6

1.4K 273 270
                                    

Banyak perubahan terjadi pada malam kedua KKN. Menjelang sore tadi banyak anak desa berbondong-bondong sembari menenteng plastik hitam berisi buku. Hinata yang dasarnya dari jurusan pendidikan begitu antusias menyambut kedatangan mereka.

Sejujurnya Shion tak kalah antusias, hanya saja gadis itu sedikit bingung meskipun dari fakultas yang sama, tidak mungkin bukan dirinya mengajari anak-anak polos itu cara berdandan. Tapi kalau anak sekolah dasar begini gas saja sih.

Dengan luwes Hinata menuntun anak-anak sekolah dasar belajar perkalian. Wajah cantiknya berbinar senang, nyatanya prokernya kali ini tak sesusah yang ia bayangkan. Tingkah lembut dan kalemnya membuat anak-anak desa teramat menyukainya. Ia menyelipkan anak rambutnya, tubuhnya mendadak gugup, tangannya mendingin kala melihat Sasuke dan Naruto memasuki posko.

"Sasuke, Naruto, bisa bantu handle anak-anak?" Hinata berujar kalem, manik peraknya tertuju pada sekitar tiga puluh anak yang memenuhi ruang tamu posko mereka. "Sepertinya lebih efisien kalau mereka dibagi dalam kelompok kecil."

"Yang lain kemana Ta?" tanya Naruto heran, pasalnya sejauh iris birunya memandang hanya terlihat Tenten yang berjaga disamping kanan, Shion dengan raut tertekuk dibelakang, dan juga Kiba yang berjaga disamping kiri anak-anak lengkap dengan kamera tergantung dilehernya.

"Sai sama Shikamaru tadi barusan keluar beli galon, air minum kita tinggal dikit," Iris perak Hinata menyorot sendu pada anak-anak desa membuat Shion di belakang sana memutar bola matanya malas. "Mereka tadi haus, aku gak tega ngebiarin begitu saja. Temari sama Ino lagi bantuin yang piket masak makan malam, jadi aku sendiri—"

"Gue dari tadi disini ya Hin," potong Shion yang menyerobot masuk dalam lingkar pembicaraan. "Gue dari tadi nyoba bantu tapi lo bilang gak usah terus, Ino juga nyoba tapi gak lo bolehin."

"Ino bukan dari pendidikan, Shion, dan kamu tau sendiri jika jurusanmu pendidikan kecantikan."

"Dan lo minta bantuan sama orang yang jurusan bisnis?"

"Bisnis ada mata kuliah eksak Shion, jadi—"

Bola mata Shion menyorot sengit. "Lo pikir gue sama Ino gak pernah SD?!"

Nada yang lumayan tinggi dari Shion membuat Naruto melotot penuh peringatan. Iris biru Naruto menyorot penuh arti pada Sasuke untuk mengambil alih, sementara dia sendiri menarik dua gadis itu keluar posko.

"Gantiin dulu Sas, ntar kalau Shikamaru sama Sai datang gue suruh bantuin."

Sasuke mendesah pelan, sejujurnya ia lebih memilih bantu Sakura piket masak daripada ngajar begini. Pembawaannya yang terlihat kaku menjadi bahan tertawaan anak-anak desa, ini kalau di Konoha sudah ia gibeng satu-satu mereka.

"Sini Sas biar gue lanjutin," ujar Tenten tak tega. "Lo mending duduk aja jaga mereka dibelakang."

Pria itu mengangguk tanpa alasan, manik kelamnya melotot ke arah Kiba yang menahan tawa.

"Gue gak ngerti lagi sama tuh anak, sekarang malah caper," meskipun bibirnya tertekuk, tangan Karin masih setia menggoreng ikan. "Awas saja kalau prokerku jalan nanti, gak bakalan tak ajak."

"Gue lebih jengkel Rin, niat gue padahal baik pengen ngehandle sebagian tapi dia malah ngeremehin gue yang dari fakultas design," Ino memutar iris matanya malas. "Dikiranya gue gak pernah sekolah apa, lagipula pelajaran SD gak susah-susah amat kan."

Suigetsu yang kali ini kebagian jatah piket bareng Karin dan Sakura hanya diam mendengarkan. Ia tak ingin ikut campur dan unjuk bicara, salah sedikit bisa disiram minyak panas nanti. Sementara Sai dan Shikamaru milih ngemper di sebelah Temari yang kini tengah mengupas bawang.

Trylogi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang