17 : Tempat Bersandar

189 19 2
                                    

Nuri menatap rumah sederhana bercat putih dan abu di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nuri menatap rumah sederhana bercat putih dan abu di depannya. Ia menunggu sang pemilik rumah keluar, meski nyatanya sudah tiga menit menunggu usai memanggil. Tak ada satu pun orang yang keluar.

"Nuri."

Suara lembut itu membuat Nuri tersentak, ia melangkah cepat mendekati Fatimah yang baru saja turun dari motor Davian. Tanpa menunggu Fatimah bertanya lagi, Nuri memeluk Fatimah erat, membuat Fatimah agak kaget.

"Fa, lo kemana aja? Kenapa beberapa minggu terakhir ini lo ngilang?" tanya Nuri setelah melepaskan pelukannya.

"Aku ada kok."

Raut wajah Nuri masih terlihat khawatir. "Gue minta maaf kalau semisal gue ada salah."

Fatimah menggeleng. "Gak papa."

Nuri menggenggam tangan Fatimah. "Kalau lo ada masalah cerita sama gue, ya."

Fatimah hanya tersenyum tipis.

"Oh, iya malam ini ada kajian lagi di Masjid Al-Kautsar. Ikut kajian yuk!"

Fatimah melepaskan genggaman tangan Nuri. Tatapan Fatimah sempat melirik sesaat pada Davian yang masih diam di atas motor, tatapan laki-laki itu masih terfokus pada interaksi Fatimah dan Nuri. "Aku gak bisa."

"Lo ada kesibukan?"

Fatimah menunduk, tangannya sedikit terkepal. Lantas ia menatap Nuri dengan senyuman tipis. "Iya," jawab Fatimah dengan berat hati.

"Yahh ... please ikut dong. Masa gue sendirian sih. Lagian akhir-akhir ini gue gak ngeliat lo ikut kajian di Masjid Al-Kautsar lagi tahu."

Davian turun dari motornya. Lantas berdiri ditengah-tengah, menarik Fatimah ke belakang tubuhnya. "Lo gak bisa maksa."

Nuri menatap Davian dengan sorot tajam. Meski Davian termasuk laki-laki yang memiliki paras tampan, Nuri tetap waras dengan menilai laki-laki dari 'sikapnya' dibanding 'tampangnya.' Itu menjadi poin penting menurut Nuri. "Lo siapanya Fatimah?" tanya Nuri dengan nada tajam, meski begitu ia berniat memastikan.

"Gue temen dari kecilnya."

Nuri melirik Fatimah seolah meminta kepastian. Fatimah yang ditatap intens oleh Nuri akhirnya mengangguk.

Nuri menghela napas. "Jadi, lo gak bisa ikut kajian? Terus lo ada kesibukan apa, sih, Fa? Lo gak diajak yang aneh-aneh sama ini cowok kan?" tanya Nuri beruntun sembari menunjuk Davian.

"Jangan asal ngomong, ya, lo!" balas Davian tak terima dituduh demikian.

Fatimah melangkah mendekati Nuri, kemudian menggeleng. "Davian gak ngajak aneh-aneh, kok."

"Yaudah aku ikut kajian sama kamu," putus Fatimah akhirnya. Ia hanya tak ingin Nuri dan Davian ribut didepannya.

Nuri memeluk Fatimah lagi, kali ini Fatimah juga balas memeluk Nuri. "Rasanya gue kangen sama lo, gue khawatir sama lo. Maafin gue, Fa karena gue gak seberguna itu sebagai seorang temen deket."

Gapai Aku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang