5

1.4K 260 166
                                    

Rata-rata anggota kelompok empat enam bangun subuh dihari pertama KKN dengan alasan belum terbiasa. Agaknya hal ini tak berlaku bagi Shikamaru yang terihat paling bangkong diantara kesemuanya didukung dengan tubuhnya yang masih terbungkus selimut dari ujung kaki hingga kepala.

Sang ketua terlihat duduk di teras sisi kiri ditemani segelas teh hangat bersama para pria lainnya. Selimut mereka masih nangkring membungkus tubuh masing-masing terkecuali Sasuke yang memilih mengenakan jaket kulitnya. Agaknya mereka saling bertukar pikiran terkait agenda hari ini sembari menikmati udara segar serta kabut tebal dipagi hari yang tak akan mereka temui di kota.

"Jadwal air nyala hari ini Nar?" Anggukan Naruto membuat senyum lega Sai terbit. "Bagaimana kalau kita bersihin kamar mandi, jadi bisa nampung air sekedar buat cuci piring atau buang hajat."

"Ide bagus Sai," ujar Kiba semangat lantas menyeruput tehnya.

"Nyalanya nanti jam delapan, bagaimana kalau setelah ini kita buat jemuran dulu didepan?" Tangan kiri Naruto terulur pada sela-sela pagar setinggi paha yang mengelilingi teras. "Kita iket talinya di pagar ini saja terus ke pojok pagar rumah."

"Bisa diatur Nar, asal amunisinya banyak," canda Suigetsu.

"Bagaimana Sasuke?"

Lagi, pandangan Sasuke menyipit ke arah pria aneh sefakultasnya yang sok akrab. "Apanya?"

"Rencana kita pagi ini," jelas Sai.

Entah kenapa tubuh Sasuke bergidik mendengar kata kita yang terlontar dari bibir Sai. Pria itu mengangguk asal lantas mengalihkan atensinya pada segelas teh yang belum tersentuh sama sekali. Sedikitnya ia agak ragu dengan rasanya.

"Sarapan datang," Suara riang dari Ino menarik sebagian besar atensi para pria. "Hari ini sarapannya roti tawar isi susu cokelat ya, untuk kedepannya juga bakalan roti tawar terus sampe stoknya habis."

"Gue terima-terima aja sih, yang penting makan daripada kelaparan," Suigetsu berujar antara pasrah dan berlapang dada. Tangan kanannya hendak mengambil dua lembar roti tawar yang paling atas sebelum ditepis pelan sang primadona. "Lha kenapa gak boleh diambil?"

"Bukan gak boleh diambil, yang paling atas ini punya Sasuke," Senyum jahil Ino tergores apik menangkap tatapan penasaran teman-temannya tak terkecuali Sasuke yang sudah menyipit tak suka. "Khusus Sasuke gak pake susu cokelat, Sakura bilang dia gak suka manis-manis. Kalau lo mau Sui, gue bisa ambilin-"

"Gak, gak, makasih, gue gak suka yang tawar-tawar," dengus Suigetsu.

Kerlingan jahil Kiba tujukan pada Sasuke. "Calon bu dokter perhatian sekali sih sama lo Sas, mau juga dong diperhatiin," godanya.

Dengan cepat Sasuke mengambil dua lembar roti teratas. "Makan itu roti tawar."

Naruto menyenggol ringan lengan sohibnya. Jika yang dikatakan Ino benar adanya, ia turut senang dari dasar hatinya. Karena satu-satunya alasan Sasuke masih bisa napas sampai sekarang selain ibunya adalah mantan sekretaris OSIS mereka, Sakura.

"Ciee Sasuke," goda Sai tak mau ketinggalan.

Sasuke melirik sekilas lantas menyeruput tehnya yang masih utuh, indra pengecapnya bersorak kala rasa manis terasa samar di papilanya. Semoga yang dikatakan Yamanaka itu benar adanya berasal dari Sakura.

"Baru muncul saja kalian." tanya Naruto penasaran.

"Sakura habis bantuin aku matiin kompor tadi Nar," balas Shion yang kini mendudukkan diri tepat disisi Temari.

"Lo gak bisa pakai kompor minyak?" ledek Kiba.

"Shion bisa kok," Bola mata Sakura berputar lamban merasakan tangannya yang bebas dicekal manusia bernyawa, dengan sedikit ogah ia duduk disisi Sasuke. "Cuma puteran sumbunya tadi lumayan keras, mungkin karena jarang dipake kali ya."

Trylogi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang