12

1.7K 249 220
                                    

Sore ini posko empat enam dihebohkan dengan kedatangan tiga sejoli lengkap dengan seragam loreng birunya. Dua motor bebek mereka terpasang bersisian di halaman posko membuat para gadis yang baru saja kembali dari ritual mandi menunjukkan raut heran dan bingung. Siapa gerangan tamu mereka kali ini.

"Nah itu yang lain," Shikamaru beranjak kala mendengar riuh anggota lain, kakinya yang beralas sandal jepit melangkah lebar. Feelingnya tadi untuk balik duluan dari sungai ternyata sedikit berbobot dari sekedar rebahan atau tidur. "Ditinggal sebentar ya bang."

Shikamaru menapaki kakinya hingga diambang pintu. Gurat wajahnya terlihat bosan, pasalnya teman-temannya itu betah sekali berendam di sungai.

"Motor siapa itu Shik," Naruto menarik pagar posko mereka. "Tamu dari mana?"

"Dapat wangsit apa disungai, lama sekali," Shikamaru mencibir lengkap dengan tatapan memicingnya. "Tamu Sakura, abangnya katanya."

"Kenapa gak dari tadi lo panggil Sakuranya elah?" tanya Suigetsu.

"Dan ninggalin orang asing di posko kita, ya kalau dia beneran abangnya Sakura," Shikamaru bersedekap dada. "Kalau gadungan, bisa ludes barang-barang kita."

"Makasih," Sakura berujar singkat lantas menapaki anak tangga posko. Senyumnya mengembang melihat pucuk merah yang bersarang pada kepala salah satunya. "Kakak, katanya malem baru bisa ke sini, kok gak ngabarin kalau datang sekarang sih kak?"

"Apa-apaan penampilanmu?" Pria itu menyipitkan kelopak matanya. "Kenapa cuma pake sarung dan handuk, mana bajumu?"

"Aku habis-"

Salah satu pria bersurai hitam sontak berdiri. "Lho yang kemarin belanja di toko?"

"Yang jualan di pasar bukan sih?" Kening Sakura berkerut bingung. "Kok pake baju tentara?"

"Sakura," Sasuke menarik lembut lengan si gadis. "Ganti baju dulu biar aku dan Naruto yang nemenin."

Hazelnya mengikuti presensi adiknya yang hilang dibalik pintu disusul para gadis lainnya. "Lancang sekali dia berani menyentuh adikku," gerutunya.

Mendengar itu, Naruto hanya menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Ia buru-buru mengangguk singkat lantas bergegas mengganti bajunya, sekali lagi meninggalkan tamunya bersama Shikamaru.

"Cantik juga adikmu Ri, bolehlah kita iparan," bisik pria bersurai kuning.

"Harapanmu kecil bang Dei. Gue lebih dulu ketemu mereka di toko kita, yang ganteng tadi itu pacarnya," Tobi berbisik lirih membuat bola mata Sasori memicing tak percaya. "Kalau tau dia adekmu, bakalan gue diskon lima puluh persen bang," sambungnya.

"Gak masalah," Deidara menyilangkan kaki kanannya. "Gue sudah punya pangkat, dan dia masih bocah ingusan. Menang siapa?"

"Diam," desis Sasori sembari melirik tajam kedua temannya yang sebenarnya sama sekali tak ia ajak dalam kunjungan ini.

Shikamaru mendengus pelan, meskipun dirinya tak terlalu dekat dengan Sasuke, tapi rasa tak terima tetap ia rasakan mendengar salah satu teman kelompoknya direndahkan.

"Abangnya Sakura ya," Naruto mengulurkan tangan kanannya. "Naruto bang, temen Sakura dari SMA," ujarnya sembari menjabat bergantian tiga pria dewasa berbaju loreng biru.

Sementara Sasuke yang mengekor dibelakangnya memilih diam menjadi pengamat.

"Ternyata dunia sempit itu bener ya bang," Naruto mendaratkan tubuhnya disisi kiri Shikamaru. "Kapan hari lalu kita ketemu di toko kelontongan."

Si empu yang dituju Naruto menggaruk pelan pipinya. "Kerja sampingan," ujar Tobi dengan cengiran lebarnya

Dengan setelan celana kulot dan kaos lengan pendek, Sakura mendaratkan bokongnya tepat di sisi kanan kakaknya. Surai merah mudanya tersembunyi dibalik lilitan handuk yang bersarang di atas kepalanya.

Trylogi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang