4. Tak Sengaja Bersua

19 3 0
                                    

Kumandang Adzan Isya terdengar bersahutan. Tepat ketika Marissa membelokkan mobilnya ke halaman sebuah rumah makan. Perutnya sedang lapar dan menginginkan menu ayam pedas. Jadilah ia menuju tempat tersebut. Tempat yang sebenarnya sudah ada sejak dia masih SMA dulu.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan aman, Marissa terlebih dahulu melepas jas kerjanya. Jujur saja ia kurang nyaman dengan jenis pakaian kerja yang satu itu. Dengan meninggalkan jas dan tas kerjanya di dalam mobil, ia pun turun.

    Masuk ke dalam rumah makan yang sebagian sudah tampak berubah itu. Marissa disuguhkan dengan pernak pernik lampu hias yang tampak cantik dalam penglihatannya. Beberapa pot yang terdapat bunga hidup, cukup memanjakan bertanya.

Ia pun mengambil duduk di kursi yang berdekatan dengan jendela. Beberapa detik setelahnya, seorang pelayan perempuan mendekatinya.

"Selamat malam, Bu? Mau pesan menu apa?" sapa seorang pelayan tersebut.

Marissa menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiran pelayan tersebut. Ia tentu saja masih mengenali orang yang menyapanya itu. Namanya mbak Marni, pelayan yang cukup lama bekerja di rumah makan langganannya itu.

"Seperti biasa mbak Marni," sahutnya berhasil mengejutkan wanita empat puluh dua tahun tersebut.

"Hah? Ibu kenal sama saya? Sek lah, saya kayaknya ingat dengan wajah ibu. Tapi, siapa ya?"

"Marissa, mbak Marni. Penikmat setia ayam pedas dan teh hijau di rumah makan Tombo Luwe."

"Hah? Marissa? Marissa anaknya pak Rizal, bukan?!" serunya.

"Iya, saya."

"Wah, tambah cantik saja lho e! Kamu apa kabar?" sapa mbak Marni sembari mengulurkan tangan. Marissa menyambutnya dengan hangat.

"Sangat baik, Alhamdulillah. Mbak Marni apa kabar?"

"Baik, Alhamdulillah. Kamu lama banget nggak kelihatan. Katanya ikut om kamu, ya?"

"Iya, mbak. Pasti ayah yang bilang, ya?"

"Iya, lah. Mbak Marni kan tanya, kok nggak pernah kelihatan mampir Marissa nya, pak? Ikut om nya di luar kota. Begitu kata pak Rizal."

"Iya, mbak."

"Ya sudah, mbak Marni ambilkan pesanan kamu dulu, ya? Mau minuman dingin, bisa ambil di kulkas itu" ucap mbak Marni sembari menunjuk lemari pendingin di dekat dinding. Marissa mengangguk.

Mbak Marni pun kemudian berlalu meninggalkan Marissa, yang kini beranjak membuka kulkas, untuk mengambil minuman jus dalam kemasan kotak kecil. Setelah itu ia kembali duduk di tempatnya tadi.

🍁🍁🍁

    Marissa tengah anteng menikmati menu pesanannya, yang di antarkan beberapa menit yang lalu. Bersama dengan itu, dari luar masuklah dua orang lelaki yang sama-sama tampan. Mereka adalah Alvin dan kakaknya Reza. Ke duanya mengambil duduk di dekat Marissa, hanya berjarak satu meja saja.

Marissa yang masih asik menikmati rezekinya malam ini, belum menyadari keberadaan seseorang dari masa lalunya. Seseorang itu bahkan terang-terangan menatapnya.

"Nih Sa, mbak Marni bawakan menu penutup spesial buat kamu, roti bakar krim jahe" ucap mbak Marni sembari meletakkan sepiring roti bakar berbentuk segi tiga.

"Pakai krim jahe, mbak?" tanya Marissa takjub setelah menelan suapan terakhirnya.

"Iya, pakai krim jahe. Biar tetap ada nuansa Indonesia nya, gitu."

Berakhir Denganmu (Terbit By NY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang