"Yakin ini pasarnya?"
Giok hijau Sakura menyorot tak percaya, dibanding pasar ini sih lebih mirip kumpulan toko kelontongan di tepi Konoha.
"Hn, pas beli ikan kemarin lalu juga disini sama pak kades," Sasuke mengusap lembut lutut kekasihnya. "Ayo bergegas, dapat nomer tujuh belas kan tadi?"
Sakura mengangguk, beranjak turun lantas mengekor dibelakang Sasuke. Rasa hangat pada telapak tangannya menjalar hingga dasar hati, pasalnya pria itu tak sedikitpun berniat melepas genggaman tangannya.
"Dikasih uang berapa tadi?"
"Dua ratus, buat stok dua atau tiga hari cukup kan?"
"Ngepas," Sasuke melirik sekitar, mengingat-ingat rupa penjual aneka lauk kenalan pak kades. "Kita makannya tiga belas orang bukan tiga atau lima orang."
Si gadis mengangguk setuju, senyum tipisnya terpoles. "Iya juga sih, gak papa makan seadanya aja yang penting kenyang," ujarnya.
"Seadanya bukan berarti mi terus."
"Khusus bulan ini gak papa."
"Yang lain gak papa, kamu yang gak boleh."
Sakura membuang mukanya asal membuat sudut bibir Sasuke tertarik samar. Sekuat tenaga ia berusaha menormalkan debaran jantungnya yang tak beraturan. Sial, efek Sasuke setelah jadi mantan tambah meresahkan. Kakinya yang beralas sendal jepit kini berhenti di depan toko bertulis kedai mega mendung dengan gambar awan merah, aneh sih tapi lumayan ramai.
Sementara Sasuke menarik tangannya menyelinap ke depan, ia sendiri sibuk mencuri pandang kedalam toko dan sekitarnya. Ternyata sang pemilik juga menjual aneka masakan rumahan siap saji, pantas saja namanya kedai.
"Lho, si ganteng yang kemarin ke sini sama pak kades Nami?" Sasuke mencebik pelan mendengar nada sok akrab pegawai toko yang katanya bernama Tobi. "Sekarang dateng bareng siapa ini, pacarnya ya?"
Sasuke mengangguk, iris hitamnya menyorot sinis. "Jadi gak usah sok akrab," ketusnya.
"Enggak," Sudut bibir Sakura ditarik paksa, dengan sengaja ia menginjak kaki Sasuke. "Kebetulan kami satu posko KKN."
"Jadi dara cantik ini mau beli apa?" Senyum simpul menghiasi wajah Tobi, sebelah matanya berkedip genit. "Nanti abang ketemu gede bakalan kasih bonus khusus."
"Beneran dapat bonus ya?" tanya Sakura memastikan
Anggukan yakin dari si penjual membuat senyum separuh Sakura lolos, pikirnya lumayan bisa hemat tipis-tipis. Ia merogoh selembar kertas dari tas selempangnya, niatnya baru saja hendak menyerahkan namun catatan tersebut segera diambil alih oleh tangan tak bertanggung jawab.
Dengan kesal Sasuke meletakkan selembar kertas di tangan Tobi. "Bisa baca sendiri kan?"
"Sasuke apaan sih," Sakura menarik-narik lengan jaket pria di sisinya. "Kita bakal dapat bonus tau."
"Gak perlu bonus aku bisa beli sendiri," Kembali digenggamnya tangan kecil Sakura, pandangannya menyorot sinis pada si penjual yang tertawa renyah. "Ayo kita cari pesenan Hinata, dia pesen apa?"
"Jamur tiram katanya."
"Sedia jamur tiram juga disini cantik," Bola mata Tobi bergulir ke arah kulkas satu pintu. "Bisa ambil sendiri, bungkusan plastik kok."
"Wah syukurlah."
Kembali Sasuke merenggut tak suka.
"Pokoknya disini semua serba ada, jadi langanan ya selama KKN," ujar Tobi sembari memasukkan dua ikat bayam dua buah jagung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trylogi [✓]
Teen FictionTuhan, kenapa dunianya hanya berputar-putar di sini saja, ia juga ingin keluar negeri. Haruskah ia mencoba kembali apa yang dia tawarkan? Disclaimer @Masashi Kishimoto