[20] Serve You

201 25 7
                                    

Lyrr memasak makan malam di dapur penginapan. Dia ingin setidaknya membalas budi kepada orang-orang yang masih setia menemaninya hingga saat ini. Lyrr tidak akan sampai disini seorang diri.

Dan ini juga untuk Yuwen.

Semenjak kepergian Seyla, dia menjadi murung dan jarang bicara. Dia juga cenderung menghindari orang-orang kecuali ketika sedang membahas rencana. Dia seperti orang yang tidak tersentuh.

Ujung mata Lyrr menangkap Yuwen yang sedang mengintip dari pintu dapur. Lyrr mendengus lucu, Yuwen kesepian karena di tinggal oleh Seyla. Wajar saja, selama ini mereka selalu bersama. Dan Yuwen juga menyukai Seyla.

"Tidak usah mengintip, kemarilah, aku akan mengajari mu cara membuat kari."

Yuwen gelagapan karena terpergok, tapi dia segera memperbaiki ekspresi nya dan memasuki dapur. "Apakah kau butuh bantuan, Lyrr?" Tawarnya.

"Ini keahlian ku. Sama sekali tidak butuh bantuan." Lyrr tersenyum manis, "tapi temani saja aku disini, itu sudah cukup."

Yuwen tersentak, tapi dia tetap diam dan berdiri di sebelah Lyrr yang sibuk memasak.

"Kau tau, aku sangat suka kari. Dulu, ketika rumahku belum hancur, ibuku sering memasak di hari-hari spesial. Misalnya ulang tahun ku. Di pagi hari ulang tahun ku aku akan menemani ibuku memasak kari, menghirup aroma rempah-rempah, dan mencicipi sedikit ketika menentukan rasa. Aku sangat merindukan saat-saat seperti itu." Lyrr menunduk, mengaduk karinya, "hangat, keluarga itu hangat."

Yuwen menatap Lyrr sendu, "kau merindukan itu. Karena itu kau memintaku tinggal. Menemanimu."

"Ya. Mungkin ini yang di rasakan ibuku. Bahwa dia tidak sendiri, bahwa dia masih punya aku. Apalagi ketika memasak masakan spesial, untuk orang spesial, di hari spesial, dan bersama orang spesial itu." Lyrr tertawa kecil.

Yuwen tersenyum lembut, mengangguk. "Juga, Yuwen. Kau juga jangan merasa sendiri meskipun Seyla jauh darimu. Kau masih punya aku dan teman-teman yang lain. Dengan kau yang berada di sisiku saat ini, aku sudah menganggap mu sebagai orang spesial juga." Lyrr nyengir, "karena itu, jangan menutup diri seperti sebelumnya dan berbaur lah. Seyla pasti juga tidak suka melihat mu mengasingkan diri hanya karena rindu padanya."

Yuwen terdiam, dia menundukkan kepalanya, ekspresi nya rumit. "Aku tidak pandai bergaul."

Lyrr tertawa, "tidak masalah. Kau tidak perlu berusaha keras untuk mengakrabkan diri. Hanya bersikap lebih terbuka pada kehadiran yang lain, mereka sendiri yang akan mencoba berbaur denganmu." Lyrr mengetukkan pelan spatulanya pada kening Yuwen, "terlebih lagi tipe seperti Lian dan Layya. Tidak perlu berusaha keras untuk akrab dengan mereka."

"Kau tampaknya sangat mengenal mereka ya."

"Sangat." Lyrr terkekeh, "mereka berdua adalah penyelemat ku. Jelas saja aku mengenal mereka dengan sangat baik."

Yuwen menunduk. "Aku... Tidak pernah diinginkan selama ini. Lebih tepatnya aku dikucilkan bahkan oleh keluarga ku sendiri. Aku selalu hidup tanpa ada yang peduli, bahkan ibuku. Aku adalah anak terakhir di keluarga itu, dan hanya aku yang tidak terlahir kuat. Kekuatan ku lemah sejak dulu, kedua orang tuaku malu dengan ku, bahkan keempat kakak laki-laki ku."

"Saudaramu laki-laki semuanya?" Lyrr bertanya. Yuwen mengangguk pelan, "aku dulu pernah punya adik perempuan... Hanya saja dia mati. Dan keluargaku menuduhku melakukannya karena dasar kecemburuan. Kekuatan adikku lebih besar daripada aku, dan mereka berpikir sebagai kakak wajar jika aku cemburu dan membunuhnya."

"Pemikiran yang menjijikkan! Padahal mereka orang tua, tetapi bisa berpikir serendah itu pada anak mereka sendiri." Lyrr terlihat menahan amarah.

"Aku semakin di kucil kan di keluarga ku sejak saat itu. Menerima makanan sisa, tidak mendapatkan pendidikan dasar elf, dan tidak diizinkan bergaul dengan elf lain."

[S2] Reise des Licht Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang