya lega.

"OII!, KALO PATAH GIMANA ANJIT!?? MAHAL INI!" lanjut nya lagi

"Tenang, cuman beda beberapa ratus doang." Sahut Regal, yang tengah melangkah kan kaki lebarnya ke arah tempat duduk nya tadi.

Matteo yang mendengar jawaban Regal pun terdiam. Dia lupa jika pianika yang Regal punya saat ini merek nya Yamaha P37D. Matteo hanya bisa, mematung dan memilih untuk tetap diam.

"Hahahha langsung kicep kan lo, makanya punya alat itu di sayang mas." Ujar Darbian menertawakan nasip Matteo.

Melihat respon sahabat nya yang langsung kicep di buatnya, dia pun hanya bisa menyunggingkan senyum kecil ke arah mereka berdua. Sembari menekan tuts putih yang ada di pianika nya.

"Tumben" gumam nya.

Kata-kata itu keluar dari bibir Darbian, yang heran akan sikap Regal. Tumben sekali sahabatnya itu tersenyum, bahkan disuruh untuk tersenyum sedikit saja susah nya minta ampun, lah ini tiba-tiba tersenyum, aneh.

****

Setelah sekian lama mereka berada di ruangan kedap suara itu, tak terasa jam telah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Tandanya bell istirahat akan berbunyi sebentar lagi, tidak sia-sia ia mengajak kedua sahabatnya untuk menemani nya bolos di pelajaran sejarah yang membosankan.

"Udah jam segini, gue cabut ke kelas" ujar Regal tanpa ekspresi.

"Gal, tumben baru juga jam segini." balas Matteo, yang sengaja menghentikan permainan snernya.

"Berisik, nanti bilang ke anak-anak yang lain partiturnya ada di atas meja"

Setelah Regal menitipkan pesannya kepada kedua sahabatnya itu, Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan memasukkan pianikanya kedalam tas dan mengembalikan nya ketempat semula.

"Ini partiturnya di suruh hapalin?"

Pertanyaan konyol itu pun terlontar dari mulut Darbian. Matteo hanya bisa menepok jidatnya saat mendengar pertanyaan itu dari mulut sahabatnya.

"Pertanyaan lo gak berbobot!" balas Regal dengan nada ketusnya

Regal pun kembali melangkah kan kaki lebarnya ke arah pintu keluar ruangan musik itu.

Saat langkah kakinya terhenti, dia memalingkan tubuhnya ke belakang dan kembali menatap Darbian, tapi kali ini dengan tatapan tajamnya, "lain kali, gue gak mau dengar pertanyaan konyol itu keluar dari mulut lo Dar" sambungnya.

Namun, sebelum mendapatkan jawaban dari Darbian. Regal yang seakan sudah tau apa jawaban sahabat SMA-nya itu, memilih untuk melanjutkan perjalanan nya menuju kelas.

"BELUM JUGA GUE JAWAB ANJRIT!" Teriaknya

"Hahah sabar-sabar, kaya gak tau aja" sahut Matteo, dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya.

"Ngeming-ngeming"

"Ngomong-ngomong, bukan ngeming-ngeming Dar" Matteo membenarkan omongan Darbian yang typo.

"Oiya sorry, maksud gue, ngomong-ngomong kenapa Regal buru-buru ke kelas?" Lanjut Darbian.

"Gue juga gak tau Dar, tumben-tumbenan langsung ke kelas, biasanya juga mampir ke kantin" jawab Matteo seadanya.

Darbian memutar bola matanya malas"Entah lah, emang unik sahabat lo yang satu itu" sahut Darbian sembari menata mallet- mallet yang berserakkan di atas mejanya.

****

See you

Ketemu lagi di part selanjutnya


Regal Dan Catatan Kecil (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang