[16] Further Away From The Previous Path

137 20 0
                                    

Satu yang Lyrr tahu. Bahwa segala hal di kehidupan sekarang banyak berbeda dari kehidupan yang lalu. Alur novel adalah alur kehidupan yang lalu, dan karena jiwa Lyrr dan Lian yang mengingat kehidupan masa depan, di kehidupan ini banyak terjadi perubahan. Salah satunya kondisi Seyla saat ini.

"Aku tidak tahu dia terluka begini." Lyrr membalut kaki Seyla yang tergores cukup dalam dengan perban putih setelah menjahit lukanya. Sebenarnya Lyrr menjahit hanya untung-untungan, Lyrr tidak pernah mempelajari medis. Lyrr bahkan tidak berpikiran untuk menjadi dokter, dia tidak suka menyentuh obat-obatan, apalagi aromanya. Dan kini dia di hadapkan dengan situasi seperti ini.

Terlebih lagi Seyla kini sangat pucat, wajah dan tubuhnya di penuhi peluh, serta beberapa goresan luka di wajah mulus nya. Pakaiannya sobek-sobek dan kotor terkena lumpur yang mengering, juga bercak-bercak darah di sekujur tubuh dan pakaiannya. Pakaiannya memang pakaian sederhana dan tidak mewah, hanya saja kini pakaian itu benar-benar rusak dan Kumal.

Seyla sama sekali tidak banyak berubah, mungkin yang berubah hanya tinggi badan dan panjang rambut saja, sisanya tidak ada. Rambutnya semakin panjang dan halus.

Kaki Seyla terluka parah, seperti tersayat sesuatu. Tubuhnya lecet-lecet dan memar. Benar-benar memprihatinkan. Lyrr bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi pada sahabat nya ini?

Lian menopang dagunya dengan tangan kanan di atas meja, menatap malas Lyrr. "Teman mu yang itu ya? Di novel tertulis pelayan setia Khionera. Kenapa dia bisa seperti ini keadaan nya?"

"Siapa yang tahu." Lyrr menggunting kain putih lusuh itu. "Sudah lama tidak bertemu. Bahkan kami tidak tahu yang lain masih hidup atau tidak. Aku di buang ke sungai ketika dia di culik, dia sendiri pasti tidak memperkirakan akan bertemu aku lagi."

Tok...tok...

Suara ketukan pintu terdengar, "Aku masuk ya." Pintu terbuka dan muncullah Arneis membawa sebaskom air dan handuk. Wanita itu menyerahkan baskom dan handuk itu pada Lyrr. "Dua lelaki yang datang bersamanya sudah ditangani. Yang satu terluka sangat parah, tapi sudah siuman. Yang satu lagi tampaknya koma. Luka keduanya benar-benar parah." Arneis menggigit bibirnya. Arneis adalah dokter di kapal cakar elang, karena itu dialah yang mengobati kedua lelaki yang datang bersama Seyla.

Lyrr dan Lian saling berpandangan, "ketiganya luka parah, kira-kira apa yang terjadi? Penyerangan?"

Lyrr mengerutkan keningnya, "aku sedikit nya ingat, salah satu pria yang datang bersama Sey ke sini adalah ketua kelompok penjahat yang menculiknya dulu. Ya, pria itu yang tertarik pada Sey dan menculiknya lalu memerintahkan anak buahnya untuk membuang ku."

"Kelompok penjahat dan dia ketuanya? Sekarang di mana kelompok itu? Apa mereka berkhianat pada ketua mereka dan berniat membunuh ketua itu dan Seyla? Lalu satu pria lagi apakah dia satu satunya yang setia pada ketuanya? Tapi kenapa ketua nya melarikan diri bersama Seyla? Kenapa Seyla mau melarikan diri bersama penculik nya alih-alih pergi sendiri? Seperti nya terjadi sesuatu disini." Lian berujar panjang.

"Kita hanya bisa menunggu mereka sadar dan lepas dari syok saja baru bisa bertanya." Arneis menghela nafas.

"Ini jelas berbeda dari alur kehidupan sebelumnya. Di kehidupan sebelumnya Seyla tidak di culik, dan kini seorang penjahat tak dikenal bahkan bersama Seyla. Aku tidak bisa menarik kesimpulan apapun, karena aku tidak kenal penculik itu atau alur kehidupan yang ini." Lian menjawab ketika Lyrr memberinya tatapan, 'coba kau pikirkan sesuatu tentang situasi ini'.

"Tidak ada yang bisa di jadikan petunjuk atau patokan. Benar-benar seperti menjalani alur baru yang kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa. Entah kenapa, jadi terasa menyeramkan."

Hening, Lian dan Arneis hanya bisa diam mendengar nya. Tidak biasanya Lyrr akan gundah seperti itu, Lyrr biasanya selalu percaya diri.

"Aaahh ya sudahlah! Tinggal jalani saja! Kedepannya kita hadapi bersama-sama, itu tidak akan sulit!" Lian tersenyum kikuk, menepuk-nepuk bahu Lyrr, "jangan menjadi lemah hanya karena hal sepele seperti ini boss."

Lyrr tersenyum kecil, mengusap kepala Lian lembut dengan penuh kasih sayang, "terserahlah, aku tidak bisa menolak mu." Lyrr berdiri dari duduknya, "kata kak Arneis yang satu sudah siuman, aku akan mengunjungi nya dan bertanya padanya."

Benar saja, ketika Lyrr membuka pintu ruangan di pojok penginapan, pria itu sudah duduk bersandar pada bantal. Pria itu melamun menatap jendela, membiarkan wajahnya di terpa angin sore. Lyrr mengetuk pintu dan berjalan masuk, "aku membawakan bubur."

Pria itu menoleh, tapi wajahnya datar dan dia tetap diam. Lyrr jadi kikuk sendiri, meletakkan bubur itu di meja dan berdiri menatap pria itu.

Lyrr belum pernah melihatnya, bahkan kelompok yang waktu itu menculik Seyla juga tidak ada pria ini. Pria ini beraura suram, dengan rambut panjang keperakan, cukup aneh karena Lyrr belum pernah melihat warna rambut manusia yang seperti itu. Kini sekujur tubuhnya di balut perban, memperlihatkan bisep nya yang kekar dah gagah, beberapa bekas luka di kulit tubuhnya, membuktikan bahwa dia sering bertarung. Bahkan perutnya itu sixpack! Lyrr benar-benar harus menjaga matanya!

Pria ini mungkin berusia sekitar 20-an ke atas jika di lihat dari wajah dan postur tubuh yang sangat terbentuk. Pria itu tampan, cukup tampan untuk menarik Harem nya sendiri. Banyak wanita yang mungkin akan mengantri untuk nya. Jika di bandingkan dengan pria pria yang pernah Lyrr temui, dia termasuk yang tertampan.

Ah tapi tetap saja yang paling tampan itu Asher! Lyrr berpikir begini bukan karena perasaan pribadi, tapi memang Asher luar biasa tampannya, belum ada pria yang bisa menyamai wajahnya yang sempurna itu. Dan pria di depannya ini jelas masih kalah tampan di bandingkan kekasih nya itu.

Eh, apa tadi? Kekasih? Sejak kapan Asher itu kekasihnya!

Lyrr mencak-mencak di dalam hati, dia bahkan belum menyatakan perasaannya! Kekasih apaan!

Oke kembali fokus. Lyrr berdehem pelan, mencoba membuka pembicaraan. "Baiklah, namaku Khionera Demetrios, aku lebih suka di panggil Lyrr, tapi ya terserah kau mau panggil apa. Aku teman masa kecil nya Seyla."

Begitu mendengar nama Seyla, ekspresi kaku itu perlahan mengendur dari wajahnya, dia terlihat lebih santai. Pria itu menatap Lyrr lama, binar samar muncul di matanya yang awalnya kosong, "teman nona Seyla..."

"Yah." Lyrr membenarkan, "aku akan bertanya saja langsung tanpa basa basi. Sey belum sadar, karena itu aku butuh informasi dari mu. Sey temanku, dan siang ini aku melihatnya datang padaku dengan tubuh penuh luka dan keadaan kacau, dia masih pingsan sampai sekarang. Jelas aku penasaran dan wajib tahu apa yang terjadi padanya. Karena itu jawab saja yang jujur apapun yang aku tanyakan."

Pria itu mengangguk kecil, binar kembali di kedua bola matanya yang awalnya kosong itu.

"Namamu?"

"Nama ku Yuwen"

"Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?"

"Kami... Kelompok kami di serang banyak sekali monster aneh, monster serigala. Dia membunuh banyak teman-teman kami. Hanya aku, tuan besar dan nona Seyla yang berhasil selamat. Kami kabur dari serangan serigala itu. Tuan besar terluka karena melindungi kami, dan aku menggunakan separuh kekuatan ku untuk datang ke kota terdekat."

"Tunggu, kekuatan?" Mata Lyrr menyipit, "kau guardian? Bukannya kelompok kalian isi nya hanya manusia biasa?"

Yuwen menggeleng, wajahnya polos dan jujur. "Aku sebenarnya bukan anggota asli kelompok itu. Dan aku juga bukan sepenuhnya manusia. Aku manusia separuh elf, nona Sey yang menyelamatkan aku, dan membawaku bergabung di kelompok itu. Karena itu, aku bahkan bisa merelakan nyawaku untuk melindungi nona Seyla." Dia menjelaskan.

Lyrr tersenyum. Iya, benar-benar tersenyum hingga matanya menyipit. Tapi di dalam hati perempuan Castelli itu menangis dan menjerit.

'ASTAGA SEBENARNYA KEMANA ALUR CERITA INI BERGERAK?! KENAPA SEMAKIN JAUH DARI ALUR ASLI KEHIDUPAN SEBELUM NYA?!'

[S2] Reise des Licht Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang