Senyum Fatimah terus terulas kala mendengar suara tegas yang memenuhi masjid Al-Kautsar. Suasana masjid Al-Kautsar sangat ramai. Bahkan beberapa orang lesehan di teras masjid, ada juga yang rela berdiri selama berjam-jam di luar.
"Cie, senyum-senyum. Suka ya sama Mas Malik," terka Nuri, teman satu kajian Fatimah sekaligus tetangganya.
Fatimah menatap Nuri masih dengan senyuman terulas. Lantas menggeleng. "Enggak, Nur. Aku cuma kagum aja." Fatimah mengulum bibirnya. "Menurutku diusia yang terbilang muda, Kak Malik masyaa Allah sekali. Kak Malik keliatan benar-benar mumpuni dalam dakwah," jelas Fatimah panjang dibalas Nuri dengan anggukan.
Setelah itu, selama satu jam ke depan tak ada obrolan lagi. Kalaupun Nuri mengajaknya mengobrol, Fatimah akan memperingatkan Nuri untuk tidak mengobrol dulu, karena walau bagaimana pun tujuan Fatimah datang ke kajian adalah untuk mendengarkan ceramah. Walau dilubuk hati terdalam, alasan utamanya selalu rajin mengikuti kajian keagamaan adalah agar tetap waras disaat suasana rumah tengah panas atau dengan kata lain Fatimah sedang berusaha melarikan diri walau hanya sebentar.
Kajian kali mengenai sabar dalam menghadapi ujian. Fatimah menyimaknya dengan seksama, dan saat sesi tanya jawab beberapa orang mengajukan pertanyaan. Fatimah sebenarnya ingin bertanya, tapi ia tak berani mengungkapkan tanya di muka umum seperti ini. Terlebih, masalah yang akan ia tanyakan terlalu pribadi.
Suara salam mengakhiri kajian malam ini, para jamaah baik laki-laki maupun perempuan menjawab salam tersebut dengan antusias. Berbeda dengan Fatimah yang menjawab dengan suara pelan.
Fatimah berdiri diikuti Nuri. Perempuan itu menatap pintu masjid al-kautsar yang terbuat dari kaca, banyak orang berbondong-bondong mengerubungi Malik. Bahkan ketika mata Fatimah mengedar di dalam masjid, ternyata sudah nyaris kosong.
"Kita akhiran aja, Nur," kata Fatimah sembari menahan tangan Nuri. Membuat perempuan itu berhenti melangkah.
"Iya, Fa. Gila sih, tiap kajian Mas Malik selalu rame dan tersendat gini pintu masjidnya. Mentang-mentang yang ngisi kajian ustadz muda."
Fatimah hanya mengangguk-angguk membenarkan perkataan Nuri. Di zaman sekarang meski tak semua, anak muda kebanyakan lebih tertarik dengan ustadz-ustadzah muda.
"Ayo, Fa." Kemudian setelahnya, tangan Fatimah ditarik oleh Nuri. Membuat lamunannya buyar seketika.
"Ayo, Fa cepetan!" rengek Nuri begitu keluar dari masjid.
Fatimah memaklumi sifat Nuri yang memang terkadang seperti anak-anak. Penyebabnya tak lain pasti perempuan itu tak mau ketinggalan nonton film favoritnya. Ia sudah hafal betul, jadi sebelum Nuri menyeret Fatimah yang belum selesai mengenakan sepatu kets, buru-buru perempuan itu menyelesaikannya secepat kilat.
Fatimah berdiri. Mereka berdua berjalan menuju parkiran pojok, dan bersamaan dengan itu sebuah mobil putih milik Malik keluar dari pekarangan Masjid Al-Kautsar. Hanya sesaat Fatimah dan Nuri menatap kepergian mobil tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gapai Aku [TAMAT]
Teen Fiction(#ISTIQAMAHSERIES) Fatimah Az-Zahra tak pernah menyangka akan mengalami masa dimana imannya berada dititik terendah. Bergelut dengan segala pikiran negatif dan cobaan bertubi-tubi yang tiada habisnya. Seolah Fatimah tak diizinkan untuk bangkit baran...