[10] I Rediscovered The Reason For My Life With Tragedy

309 43 0
                                    

Keputusan sudah final.

Pagi hari ini mereka akan berangkat menuju sarang Cyclops di bukit Fennech. Jaraknya hanya bisa di tempuh dengan jalur darat, karena itu hanya beberapa gadis yang ikut. Setelah merampok kuda dan perbekalan dari pengelana yang kebetulan lewat, mereka melanjutkan perjalanan mengikuti arahan Kayana.

Di tambah Lyrr, ada enam gadis yang ikut, Carrie, Arneis, Layya, Celine, Octavia dan Juliana. Mereka berlima sepakat untuk ikut dalam misi penyelamatan Raja, selain dengan imbalan yang di janjikan Lyrr, mereka juga akan mendapatkan uang yang berlimpah sebagai imbalan menyelamatkan raja.

Arneis yang paling bersemangat untuk ikut Lyrr. Arneis pernah mengatakan dia sangat menyayangi Lyrr, mengingatkan nya pada adiknya. Arneis tidak ingin berpisah dari Lyrr, ataupun membiarkan dia pergi sendiri, berada dalam bahaya sendiri.

Lyrr yang mendengar itu sangat terharu, tapi seketika menjadi kesal ketika Layya dan Octavia mengatakan alasan mereka mengikuti Lyrr, agar bisa menjahili Lyrr setiap saat.

Kini mereka memacu kuda melewati hutan-hutan lebat. Celine merapatkan kudanya dan mengeluh pada Carrie, "nona, hutan lebih mengerikan daripada lautan, aku lebih suka laut." Ucapnya.

Lyrr memasang raut datar, sudah begitu terbiasa dengan Celine yang memang berpura-pura manja untuk mendapatkan kasih sayang lebih dari para gadis di kapal.

"Tidak seram kok! Ini tidak seperti akan ada octopus yang melilit kapal mu tiba-tiba." Arneis menyahut.

"Octopus memang besar dan menyeramkan, pasti dagingnya enak dan banyak! Kalau di jual akan cepat kaya." Octavia mulai berbinar dan liur menetes dari ujung bibirnya.

Layya bertepuk tangan heboh, "ayo kita cari octopus sekembali nya ke kapal! Kita bisa makan sepuasnya!"

"Rumornya racun dari octopus jika di jual akan mahal, aku akan memburu mereka semua dan mendapatkan uang!" Carrie mengepalkan tangannya semangat, matanya seakan berubah hijau dan emas ketika membayangkan berapa banyak harta yang akan dia dapatkan.

"Hey Layya! pacu kuda mu lebih lambat! Octavia urungkan niatmu menusuk pantat kuda Arneis, nanti kudanya akan mengamuk dan dia akan jatuh! Hey Arneis jangan melamun! Nona Carrie pegang kejang kudamu dengan benar! Celine, perhatikan jalan atau kau akan jatuh!" Teriak Juliana memandu teman-temannya yang tidak benar.

Lyrr menghembuskan nafas panjang. Baru separuh jalan saja dia sudah merasa sangat lelah. Para gadis dari kapal cakar elang memang memiliki sifat-sifat tersendiri. Tapi anehnya tidak ada satupun yang benar dan lurus.

"Bisakah kalian berhenti bermain-main?! Lagipula apa itu, Octopus hanya mitos!" Teriak Lyrr kesal hingga urat keningnya menonjol.

Layya memejamkan matanya khidmat sambil menggeleng-geleng prihatin. "Kau menjelajah kurang jauh. Jika Siren itu ada, maka octopus juga ada, jadi jangan berpikir untuk tidak percaya dengan octopus."

Matanya menatap tajam Layya dan Octavia yang menatapnya sambil berusaha keras menahan tawa. Amarah Lyrr bergejolak, "apa yang kau lihat?!"

Layya tersenyum menggoda, "wooo, ibu hamil ini benar-benar sensitif."

Octavia menhayut menimpali, "jangan terlalu galak, anakmu juga ikut galak."

Lyrr mencibir. Kesabaran nya yang setipis tisu di uji setiap harinya.

Setelah menjalani tiga hari penuh perjalanan melewati hutan, mereka akhirnya sampai ke sebuah kota. Carrie memutuskan untuk singgah beristirahat selama beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan. Lyrr tidak keberatan, dia juga butuh istirahat. Dia tidak bisa memaksakan tubuhnya seperti dulu, saat ini dai sedang membawa anaknya, dia harus memikirkan si kecil juga.

Mereka berhenti di sebuah penginapan yang lumayan mewah. Mereka memesan empat kamar, dengan Lyrr di kamar terpisah sendirian. Mereka berkata agar Lyrr lebih leluasa beristirahat, karena dia sedang hamil dan butuh ketenangan juga.

Lyrr bersyukur dengan pengertian itu. Meskipun dia juga tidak masalah sekamar berdua.

Jam makan malam tiba dan mereka akhirnya makan bersama. Arneis yang memang hobi memasak bahkan membantu koki penginapan untuk mempersiapkan makanan. Benar-benar gadis yang rajin. Dia membuatkan menu sehat khusus ibu hamil untuk Lyrr, yang secara mengejutkan. Rasanya juga enak. Lyrr menuju kemampuannya dalam memasak.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk istirahat di kamar masing-masing. Namun anehnya Lyrr tidak bisa tidur. Dia sudah mencoba berbaring ke kiri dan kanan namun dia tetap tidak mengantuk. Akhirnya setelah sedikit pertimbangan Lyrr meraih jubahnya dan memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak mencari angin, siapa tahu berkat itu dia bisa tertidur nyenyak.

Segalanya biasa saja, Lyrr berjalan-jalan di kota yang masih ramai bahkan setelah malam hari seperti ini. Banyak orang berlalu lalang, banyak juga yang berjualan.

Tapi sepertinya seberapa inginnya dia bersantai ada saja kejadian yang menimpa dirinya. Matanya melihat seorang nenek tua yang tas kain nya di rebut paksa oleh seseorang berjubah serba hitam. Pria itu awalnya berlari ke arah nenek itu, menarik tas nya dan lanjut berlari.

Lyrr membelalakkan matanya dan berlari membantu nenek yang jatuh terjerembab itu. "Nek, apa anda baik-baik saja?"

Nenek itu meringis dan menangis, "sakit sekali... Tas ku... Hadiah untuk cucuku..."

Lyrr menggeram marah. Perampok sialan. Tidak di masa lalu, tidak di masa depan, para perampok selalu saja merepotkan.

"Tenang, aku akan mendapatkan kembali tas mu. Menunggu lah di bawah pohon itu." Lyrr menunjuk sebuah pohon yang tidak jauh dari keberadaan mereka dan memutuskan kembali mengejar perampok itu yang sudah agak jauh.

Kota menang tidak terlalu ramai siang itu, hanya saja bangunannya rapat rapat dan banyak, hingga gang gang tercipta, membuatnya tampak seperti labirin. Lyrr sedikit kesusahan karena berkali-kali kehilangan jejak, namun pada akhirnya tetap menemukannya.

Perampok itu cerdik, dia berputar ke gang sebelah kiri lalu kemudian tanpa Lyrr sadari muncul di kanan.

"Kau benar-benar ingin bermain-main ya?" Geram nya. Lyrr mempercepat laju larinya membuat perampok gelagapan dan menghilang di salah satu gang. Lyrr mengikuti jejaknya hingga sampailah mereka di pertigaan. Perampok itu hendak berbelok ke kanan, namun matanya membelalak dan dengan lincah segera berbelok ke kiri.

Lyrr tidak sempat memproses apapun, hingga dia mendengar jeritan seorang gadis yang sangat nyaring. "Berhenti disitu! Awwaaaaassss!!!"

Secara refleks mengikuti nalurinya Lyrr melompat ke samping dengan cepat, membuat gadis yang hampir menabraknya jatuh tersungkur dan terjerembab keras di tanah.

Lyrr membelalak kaget, perampok itu juga sudah hilang dari pandangan nya. Gadis itu meringis sakit dan meringkuk di tanah, memegangi lengan kirinya yang seperti nya cedera karena menghantam tanah dengan keras.

"Sial!" Makinya. Lyrr melirik gadis itu lalu menghembuskan nafas, "apa kau baik-baik saja?"

Gadis berpakaian serba biru itu mendudukkan dirinya juga dan memegang kepalanya dengan linglung. "Sakit sekali aduhh..."

Melihat wajah familiar itu, Lyrr membelalak kaget dan sontak berteriak, "Elisha?!"

Gadis itu juga tersentak dan menatap Lyrr tidak percaya. "Kau!"

"Mengapa kau bisa disini?" Tanya Lyrr penasaran.

Elisha terdiam sejenak, "aku berusaha menangkap perampok, dia merampok dagangan seorang pria yang buta, karena itu aku mengejarnya. Dan... Malah menabrak mu disini..."

Lyrr menepuk keningnya, "kalau begitu tujuan kita sama! Aku juga mengejar pencuri itu! Apa kau bisa berdiri? Ayo kita bekerja sama mengejar dia!"

Elisha tersenyum miring, "tentu saja, ayo tangkap dia dan buat dia jera."

TBC

[S2] Reise des Licht Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang