Marissa membelokkan mobilnya ke sebuah rumah makan khas pedesaan. Dengan lahan terbuka hijau, sebagai tempat andalannya. Reza pun turut menghentikan mobilnya di sana. Setelah itu mereka turun lalu bersamaan masuk ke dalam rumah makan tersebut.
Marissa membawa Reza mendekati Saung, yang di bawahnya terdapat kolam ikan yang cukup besar. Setelah melepas alas kaki, mereka masuk dan duduk berhadapan. Setelah itu, mereka memesan menu yang mereka inginkan.
Sembari menunggu pesanan disiapkan, Reza membuka obrolan dengan Marissa. Ia bermaksud mengenal perempuan, yang entah sejak kapan, mampu masuk ke hatinya hanya dengan sekali jumpa waktu itu.
"Em, maaf sebelumnya. Kita belum kenalan loh, mbak. Saya sudah tahu nama mbak tapi, mbak belum tahu nama saya."
"Eh iya mas, maaf. Nama mas, siapa?" tanya Marissa kikuk, walau dengan ekspresi datarnya.
"Saya Reza, kakak satu-satunya Alvin."
"Baru tahu, sih."
"Alvin nggak pernah cerita?"
"Em, nggak, mas."
"Pernah digebet Alvin, ya?"
"Kok mas tahu?" cicitnya yang berakhir murung.
Mengingat kata gebetan, Marissa jadi tidak percaya diri. Iya, dulu memang Alvin pernah begitu kepadanya. Tetapi, yang diresmikan Alvin kala itu, malah adik kelas mereka, yang memang primadonanya di sekolah mereka kala itu. Primadona, tentulah cantik, baik, periang, pemberani, cerdas. Tak seperti dirinya yang..
"Silakan mas, mbak, pesanannya" sela seorang pelayan, berhasil membuyarkan lamunan sejenak Marissa.
"Terima kasih, mbak" balas Reza ketika si pelayan tersebut selesai menghidangkan makanan milik mereka berdua.
Setelah pelayan itu pergi, Reza mengajak Marissa menikmati makanan mereka masing-masing. Dengan selera yang sudah turun, perempuan itu mengikuti ajakan kakak sang mantan gebetan.
🍁🍁🍁
Masih di rumah makan yang sama, sepasang sejoli tampak baru saja masuk. Mereka adalah Rasyid dan Yasmin, yang mampir untuk makan setelah berburu persiapan pernikahan mereka berdua.
Ke duanya menuju saung, yang hanya berjarak satu meja dari tempat Marissa dan Reza yang tengah menyantap makanan. Setelah memanggil pelayan dan memesan menu, Rasyid baru menyadari keberadaan adiknya, yang terlihat sedang bersama seorang pria.
Ia begitu saja berdiri lalu duduk di sebelah mereka berdua. Menyadari ada seseorang yang duduk di sampingnya, Marissa menoleh begitu pun Reza. Ke tiganya berakhir terkejut.
"Loh? Reza?"
"Rasyid?"
Ke duanya malah saling bertegur sapa. Reza bahkan sudah meletakkan sendok yang ia pegang, lalu beralih memeluk ala lelaki, tubuh Rasyid.
"Apa kabar, bro? Kapan balik dari London?"
"Baik, bro. Baru balik sekitar dua bulanan yang lalu, kira-kira."
"Ini, kalian janjian, ya? Wah, adek diam-diam jalan sama temannya mas, ya?"
"Hah? Adek?" beo Reza.
"Iya, ini adek aku, Marissa. Masa kamu nggak tahu, sih?"
"Nggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berakhir Denganmu (Terbit By NY BOOK)
Ficción GeneralReza yang cuek, kurang mahir mendekati lawan jenis, membuatnya awet melajang di usia awal tiga puluhan. Padahal Alvin, sang adik satu-satunya yang berusia lima tahun di bawahnya, telah memiliki keluarga kecil yang bahagia. Sedikit ide jahil sang adi...