Equanimity

5 0 0
                                    


Pada sabtu yang cerah, setelah aku selesai membersihkan kamar serta tubuhku. Aku bergegas menuju kediaman Aina. Melalui cuaca terik yang bisa saja membuat tubuhku berkeringat, aku mencoba untuk mengingat jalan menuju kediaman miliknya.

Aina berdiri di depan sebuah gang. Berbalut Sneakers Nevada putih miliknya, Ia menanti kehadiranku sembari menggantungkan helm pada lengan kirinya. Sweater cream terbalut sempuna menutupi tubuhnya. Ia pun tersenyum melihat kehadiranku.

"Lamaaa" Ucapnya menyambut kedatanganku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman sebelum menyuruhnya untuk segera ke bagianbelakang sepeda motorku.

Ia pun segera mengenakan helm setelah sedikit membetulkan rambut lurusnya, dan langsung menaiki sepeda motorku.

"Emang gapapa ngambilnya sore-sore gini?" Ucapku setelah kembali melajukan sepeda motorku.

"Engga ko, aku jas nya udah di ambilin sama Tika. Jadi aku tinggal ambil di Tika aja" Ia menjawab pertanyaan ku.

"Tika nya dimana?"

"Di warung depan kampus, dia lagi nongkrong sama si Edi sama anak-anak"

Setelah sedikit perbincangan aku pun kembali terfokus melajukan sepeda motor milikku. Ada rasa senang dalam diriku ketika aku kembali membonceng sosok yang kusukai, namun di sisi lain, aku pun bingung dengan percakapan apa yang ingin ku bahas dalam perjalanan menuju kampus.

​"Ah.., Membonceng nya saja sudah cukup bagiku. Setidaknya, untuk saat ini" Gumamku dalam hati.

​Setelah sedikit lebih lama berkendara akhirnya sepeda motorku berhenti di depan sebuah warung, tempat dimana kami biasa menghabiskan waktu setelah perkuliahan berakhir.

​Inilah salah satu hal yang kusuka dari Aina, tak harus melulu untuk pergi berkumpul di tempat-tempat mewah nan estetik yang biasa dijadikan tempat untuk saling berbagi cerita. Di tempat seperti ini pun ia tak masalah untuk menghabiskan waktu di dalamnya.

​Kami pun lantas masuk duduk bersama kawan-kawan lainnya. Terlihat Edi dan Tika tersenyum kala aku dan Aina baru saja datang dan menghampiri mereka. Entahlah,  senyumannya seolah memberikan tanda ucapan selamat.

​Aku lantas duduk bersama mereka.
"Kemana aja mane" Ucap Edi setelah berjabat tangan denganku.

"Sibuk" Balasku singkat.

"So sibuk pisan ih" Ucap Tika sembari memasang wajah kesal nya.

"Nih Jas kamu, udah aku bawain" Ucap Tika pada Aina sembari menyodorkan jas milik Aina.

"Makasii Tika cantik" Ucap Aina tersenyum sembari mengambil jas miliknya.

​Aku lantas mengeluarkan sebatang rokok dari saku celanaku.

"Di pinjem korek" Ucapku pada Edi yang berada tepat di depan ku

Ia pun lantas memberikan korek miliknya yang tersimpan di atas meja padaku.

​"Makasih Edi Ganteng"

​"Jiji sumpah, urang tonjok kalo ngomong lagi" Ucap Edi sembari memasang wajah kesalnya.

​Kami pun tertawa

​Karena hari sudah semakin sore warung kali ini terlihat lebih sepi dari sebelumnya. Terlihat cukup aneh, padahal jajaran warung ini lah yang biasa menjadi tempat bagi para mahasiswa untuk menghabiskan waktu setelah selesai perkuliahan. Bahkan sampai malam pun, akan selalu ada mahasiswa yang tetap betah untuk nongkrong di warung yang kami tempati. Terlihat pula beberapa dosen yang menyapa kami sembari mengendarai mobil miliknya untuk bergegas pulang.

​Setelah cukup lama kami menghabiskan waktu. Kami pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat tersebut.

​"Kamu mau ikut dulu aku ngopi?" Tanyaku pada Aina yang sedang membereskan barang-barang miliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang