Astrophilia

10 0 0
                                    

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselku kala aku dan kedua kawanku sedang berlatih musik pagi itu, karena hari ini aku dan kedua sahabatku memiliki jadwal untuk mengisi panggung di sebuah kedai tempat kawanku bekerja, kamipun memutuskan untuk berlatih beberapa jam sebelum kami tampil nanti.

Aku bergegas membuka pesan tersebut dan mendapati Aina yang mengirimkan pesan tersebut.

"Awan kamu berangkat jam berapa?" Tanyanya dalam sebuah pesan.

Aku segera membalas pesan yang telah Ia kirimkan sebelumnya.

Aku mengajak beberapa kawan sekelasku untuk hadir di tempatku bermain musik malam tadi. Dan katanya, beberapa dari mereka akan datang jika tidak memiliki urusan yang mendadak.

"Aku berangkat paling sorean Na" Ucapku pada kolom chat. "Jadinya siapa aja?" Aku menambahkan, dan kembali memainkan gitar milikku.

"Anjir Ra si Awan punya cewe" Ucap Alam kepada Astra setelah melihatku membalas pesan dari Aina.

"Parah teu bebeja" Ucap Astra yang duduk di atas kahon miliknya. ("Parah teu bebeja")

"Matamu. Ini temen sekelas aing mau dateng" Ucapku mencoba menjelaskan.

"Kenalin ntar ke Aing, ehehehe" Ucap Alam tersenyum sembari memainkan gitar elektrik miliknya.

Aku membalas dengan mengacungkan jari tengah padanya.

Aku kembali berlatih dengan menyanyikan beberapa lagu yang akan kami bawakan untuk malam nanti.

"Edi, Tika katanya bakalan dateng, Maya nyusul" Aina membalas setelah 10 menit pesanku terkirim kepadanya. "Aku ini pengen ikut cuman gatau samama siapa ih, kalo bareng boleh ga?" Ia menambahkan, dilanjutkan dengan titik dua dan kurung buka.

Aku tersenyum. Dengan sedikit rasa senang yang muncul secara tiba-tiba, aku pun menyetujui agar ia menjadi pengisi bagian belakang sepeda motorku.

"Boleh, ntar aku jemput, tapi ntar kamu disana sendiri, soalnya akukan langsung naik panggung hahaha" Balasku tersenyum.

"Gapapa lah, yang penting ada temen hahaha" Ia kembali membalas. "Masih inget kan? Kalo nyasar ga akan aku tolongin soalnya hahaha".

"Ingetlah, gampang diinget jalannya juga hahaha."

"Ya udah, ntar kabarin aku ya kalo mau otw" Ia mengakhiri perbincangan.

"Oke" Balasku singkat.

Akhir-akhir ini Aina lebih sering menghubungiku. Ia sering bertanya perihal apa yang harus ia lakukan kepada kekasih miliknya, dan akupun dengan senang hati membantunya. Terlebih ketika terakhir kali kami berbincang di ruangan zoom untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan kedua kawanku yang lainya, ia kembali bercerita tentang keluh kesahnya dan itu membuatku tersadar bahwa aku akan menjadi buku hariannya. Seringkali pula kami membahas beberapa hal konyol atau membahas beberapa hal yang tidak penting, dan itu membuatku merasa sedikit senang. Meski perbincangan selalu berakhir dengan centang dua biru, aku tak begitu terobsesi untuk berkirim pesan dengannya. Karena ia sudah memiliki kekasih, jadi aku memutuskan untuk tak mengganggu hubungan mereka.

Waktu menunjukkan pukul setengah 4 sore setelah sekian lamanya kami berlatih dan melakukan pemanasan. Karena kawanku meminta kami untuk datang sebelum adzan maghrib berkumandang, aku dan kedua kawanku pun bergegas untuk mengemasi perlengkapan band. dan Karena kahon dan sound sudah disediakan oleh pihak kedai jadi kami memutuskan untuk menyimpan beberapa peralatan di kamarku.

FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang