Prolog

1.1K 95 2
                                    

spotify playlist: https://open.spotify.com/playlist/2pRaT0WJ4t8HcQVz6zywKV?si=fd4bde6b99a749bb

atau bisa cari playlist "not the same" by raeeehhh

...

Sore itu, di kala matahari setengahnya sudah hampir tenggelam ditelan bumi, seorang anak berusia lima tahunan berlarian sembari bermain dengan yang lainnya. Anak itu seolah pangeran dari dunia fiksi, rambut pirangnya seolah berkilau saat terpantul sinar matahari sore, selain tampangnya yang rupawan, senyumannya pun sangat menghangatkan hati siapapun yang memandangnya, begitu pula pikir seorang anak lain yang jauh lebih muda, berambut abu sedikit kehijauan, membawa buku dengan sorot matanya yang terpaku jauh pada anak pirang yang sedang tertawa itu.

Sayang sekali, suara tawanya nyaris tidak terdengar, padahal sepertinya mereka sangat menyenangkan bagi seorang anak kecil yang harusnya bermain, sedangkan Alhaitham hanya bisa menangkap kegembiraan itu dengan indera pengelihatannya, hanya itu yang dia punya. Pandangan matanya pun terbalaskan, anak pirang itu menatap Alhaitham yang sedari tadi sudah memandanginya lama, dan kemudian menghampirinya.

"Halo!" Ujarnya setelah mendekat pada Alhaitham, namun bocah itu malah memundurkan dirinya menjauh dari anak pirang itu.

"Aku tidak pernah melihatmu di sini? Sepertinya anak baru? Mau ikut main?" Tanyanya yang cukup banyak, namun kembali tidak ada jawaban apa apa dari bocah abu abu itu.

"Siapa namamu? Kenapa diam aja? Di mana rumah mu? Mana orang tua mu?"

Banyak pertanyaan dilontarkan oleh anak pirang itu, Alhaitham sendiri tidak membuka mulutnya sama sekali, hanya bisa mundur selangkah demi selangkah saat anak pirang itu mendekat padanya.

"Ah! Aku tau! Kau tipe bocah yang pemalu, kan? Sini, sini, ikut aku." Katanya sambil menarik paksa tangan Alhaitham dan menggeretnya masuk menuju taman bermain kecil di tengah kota kecil itu.

"Kalau tidak suka main, nonton aja." Seolah mengerti apa yang bocah pirang itu katakan, Alhaitham hanya mengangguk, dan kemudian anak itu meninggalkan Alhaitham yang duduk di kursi taman dan melanjutkan kegiatannya menendang bola sambil berlarian.

Tidak menunggu lama, seorang wanita tua menghampiri Alhaitham yang sedang memandangi gambar di dalam bukunya itu. Ia menghela nafasnya lega karena sedari tadi ia mencari cucu satu satunya itu yang menghilang, tadinya mereka berdua berjalan bersama untuk berbelanja di supermarket, namun Alhaitham sudah tidak ada saat ia sampai di rumah.

'Alhaitham, sayang, ayo pulang.' Wanita itu berkomunikasi dengan cucunya menggunakan kedua tangannya, atau yang biasa disebut bahasa isyarat. Dengan mudah pula Alhaitham mengerti apa yang dimaksud neneknya.

'Iya'

Bocah rambut pirang itu mendapati teman barunya beranjak dari kursi taman, ia pun berlari menyusul Alhaitham dan mencegatnya berjalan lebih jauh.

"Mau pulang?" Tanyanya yang pasti tidak mungkin dijawab oleh Alhaitham sendiri.

"Iya, saya nenek Alhaitham, kamu?"

"Halo! Saya Kaveh!"

"Halo juga, Kaveh. Sudah hampir sore, kamu tidak mau pulang?"

"Ah, iya, sebentar lagi, jadi dia Alhaitham? Keren! Aku bertanya namanya namun dia tidak menjawab, aku juga tanya rumahnya, orangtuanya, tapi dia diam aja..." Ujarnya dengan riang seperti biasa.

Alhaitham memandangi wajah Kaveh yang menghadap ke nenek kesayangannya, kedua mata Kaveh berbinar dan bercahaya, bibir kecilnya tersenyum, imut, wajahnya juga ceria walau seharusnya dia sudah kelelahan ditandai dengan peluh yang mengucur.

"Soal itu... Alhaitham memang mempunyai kekurangan pada indera pendengarannya, dia tuli dari lahir, orangtuanya kecelakaan dan meninggal belum lama, Alhaitham terpaksa harus pindah dari Sumeru City ke sini. Di kota kecil harusnya lebih tenang untuk Alhaitham." Jelas nenek Alhaitham pada bocah pirang itu yang bernama Kaveh.

"Lalu bagaimana aku harus berkomunikasi dengan Haitham?"

"Belajarlah sedikit sign language, saya akan senang jika anak anak di sini bisa berteman baik dengan Alhaitham, dia anak yang pendiam sekali..." Jawab sang nenek dengan senyuman yang terukir pada wajahnya sembari mengelus surai blonde anak itu, menambah kesan cantiknya di usia tujuh puluhan itu.

"Nenek bisa ajari aku?"

Words 言葉 - Kaveh x Alhaitham AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang