05 : Harus Sempurna!

322 34 1
                                    

"Kak Malik kenapa masih disini? Bukannya rombongan anak Ponpes Al-Mutawally udah pulang dari jam sepuluh malam, ya?" tanya Fatimah setelah selesai mengaji bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Malik kenapa masih disini? Bukannya rombongan anak Ponpes Al-Mutawally udah pulang dari jam sepuluh malam, ya?" tanya Fatimah setelah selesai mengaji bersama. Ia menatap lurus pada kain pembatas, menunggu jawaban dari Malik.

"Saya nginep disini sebentar, soalnya ada urusan dengan Ustadz Rofi'i."

Fatimah mengangguk paham. 

Sejenak terjadi keheningan, sampai Malik lebih dulu bersuara lagi. "Kamu lagi ada masalah dikeluarga?"

"Iya, Kak."

"Maaf, saya gak sengaja dengar." Malik mengantongi tasbih digitalnya. "Tapi, kamu gak perlu malu. Semua manusia juga punya masalah dan dosa. Saya gak ada niat menjudge, kok."

Fatimah mengangguk. Napasnya terembus pelan, seolah beban berat baru saja dilepaskan. "Syukurlah, kadang saya terlalu takut sama tanggapan orang."

"Jangan takut, Allah selalu bersamamu."

Fatimah terkekeh. "Saya kadang ngerasa putus asa. Bahkan saya kadang ngeraguin kuasa Allah." Fatimah mengembuskan napasnya pelan, seakan kalimat selanjutnya adalah hal yang berat untuk diucapkan. "Saya ... takut berpaling dari keyakinan saya saat ini."

"Kalau kamu merasa begitu, kamu bisa datang ke Ponpes Al-Mutawally. Kita ngaji bareng lagi."

Fatimah tersentak mendengar jawaban tak terduga dari Malik. "Saya ngerasa malu. Gak ada kenalan juga di sana."

"Saya kenalan kamu. Bilang saja temannya Malik."

Fatimah mengangguk. Perempuan itu menunduk menatap al-quran dipangkuannya. "Kakak masih ingat nama saya?"

Malik sempat terdiam selama beberapa detik. Sebelum akhirnya menjawab, "Maaf, saya lupa."

Senyum Fatimah terukir. "Nama saya Fatimah Az-Zahra"

"Nama kamu maasya allah bagus, sama dengan putri bungsu Rasulullah SAW."

"Tapi, saya gak maasya allah seperti putri Rasulullah SAW. Saya ngerasa diri ini munafik." Tanpa sadar Fatimah mengungkapkan isi hatinya. Hatinya mendadak sesak, hingga air mata tanpa sadar membasahi pipi. "Saya ... kadang pengen mati aja."

"Mati gak akan bikin kamu terbebas, Fatimah. Semunafik apapun manusia, kalau kamu niatnya pengen keluar dari kubangan dosa. Allah bakalan terima taubat kamu."

"Tapi saya sama sekali gak punya teman untuk membimbing saya. Siapa yang bakalan percaya sama saya? Saya terlalu hina," lirih Fatimah disela isak tangisnya.

Gapai Aku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang