[08] Sirens

311 44 1
                                    

Meskipun di beri tumpangan gratis, bukan berarti Lyrr sudi bermalas-malasan seperti orang tidak tahu diri. Dia adalah putri, namun jiwa nya adalah seorang prajurit terlatih yang sangat anti bermalas-malasan--meskipun Marrionette sendiri adalah prajurit pemalas yang selalu mencuri waktu bermalas-malasan-- karena itu dia menawarkan diri untuk melakukan pekerjaan kecil.

Para gadis di kapal khawatir tentang kondisinya, takut dia mengangkat benda berat, atau terpeleset, atau paling parah terjatuh dari kapal. Tapi Lyrr membantah semua itu dengan kesal. Kehamilan tidak membatasi nya untuk melakukan apa yang dia mau. Dan dia tidak ingin di pandang lemah karena itu. Dia senang karena para gadis mengkhawatirkan nya, tapi dia tetap tidak suka jika itu terlalu berlebihan.

Ayolah, Lyrr tidak suka di kekang.

Saat ini Lyrr tengah membersihkan geladak kapal. Para gadis tengah berada di dalam kapal, tidak ada yang berada di luar. Hanya Lyrr sendirian saat ini, menatap kagum pada ombak yang berbuih.

Lyrr tersenyum, meletakkan sapunya dan berjalan mendekat ke pembatas kapal, menatap buih buih ombak yang bersinar terkena pantulan cahaya matahari. Siang itu rasanya hangat dan nyaman, udara hangat sekaan membungkus tubuhnya.

Lyrr bersenandung pelan, menikmati terpaan angin laut. Mendadak hatinya di penuhi perasaan rindu yang hampir tidak terbendung pada Asher.

Dia merindukan Asher, anaknya juga merindukan ayahnya. Mendadak Lyrr merasa kejam karena harus memisahkan anak dan ayah itu. Dirinya dulu juga begitu, sebenarnya. Dia harus kehilangan ayahnya di usia muda, dia tahu betapa beratnya bertahan hidup sendirian tanpa sosok yang melindungi disisinya. Dia seharusnya tidak melakukan itu pada anaknya, tapi...

Dia tidak bisa kehilangan sosok ayah juga di kehidupan ini. Diam-diam berjanji dalam hati untuk segera menyelamatkan ayahnya dan mempersatukan anaknya dengan Asher.

Lyrr memandang lurus ke depan, tenggelam dalam pikiran nya sendiri hingga mendadak dia mendengar sebuah lantunan senandung yang sangat lembut. Benar-benar lembut dan mendayu-dayu, senandung terindah yang pernah dia dengar selam hidup nya. Kemudian dia mulai
melihat sesuatu yang aneh di sudut matanya. Lyrr segera menajamkan pandangannya, dan melotot begitu melihat sosok Lian tengah duduk di sebuah batu besar tak jauh dari kapal mereka.

Lyrr mengaga tidak percaya. Apa-apaan itu?! Mengapa Lian duduk disana? Dan mengapa ada Lian?!

Lyrr berlari untuk mencari teleskop, dia menemukannya tak jauh dari tempatnya berdiri dan mulai mengintip lagi. Benar saja, Lian sedang bersantai sambil tersenyum ke arahnya.

Benar-benar tersenyum padanya dan melambai.

Lyrr menjatuhkan teleskop nya tidak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi disini.

Seakan di panggil, sosok Lian melompat ke laut dan berenang dengan cepat mendekati kapal. Kepala Lyrr pusing, dia bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhnya ketika sosok Lian muncul di depan dirinya dengan penampilan basah kuyup.

"Hai! Sudah lama ya." Kemudian dia bersenandung pelan, senandung yang merdu dan membuat siapapun yang mendengarkan akan jatuh hati pada keindahan suara itu.

Lyrr hanya diam, menatap sosok Lian yang terlihat bergembira. Kemudian dia menyapa lagi seperti sebelumnya, "lama tak jumpa, Lyrr."

Lyrr tersentak, menatap Lian tidak percaya.

"Aku merindukan mu, Lyrr. Kau tahu betapa lama aku menunggumu?"

Mata Lian melirik ke perut Lyrr, dan senyumannya semakin mengembang, "ternyata kau membawa keponakan kecil ya? Aku tidak menyangka."

Lyrr hanya diam, tatapannya kosong ke depan, seakan seluruh isi otaknya menghilang di telan bumi.

Lian terkikik, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Lyrr lembut. Sentuhan nya halus dan dingin, menghantarkan perasaan hangat dan nyaman.

[S2] Reise des Licht Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang